MEMBANGUN OTOKRITIK UNTUK MASUK KE DALAM RAHIM BELASKASIH ALLAH

DAILY WORDS, SELASA, 7 MARET 2023
PEKAN II PRAPASKAH

BACAAN I : YES 1: 10.16-20
MAZMUR : Mzm 50: 8-9.16ab
INJIL : MAT 23: 1-12


(Memurnikan dan Meneguhkan Kiat Option for the Poor)
(RP. PIUS LAWE, SVD)

@ Jikalau saya adalah salah satu dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kata-kata Yesus dalam injil hari ini sungguh-sungguh menampar wajah dan membuat telinga menjadi merah. Pedis memang! Dari suruhan Yesus supaya boleh menuruti perkataan mereka dan bukan perbuatan, maka secara implisit, Yesus mau menegaskan bahwa para ahli Taurat dan orang-orang Farisi merupakan orang-orang yang “lain di bibir lain di hati” atau orang-orang yang hanya pandai membual. Tong kosong nyaring bunyinya. Dalam dialeg Jawa orang istilahkan dengan “cuma kata-kata doang” atau leaps service.

@ Okay, meskipun kata-kata Yesus itu ditujukan untuk para ahli Taurat dan kaum Farisi, dalam statusku sebagai imam biarawan misionaris, kata-kata Yesus sudah tentu “kena di hati” juga. Kata-kata Yesus membuka satu kemungkinan bagi saya untuk membuat OTOKRITIK atas hidup sebagai pemimpin atau gembala. Dengan kata lain, Yesus katakan bahwa kalau saya jadi imam – biarawan/I atau jabatan imamat lainnya, jangan hanya kedengaran enak di kotbah saja sebaliknya pelaksanannya “nol besar”. Atau, Yesus tegaskan kepada para imam, biarawan/I dan bahkan para uskup supaya sungguh-sungguh menghidupi segala symbol atau atribut mulai dari nama-gelar dan bahkan pakaian yang dikenakan. Yesus secara tidak langsung menegurku supaya “jangan gaya di pakaian kebiaraan atau pakaian klerus” tetapi tidak diimbangi dengan perbuatan-perbuatan kasih yang konkrit.

@Apabila saya sudah menjerebabkan diri masuk dalam kekilafan dan dosa-dosa dimaksud di atas, entah sebagai klerus maupun sebagai biarawan, nabi Yesaya menyerukan satu harapan akan pertobatan. Dia menegaskan, sekalipun dosa-dosaku merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarnah merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Artinya, Allah senantiasa memberi saya “the second chance” untuk sebuah pertobatan. Belaskasih Allah melampaui pekatnya dosa-dosaku. Oleh karena itu, Allah lewat seruan nabi mengajakku untuk berbalik kepada jalan yang benar. Hal ini mungkin apabila saya mulai dengan sebuah otokritik yang jujur dan tulus. Darinya, saya mulai dengan sebuah langkah yang baru untuk sebuah hidup yang lebih baik, yang didahului dengan sebuah pertobatan yang jujur pula.

@ Satu pesan penting dari Yesaya adalah konsistensi terhadap opsi yang saya buat. Pertobatan kepada jalan yang benar atau jalan yang lebih baik hendaknya mengantar saya untuk lebih peka terhadap kebutuhan orang-orang kecil di sekitarku: anak-anak yatim piatu dan para janda (repsentasi orang miskin dan terpinggirkan). Kalau saya menghidupi imamat hanya untuk sebuah prestise – gila jabatan/status social – kekayaan – nama besar – dst, saya bakal meninggalkan opsi saya yang seharusnya yaitu perhatian dan cinta kepada orang-orang kecil dan yang terpinggirkan di dalam masyarakat. Kita saling mendoakan, semoga dalam kapasitas kita masing-masing, entah sebagai imam, biarawan/I, paus, uskup, guru, orang tua, pimpinan sipil, dst., kita berusaha untuk konsisten dengan setiap kata yang kita ucapkan. Semoga kata dan tindakan kita berjalan selaras. Semoga konsistensi kita dalam mengimplementasikan kata-kata kita ke dalam perbuatan-perbuatan konkrit, senantiasa mendekatkan kita pada pelayanan akan orang-orang kecil dan terpinggirkan. Semua perubahan mestinya bermula dari keberanian untuk membuat OTOKRITIK. Have a wonderful day filled with love and mercy. Warm greetings to you all…..padrepiolawesvd….🫰🏿🙏😇🫰🏿🙏😇