TUHAN INGAT AKAN PERJANJIAN-NYA

DAILY WORDS, KAMIS, 30 MARET 2023
PEKAN V PRAPASKAH

BACAAN I : KEJ 17: 3 – 9
MAZMUR : MZM 105: 4 – 5. 6 – 7. 8 – 9
INJIL : YOH 8: 51– 59


by RP. Pius Lawe, SVD

@ Pagi ini, saya menyaksikan saudara Gilbert Tanihaha bersama keluarga besar yang datang dari kota Ambon, meminang Fani Liang yang sedang berada di Masohi bersama keluarga besarnya, Intan Liang. Saya merasa tertarik dengan suatu upacara, yang hemat saya, terkesan sederhana namun penuh kekeluargaan. Tidak seperti yang saya saksikan di kampung halaman atau di wilayah-wilayah lain sebelumnya, acara “masuk minta” ini terkesan “sangat spiritual”. Imam Katolik dihadirkan untuk berdoa memberkati “kalung emas” – satu symbol ikatan pertunanganan antara Gilbert dan Fani. Bukan soal berapa harga dari “kalung pertunanganan” itu, namun nilai sakralitas-nya itulah yang sangat menyentuh hati saya. Biasanya, pada acara “masuk minta”, banyak hal lebih diarahkan pada doa-doa ritual atau ucapan-ucapan sacral sesuai dengan adat setempat. Namun itu bukan seperti yang saya alami pagi ini. Tampaknya memang berbeda. Namun bila direfleksikan lebih dalam, maknanya luar biasa karena warna yang mendominasi perjumpaan ini adalah “warna spiritual atau warna rohani”nya.

@ Ketika saya sedang mengucapkan doa berkat dan memohon Tuhan menguduskan “kalung pertunangan” itu, pikiran saya lebih terarah pada “sebuah janji”. Okay, ini memang bukan sebuah “kalung perjanjian” sebagaimana “cincin perkawinan” yang dikenakan pada saat pernikahan suci. Ini adalah sebuah “kalung ikatan” yang mengingatkan kedua calon mempelai bahwa ketika mereka memulai proses ini dengan menghadirkan Tuhan, maka Dia akan selalu ingat akan janji-Nya kepada mereka berdua, yaitu menghantar mereka untuk lebih saling mengenal dan mempersiapkan diri menuju altar suci guna mengucapkan janji setia di hadapan Tuhan pada saat upacara Pernikahan Kudus. Dengan kata lain, ketika di awal pengresmian cinta ini, keluarga sudah melibatkan Tuhan di dalam seluruh proses-nya, maka saya yakin, Tuhan yang selalu ingat akan janji-Nya, akan setia mendampingi dan menyertai kedua anak sampai pada saatnya mereka berdua maju ke hadirat Tuhan dan mengikrarkan janji suci sebagai suami dan istri Katolik. Saya selalu mempunyai keyakinan pribadi bahwa jika Tuhan dilibatkan dari awal sebuah proses, Tuhan yang akan selalu membantu untuk menyempurnakan proses itu.

@ Ya, Tuhan selalu ingat akan perjanjian-Nya. Hal itu terbukti dalam diri Abram – yang menjadi Abraham setelah dipanggil Allah untuk meninggalkan segalanya dan mengikuti tuntunan Allah menuju tanah yang dijanjikan-Nya bagi dia dan keturunannya. Allah tidak sekedar berjanji. Kitab Suci mencatat bahwa Abraham bersama istrinya Sarai, dalam usia tuanya, mereka telah dikaruniai Allah seorang anak laki-laki – Ishak namanya. Dari anak inilah, Abraham memperoleh keturunan seperti bintang di langit dan pasir di laut. Abraham telah menjadi bapa sejumlah bangsa besar. Dia sudah mempunyai anak cucu yang sangat banyak. Allah tetap konsisten dengan janji-Nya kepada dia. Satu saja yang Allah pinta, yaitu agar Abraham dan keturunannya harus memegang perjanjian Allah tersebut!

@ Janji Allah kepada Abraham sudah terwujud dalam diri Yesus Kristus – Putera Allah. Yesus adalah wujud Allah yang hadir sebagai manusia. Dia adalah bukti perwujudan janji kesetiaan Allah kepada Abraham dan keturunannya. Itu berarti, Yesus – Sang Putera Allah adalah Allah yang masuk dalam sejarah manusia. Dia adalah Allah yang rela masuk dalam batas ruang (dunia) dan batas waktu (usia manusia). Namun sesungguhnya, Yesus – Sang Putera Allah ini sudah ada sebelum adanya ruang dan waktu. Yesus – Sang Putera Allah adalah suatu KEABADIAN – tidak mengenal AWAL – dan tidak mengenal AKHIR. Yesus – Sang Putera Allah itu melampaui WAKTU. Dia adalah KEABADIAN.

@ Allah, dalam diri Yesus, telah masuk ke dalam ruang dan waktu. Ini adalah sebuah bukti cinta Allah. Mengapa? Ya, karena DIA adalah KEABADIAN tetapi rela masuk dalam RUANG & WAKTU (inkarnasi) untuk menebus umat manusia. Allah menunjukkan sebuah totalitas cinta. Allah mencintai secara paripurna – sampai turun ke dunia untuk mengalami sengsara sampai wafat di Kayu Salib. Dari tindakan Allah inilah, kita belajar untuk menepati janji-janji yang pernah kita ucapkan atas nama Allah sendiri, entah itu janji imamat, janji hidup membiara, janji perkawinan, janji atau sumpah jabatan, dst. Kalaupun dalam kerapuhan manusiawi kita, ada moment-moment dimana kita jatuh, ingatlah bahwa Tuhan selalu ingat akan perjanjian-Nya. Berpalinglah kepada-Nya dan mohonkan kekuatan dari-Nya untuk bangkit berdiri dan terus melangkah. Semoga Gilber dan Fany senantiasa berpaling kepada Tuhan yang tak pernah ingkar janji, agar DIA pula-lah yang menguatkan mereka dalam proses menuju Perkawinan Suci. Have a great afternoon filled with love and mercy. Warm greetings from Masohi manise….salve..salve..salve… padrepiolawesvd🙏🙏🫰🏿🫰🏿😇😇❤️❤️