Dari Suatu Sudut di Kota Ambon Manise
Dari Seorang Sahabat untuk para Sahabat Pastor
Pengantar
Salah satu ciri khas para Pastor dalam Gereja Katolik adalah 3 Janji Imamat yang diucapkannya pada waktu menjelang tahbisan, yakni: Janji untuk hidup setia, miskin dan selibat. Namun pada 3 janji inilah pulalah sering terjadi masalah yang menghancurkan Imamat para pastor itu.
TERINSPIRASI OLEH RENUNGAN PAGI ROMO JIMMY
Untuk ketiga kalinya saya terinspirasi oleh kotbah Romo Jimmy Balubun, MSC., dalam misa pagi di kapel Keuskupan Amboina, maka saya pun mulai menulis permenungan yang langsung berhubungan dengan kehidupan dan sepak terjang para pastor di dalam Gereja Katolik dewasa ini.
Sama sekali tidak memposisikan diri sebagai seorang pengamat, melainkan apa yang kutuliskan juga sebenarnya menggambarkan apa yang kuhidupi baik sebagai seorang Imam maupun sebagai Uskup yang adalah seorang Pastor ( Gembala ), dan tentunya juga menjadi kritik bagi diriku sendiri.
Pada moment Kotbah, Romo Jimmy menyatakan bahwa pagi ini Yesus memberikan perspektif baru tentang keberadaan sebuah janji atau sumpah. Baginya janji dan sumpah tidak akan diucapkan dari mulut seseorang bila saja ia jujur dalam kata dan perbuatannya.
Romo Jimmy lalu melanjutkan: Fakta bahwa kita para pastor jatuh dalam dosa pengingkaran akan 3 janji ini mau memberikan perspektif lain bahwa ternyata janji bahkan sumpah yang kita ucapkan pada moment tahbisan diakon dan Imam hanyalah sebuah ritual belaka tanpa makna dan penghayatan yang radikal dalam tuntutannya. Beliau lalu menegaskan: “Janji bahkan sumpah tidak akan terucap dari bibir bila saja setiap dari kita mau hidup jujur sebagai pastor.”
FAKTA KEHIDUPAN PARA PASTOR DEWASA INI
Menyimak fakta kehidupan para pastor saat ini, maka kita harus akui bahwa kejatuhan bahkan kehancuran Imamat seorang pastor bermula dari pengingkaran atas 3 janji Imamat yang diucapkan di hadapan Uskup Pentahbis.
1) Janji Hidup Miskin
“Janji untuk hidup miskin hanya bisa bersinar dalam diri para pastor yang hidup sederhana.”
Godaan untuk menjadi kaya, mengumpulkan uang dan harta atau menyalahgunakan nya sedang merongrong kehidupan para pastor di dalam Gereja saat ini. Mulai dari tindakan beberapa pastor yang mengambil uang Gereja untuk kepentingan pribadi, menggunakan kendaraan dan handphone bermerek dengan harga yang mahal adalah virus yang meninabobokan para pastor menuju pada kehancuran imamatnya;
2) Janji Selibat
“Kehancuran janji selibat bukan hanya disebabkan oleh ketidakmampuan seorang pastor menahan hasratnya, melainkan juga karena ada kesempatan, sarana dan uang.”
Fakta bahwa terjadi beberapa kasus seksual yang menghebohkan dari kalangan para pastor, mengisyaratkan bahwa terjadi kemunduran dalam penghayatan selibat. Benarlah yang dikatakan orang: “Laki-laki yang telah menikah selalu cenderung mencari wanita lain, tetap lelaki bujangan kadang mencari wanita yang telah bersuami.” Pernyataan ini bisa diperdebatkan, namun fakta mengatakan bahwa kasus seksual para pastor lebih banyak terjadi dengan para wanita yang sudah terikat pernikahan.
Lalu muncul pertanyaan: “Bukankah para pastor telah berjanji untuk hidup selibat? Apa yang salah dengan janji tersebut?”
3) Janji untuk Taat/Setia
“Akar dari kehancuran Imamat bukan terletak pada pengingkaran akan janji hidup miskin dan selibat, melainkan karena ketidaktaatan para pastor.”
