KAMI TETAP TEGAR BERDIRI SEBAGAI ORANG KATOLIK

Kunjungan Kanonik Mgr. Inno Ngutra, Uskup Diosis Amboina di Paroki Pinggiran di Maluku Barat Daya ( Kamis, 24 November 2022 : Seri – 01)

Bapa Uskup, tantangan pasti ada, apalagi rayuan untuk berpaling ke yang lain datang silih berganti ketika kami hidup di tengah mayoritas, tapi Yesus dan Gereja Katolik tetap dalam hati kami, yang membuat kami tak pernah bisa berpaling.”

Di tengah kondisi badan yang deman semalam sebelum berangkat, saya akhirnya memutuskan untuk tetap terbang dengan pedawat ke Paroki St. Petrus Paulus Tiakor Moa di Maluku Barat Daya bersama Ketua MUI Provinsi Maluku dan Sekretaris II Parisada Hindu. Paroki ini meliputi 6 pulau yang ada umat Katoliknya;
Pulau Moa : 92 KK
Pulau Letti : 22 KK
Pulau Kisar : 34 KK
Pulau Wetar : 65 KK
Pulau Babar yang terdiri dari 2 stasi, yakni;
Tepa : 15 KK
Letwurung : 18 KK
Daerah ini dikategorikan sebagai pulau-pulau terluar dan terdepan karena berhadapan langsung dengan Timor Leste dan Ausralia.

Pesawat pun mendarat di bandara di Pulau Moa setelah penerbangan sekitar 1 jam 20 menit, di mana telah menanti para tokoh pemerintahan ( Wakil Bupati ) bersama para tokoh agama. Setelah melakukan perarakan sampai di gereja, kami pun beristirahat sampai sore hari.

Pada malam hari diadakanlah acara santap malam bersama Pemda. Esok paginya diadakan kegiatan anak/remaja lintas agama, yang menjadi kegiatan primadona dalam setiap kunjungan. Anak-anak yang di awal kegiatan masih berdiri menurut kelompok agama, kini mereka membaur berkat lagu dan gerak yang dipandu oleh para katekis.

Sore hari diadakanlah Misa Krisma I di pulau Teor selama mereka menjadi Katolik dan kunjungan terakhir 40 Tahun lalu oleh Uskup Diosis Amboina. Di sela-sela ucapan syukur inilah, keluarlah jeritan umat, ” Bapa Uskup, memang selama 40 tahun ini kami merasa terasing dan diasingkan. Hati kami terus menjerit dalam doa dan air mata selama menanti kedatangan gembala kami, tapi apa mau dikata, kami ini hanya domba-domba kecil yang tak bisa bersuara. Kalau pun kami bersuara, lalu siapa yang mendengar dan datang ke tempat yang sunyi nan sepi ini? Tapi syukur, hari ini bapa Uskup telah mengobati kerinduan hati kami domba-dombamu. Inilah sukacita kami di tahun ke – 40 penantian kami.”

Menyaksikan situasi dan jeritan hati umat kecil seperti ini hatiku selalu merasa iba dan tersayat. Aku mencoba untuk tetap tegar dan tersenyum melayani umatku walaupun setiap malam aku harus berjuang melawan sakit dan demam yang menyerangku. Setiap kali kuangkat hosti dan anggur, aku hanya meminta kiranya Tuhan mengizinkanku melayani umatku sampai hari terakhir sesuai jadwal yang ditawarkan kepadaku.

Doakanlah domba-domba kecilku di pulau-pulau terluar ini

Terimalah salam, doa dan berkatku untuk para sahabat ( Mgr. Inno Ngutra : Minnong – Duc in Altum )