PENGAMPUNAN TAK BERSYARAT (Unconditional Forgiveness)

DAILY WORDS, SELSA, 14 MARET 2023
PEKAN III PRAPASKAH

BACAAN I : T. DAN 3: 25. 34 – 43
MAZMUR : MZM 25: 4b – 5b. 6. 7c. 8 – 9
INJIL : MAT 18: 21 – 35
By RP. PIUS LAWE, SVD

@ Telah berabad-abad lamanya Allah berulang kali melakukan tindakan-tindakan besar dan luhur terhadap bangsa-Nya Israel. Salah satu tindakan besar dan luhur dari Allah adalah tindakan MENGAMPUNI. Mulai dari kejatuhan manusia pertama sampai dengan Abraham, Ishak dan Yakub serta keturunannya, Allah tetap memberi ruang pengampunan bagi Israel. Berapa pun generasi Israel, Allah tidak pernah berubah. Sampai dengan penindasan di tanah Mesir dan pengembaraan Israel di padang gurun selama 40 tahun, Allah tidak bosan-bosannya membuka ruang pengampunan atau ruang belas kasih kepada orang Israel. Ruang pengampunan atau belas kasih Allah yang tak bertepi ini adalah wujud komitmen kesetiaan Allah pada perjanjian-Nya dengan bangsa pilihan-Nya. Terhadap ketidak-setiaan Israel, Allah tetap menunjukkan kasih setia-Nya. Kesetiaan Allah yang ditunjukkan-Nya dalam belas kasih dan pengampunan yang tak bertepi ini merupakan suatu hal yang senantiasa diceritakan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, khususnya di dalam perayaan Paskah Yahudi. Karena diceritakan turun temurun maka sampai kapanpun, tindakan belas kasih Allah ini tidak akan terlupakan. Cerita-cerita kudus kesetiaan dan belas kasih Allah akan terpatri rapih di dalam ingatan bangsa Israel.

@ Atas ingatan yang suci itu, maka meskipun sudah berada di dalam perapian yang menyala-nyala, ketiga pemuda (Sadrakh, Mesakh dan Abednego dalam bahasa Babel atau dalam Yahudi dikenal dengan Hananya, Misael dan Azaryah), tidak pernah takut. Mereka tidak mundur satu jengkal pun. Ketiganya tidak kalah atas gertakan Raja Nebukadnezar yang hendak menghabisi nyawa mereka. Azaryah atau Abednego bahkan bangkit di tengah-tengah perapian yang menyala-nyala dan mengucapkan doa syukur dan pujian. Di dalam doa syukur dan pujian, Azaryah mengulang kembali kisah kesetiaan Allah kepada bangsa Israel. Satu pernyataan doa Azaryah yang sungguh mencerminkan keyakinan mereka akan belas kasih Allah yang dialami Israel sejak berabad-abad lamanya sampai dengan pada masanya mereka. Kata Azaryah, “Janganlah kami Kautolak selamanya demi nama-Mu, dan janganlah Kaubatalkan perpanjian-Mu; janganlah Kautarik kembali dari pada kami belas kasihan-Mu demi Abraham, kekasih-Mu dan demi Israel, orang suci-Mu…” Pemazmur menegaskannya demikian, “Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala..”Ingatan suci akan kesetiaan Allah yang tak berkesudahan ini sebenarnya mau menggambarkan betapa Allah mempunyai hati yang luas lebih luas dari samudera; Dia mempunyai hati yang besar – lebih besar dari jagat raya. Belas kasih-Nya tak berkesudahan.

@ Belas kasih Allah yang tak berkesudahan dibahasakan oleh penginjil Mateus sebagai pengampunan TUJUH PULUH KALI TUJUH KALI. Tujuh merupakan angka biblis yang menggambarkan kesempurnaan. Kesempurnaan itu tidak mengenal batas waktu atau jumlah. Mengampuni secara sempurna berarti mengampuni dengan TANPA SYARAT -SYARAT tertentu. Tujuh juga adalah angka pembalasan. Seperti Kain yang membunuh Habel sehingga Tuhan membalasnya kepada Kain tujuh kali lipat. Setiap perbuatan jahat hendaknya dibalas. Berbeda dengan spirit Perjanjian Lama, Yesus justru memohon untuk melakukan pembalasan dengan tindakan mengampuni/mengasihi. Inilah pembaharuan yang dibawa oleh Yesus.

@ Mengapa kita harus mengampuni secara tak bersyarat atau dan secara sempurna? Pengampunan itu sendiri merupakan sesuatu yang sulit untuk dipraktekkan di dalam keseharian hidup manusia. Jika pengampunan itu saja sulit, apalagi pengampunan yang tak bersyarat (unconditional forgiveness). Tentu lebih berat lagi. Namun kita mestinya menilik kembali apa yang menjadi motive utama umat beriman untuk berani dan rela mengampuni. Sesuai dengan apa yang telah saya sampaikan di awal goresan ini, kesetiaan Allah itu tercermin di dalam tindakan pengampunan yang tak berkesudahan, mulai sejak manusia pertama jatuh ke dalam dosa sampai dengan detik ini dimana Allah tetap setia untuk mengampuni. God never stops loving us. Pengampunan yang diberikan berulang-ulang kali oleh Allah adalah bukti KESETIAAN ALLAH sendiri dalam menghadapi bangsa Israel yang tidak selalu setia. Allah bahkan setia sampai tuntas. Ketuntasan kesetiaan Allah ada di dalam pengutusan Yesus Kristus – Sang Juru Selamat kita. Mari kita belajar dari Allah sendiri untuk bersedia mengampuni sesama yang bersalah kepada kita. Mari kita hidupi unconditional mercy / unconditional forgiveness satu terhadap yang lain. Kalau ada jarum yang patah janganlah simpan di dalam peti, kalau ada kekeliruan atau kesalahan di dalam relasi satu dengan yang lain, janganlah simpah di dalam peti – terbukalah terhadap karya roh pengampunan yang tak terbatas (unconditional forgiveness). Have a wonderful day filled with love and mercy. Warm greetings from SOVERDI SURABAYA…. 🙏😇🫰🏿