Pater Jules Chevalier, pendiri Tarekat Missionaris Hati Kudus ( MSC ) pernah berkata: “Anda mungkin bisa jatuh/kalah dalam perjuangan untuk hidup miskin dan mempertahankan selibat, namun jangan pernah kalah dalam ketaatan, karena sekali Anda tidak taat maka membuka jalan bagimu untuk menolak hidup miskin dan merusak selibatmu.” Pernyataan orang Kudus ini benar dalam kenyataan hidup kaum berjubah karena ketidaktaatan melahirkan sikap tidak takut untuk mengingkari janji dan berdosa. Seseorang akan melakukan apa saja tanpa merasa bersalah dan berdosa bila dia telah tidak taat kepada Tuhan dan pimpinannya.
SAATNYA BAGI PARA PASTOR UNTUK SADAR, BERTOBAT DAN BERUBAH
“Berubah itu sulit, tapi kalau tidak berubah itu fatal.”
Tidak ada jalan lain untuk mengubah karakter para pastor selain perlu adanya kesadaran yang dimulai dari diri para pastor itu sendiri. Sadar bahwa kita telah membuat janji dan sumpah bukan kepada Gereja, Uskup dan umat, melainkan kepada Tuhan, yang memanggil dan memilih kita menjadi Imam-Nya.
Ingatlah bahwa pilihan Tuhan terhadap kita untuk menjadi Imam-Nya bukan didasarkan pada kelayakan dan kekudusan kita, melainkan karena Tuhan percaya bahwa kita dapat membawa dan menjaga bejana tanah liat yang ditaruh di kepala kita.
Karena itu, fakta kejatuhan beberapa rekan pastor kita, hendaknya tidak menyurutkan semangat kita untuk berjuang hidup miskin ( sederhana ), suci dan taat. Harus selalu ditanam dalam hati dan pikiran kita bahwa masih ada banyak pastor suci, sederhana dan taat secara radikal di dalam Gereja, di sekitar kita. Mereka masih tetap setia mengikuti Yesus dalam cara hidup miskin, suci dan taat secara radikal. Harus disadari bahwa jika mereka bisa melakukan dan menghidupi 3 janji Imamat itu, maka kita pun bisa seperti mereka jika kita mau dan rela dan kembali ke hakikat Imamat kita.
KAMI MEMERLUKAN PASTOR JUJUR BUKAN YANG OBRAL JANJI DAN BERSUMPAH PALSU
“Sesaat ketika seseorang menjadi pribadi yang jujur dalam kata dan perbuatan, maka sesungguhnya janji dan sumpah akan hilang dan sirna dari dalam diri dan hidupnya.”
Tak ada yang salah dengan harapan umat terhadap kita para pastor untuk menjadi pastor yang suci, miskin ( sederhana ) dan taat, karena ini semata bukan karena mereka menuntutnya, melainkan 3 janji itu adalah caranya Tuhan melalui Gereja-Nya untuk menjadikan kita para pastor menjadi saluran berkat bagi umat dan masyarakat.
Kisah banyak orang kudus, yang salah satunya adalah St. Yohanes Maria Vianney, yang menjalani hidup suci, sederhana dan taat mengajari kita bahwa jika kita menjadi seperti pastor Vianney, maka Tuhan akan bebas melakukan Mujizat dan menjadikan kita berkat terindah bagi umat dan Gereja-Nya.
Ingatlah bahwa umat dan masyarakat kita dewasa ini lebih memerlukan pribadi pastor yang jujur, taat, suci dan sederhana daripada pastor yang suka obral janji, sumpah palsu memiliki gaya hidup parlente. Inilah harapan dan doa dari umat terhadap kita para pastor. Doa dan harapan itu bisa terwujud bukan melalui sebuah Mujizat, melainkan terjadi bila engkau dan aku, para pastor mereka kembali menghidupi janji Imamat kita.
Penutup
Sekali lagi tulisan ini bukan dibuat oleh seorang pengamat, melainkan sebagai sebuah refleksi dan kritik pedas atas perilaku dan sikap hidup darimu dan dariku, dari kita semua yang adalah para pastor dalam Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik. Semoga Gereja Kristus tetap bercahaya lewat diri kita para pastornya yang berjuang untuk menjadi pastor yang suci, taat dan sederhana di masa ini.
Salam, doa dan berkat dariku untuk para sahabat pastorku ( Mgr. Inno Ngutra )