Setelah memposting kisah perjalananku kemarin dan mengikuti semua kisah kunjungan ke paroki dan stasi pinggiran, seorang sahabat mengirim pesan kepadaku: “Kawan, beta terharu sekali membaca dan mengikuti semua kisah kunjunganmu kepada domba-domba yang Tuhan percayakan kepadamu. Beta hanya berdoa semoga Tuhan Yesus selalu menuntunmu dalam mengunjunggi domba-dombamu yang tinggal di tempat terpencil selagi kawan masih muda dan kuat, karena akan tiba suatu saat di mana kawan hanya dapat mendoakan mereka dari jauh. Allah Bapa di surga menyertaimu dan segenap umat kecintaanNya. Sehat selalu MGR.”
Membalas kesan sahabat di atas, aku hanya mengiyakan dan mengatakan bahwa memang selagi masih muda dan kuat maka aku akan memastikan bahwa tidak seorang yang Tuhan percayakan kepadaku sebagai domba tuntutananku akan merasa kesepian, ditinggalkan dan merasa diabaikan.
Pesan sahabatku di atas mengingatkanku pada kata-kata Yesus kepada Petrus: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” ( Yoh. 21 : 18 )
Aku hanya berharap dan berdoa agar Tuhan mengizinkanku untuk melayani domba-domba bukan dengan terpaksa, tapi dengan kelembutan hati dan ketulusan cinta seorang gembala yang baik terhadap domba-dombanya.
Doakan lah aku, para sahabatku ( Mgr. INNO NGUTRA )