Para Pastorku yang terkasih.
Bersyukurlah karena apa yang kita pelajari kembali dari RD. Berry Rahawarin dan Bpk. Albert Wibisono dalam Muspas ini sejalan dengan seruan Paus Fransiskus pada tanggal 20 Januari ini.
HIDUPKATOLIK.COM – Pesan penting yang disampaikan oleh Paus Fransiskus kepada para peserta kursus untuk penanggung jawab Komisi Liturgi Keuskupan yang diorganisir oleh Universitas Kepausan Santo Anselmus pada tanggal 20 Januari 2023 adalah “Melawan segala bentuk misa yang ceroboh, terbengkalai, kurang persiapan dan segala ritual yang tidak liturgis dalam perayaan Ekaristi sebagai jalan perjumpaan dengan Kristus.”
Paus Fransiskus menekankan bahwa pada prinsipnya Liturgi Ekaristi adalah perjumpaan dengan Kristus. Karena itu ada tiga tiga hal yang ditegaskan oleh Paus Fransiskus yaitu:
Pertama: Pusat Liturgi adalah Kristus
Paus Fransiskus menekankan bahwa dalam perayaan Ekaristi, paritisipasi yang bermanfaat dari umat Allah harus diprioritaskan (bdk. SC. 30) maka dalam perayaan umat dipimpin kepada Kristus dan mendekatkan Kristus kepada umat.
Maka dari itu pentingnya Evangelisasi atau penginjilan dalam perayaan Ekaristi. Pesan bijak Paus Fransiskus; “Perayaan tanpa Penginjilan adalah tidak otentik.” (bdk. SC 35.3).
Paus mengingkatkan akan adanya bahaya mengedepankan ritual. Artinya yang penting misanya berjalan dan selesai. Pokoknya misa satu jam, selesai. Kotbah singkat dibumbui dengan nyanyian dan tepukan tangan. Kondisi seperti ini oleh sebagian umat bahkan imam dilihat sebagai perayaan yang indah namun tanpa kekuatan, tanpa rasa dan tanpa makna karena tidak menyentuh hati dan keberadaan umat Allah. Maka Paus Fransiskus mengingatkan bahwa Kristuslah yang menggetarkan hati kita, perjumpaan dengan-Nyalah yang membuat kita bersemangat dan bukan keindahan ritual atau perayaan.
Kedua: Mengembalikan Rasa Hormat dengan Menjaga Keheningan
Perjumpaan dengan Kristus yang menggetarkan hati dan memberi semangat itu dimulai dari diri sendiri ketika sudah berada di dalam gereja untuk mengikuti Perayaan Ekaristi yaitu menjaga keheningan. Maka menurut Paus Fransiskus situasi liturgi yang agak ceroboh, kurang persiapan tidak membantu umat Allah dan tidak mendampingi mereka untuk berjumpa dengan Kristus.
Oleh karena itu Paus Fransiskus mengingatkan agar situasi disekitar lingkungan gereja sedapt mungkin tenang atau hening, tidak ramai sebelum, selama Ekaristi berlangsung dan sesudah liturgi Ekaristi.
Pesan bijak Paus Fransiskus; “ Keheningan yang mempersiapkan kita (Anda) untuk masuk dalam misteri perayaan Ekaristi dan menggemakan Sabda Allah dalam hati kita .” Persaudaraan itu indah, namun itu ditemukan dalam perjumpaan dengan Kristus yang memberi makna pada pertemuan dan kebersamaan kita. Kita harus menemukan kembali dan menghargai keheningan! ”, pesan Paus Fransiskus.
Ketiga: Imam Bukan Master of Ceremonies (MC)
Paus Fransiskus mengingkatkan bahwa seringkali masalah muncul dalam perayaan Ekaristi karena imam yang adalah presider (pemimpin) perayaan menjadi master of ceremonies sehingga bukan Kristus yang menjadi pusat dari liturgi tetapi imam yang menjadi pusat dalam liturgi.
Paus Fransiskus menegaskan bahwa imam adalah pemimpin perayaan artinya yang memimpin dan bukan pembawa acara. Maka yang paling baik adalah semakin tersembunyi pembawa acara, semakin baik, semakin sedikit yang melihatnya, semakin baik.
Pada kesempatan ini Paus Fransiskus mengingatkan akan tanggungjawab mengajar dari pemimpin perayaan dalam hal ini para uskup dan para imam menyangkut pembinaan liturgi kepada para imam. Beliau mengutip Sacrosantum Concillium, dokumen Konsili Vatikan II tentang liturgi yang mengutamakan pembentukan liturgi bagi para klerus agar mereka dapat membentuk dan membina kaum awam secara baik dan benar dalam hal litugri. (SC. 14-19; 41-42).
Tuan Kopong, MSF, tinggal di Manila, Filipina
Sumber Vatican News | http://www.vaticannewes.va/en/pope/news/2023-01/pope-francis-anselmo-university-liturgy-course.html