DAILY WORDS, JUMAT, 13 OKTOBER 2023
PEKAN BIASA XXVII
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : YL 1: 13 – 15;2: 1 – 2
MAZMUR : MZM 9: 2 – 3.6. 16. 8 – 9
INJIL : LUK 11: 15 – 26
@ Akhir pekan yang kelabu! Itulah kenyataan yang dunia hadapi kemarin. Militan Hamas menyerang orang-orang Israel yang lagi mengisi akhir pekannya – Sabat – hari yang kudus. Ratusan nyawa melayang. Serangan yang tiba-tiba membuat kita meragukan ampuhnya system pertahanan “ iron dome ”-nya Israel. Saking terkejutnya, Israel secara membabi buta membombardir wilayah Gaza – wilayah terpadat di dunia itu. Ribuan nyawa rakyat sipil melayang. Ya, tragedy kemanusiaan sedang terjadi dan meresahkan. Belum selesai perang Rusia -Ukriaina, perang Israel versus militant Hamas kembali memanas. Semuanya hanya atas saling curiga. Tidak saling menerima keberadaan satu akan yang lain. Israel dituduh merebut dan menduduki wilayah milik orang Palestina. Israel bahkan memblokade tempat itu sejak 2007. Israel yang sungguh yakin akan identitasnya sebagai bangsa pilihan Allah tidak mau tinggal diam dan berusaha sedapat mungkin mempertahankan eksistensinya di tanah suci tersebut. Sekali lagi, semuanya ini oleh karena “ rasa curiga” antara kedua kubu.
@ Rasa curiga ini sudah lama sejak jaman Perjanjian Lama. Setelah kembali dari tanah pembuangan, Israel kembali menata hidup keagamaannya. Mereka sungguh hidup menurut hukum Tuhan. Namun, mereka perlahan terseret pada keyakinan bahwa Allah hanya datang untuk menyelamatkan bangsa Israel. Bangsa yang lain adalah bangsa kafir. Rasa superior ini menyebabkan Israel menjadi kelompok yang sangat memikirkan diri dan kepentingannya dan kurang berperan di dalam lingkungan yang lebih luas. Hal ini terjadi turun temurun bahkan sampai hari ini. Buktinya, tragedy kemanusiaan terus saja terjadi di wilayah Palestina – Israel. Lebih ironis, tragedy ini terjadi hanya dengan dalih siapa yang menjadi “ yang terpilih ” oleh Allah. Kasihan! Allah dan agama dibawa-bawa dalam perhelatan politik. Kepentingan politik memboncengi agama. Tujuan menghalalkan cara. Padahal, semuanya hanya oleh rasa curiga dan terancam dengan keberadaan orang lain di sekitar. Perasaan curiga yang berlebihan inilah yang akhirnya menyingkirkan “ peran Allah ” yang sesungguhnya di dalam hidup manusia. Manusia hanya memakai nama “Allah” untuk mengejar kepentingan dirinya sendiri. Inilah yang ditentang oleh nabi Yoel. Dia mengajak Israel untuk bertobat dan mengandalkan Allah di dalam hidup. Jangan ada lagi “ rasa curiga” yang menggiring pada sikap dan tindakan yang seolah-oleh “ mempersempit ” karya penyelamatan oleh Allah.
@ Sikap curiga pun ada dalam diri orang-orang Israel di jaman Yesus. Oleh karena kecurigaan inilah, mereka tidak mengakui kekuatan Allah dalam setiap tindakan mukjizat yang dilakukan Yesus. Bahkan Yesus dicap menggunakan kekuatan kepala setan alias Beelzebul – penghulu setan. Inilah kecenderungan manusia yang telah ada bahkan sejak jaman Adam dan Hawa. Selalu ada rasa curiga. Jadinya, tidak masuk akal. Masakan setan bunuh setan. Keluarga setan jadi pecah. Hmmm! Saya ulangi, manusia mencurigai jika Allah dapat menjamin hidup manusia itu sendiri. Kecurigaan ini bahkan menggiring manusia untuk mencoba jalan apa saja untuk menggantikan peran Allah yang dianggap “ tidak berdaya ” menjamin keselamatan manusia. Akhirnya manusia jatuh lagi di dalam dosa dan penderitaan. Semuanya hanya karena kesombongan manusia yang menggiringnya pada rasa curiga.
@ Hari ini kita dipanggil untuk kembali menata iman kita. Sungguhkah kita memercayai segalanya ke dalam penyelenggaraan Allah? Ataukah sebaliknya kita mencurigai jika Allah tidak mampu menjamin keselamatan kita? Mungkin kita lebih berhati-hati atas rasa curiga, yang mungkin secara tidak sadar tumbuh di dalam diri kita. Hal ini tampak di dalam pencarian kita akan kekuatan-kekuatan lain yang lebih menjamin kenyamanan kita di atas dunia ini, yang hemat saya, hanya bersifat “ sementara ” saja. Ketika kita kurang yakin akan Allah yang dapat menjamin segalanya, kita akhirnya lebih mengarahkan diri pada penumpukkan segalanya bagi diri kita: harta dan kuasa/gengsi/prestise/harga diri/status social keagamaan, dst. Mari kita saling mendoakan agar kita tidak terjerumus ke dalam kecurigaan akan kurangnya peran Allah di dalam hidup kita. Kita berdoa semoga kita semakin percaya pada penyelenggaraan-Nya. Dengan demikian, kita tidak terjerumus ke dalam kecenderungan mencari – menumpuk: kuasa – harta – status social, dst . Ketika kita percaya hanya pada kekuatan Allah, kita bakal hidup dalam cinta kasih dan terus berbagai dalam kelebihan dan kekurangan yang kita alami di dalam hidup. Kita berdoa, semoga damai segera mungkin bersemi di tanah suci. Jangan lagi ada kecurigaan satu akan yang lain. Biarlah kuasa Allah menyelamatkan semua bangsa. Let us pray for Palestinians and Israelites. Have a wonderful day filled with love and mercy…warm greetings to you all . padrepiolaweterengsvd 🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