DAILY WORDS, KAMIS, 28 SEPTEMBER 2023
PEKAN BIASA XXV
PW. ST. VINSENSIUS A PAULO, IMAM
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : HAG 8: 1 – 8
MAZMUR : MZM 149: 1 – 2. 3 – 4. 5 – 6a. 9b
INJIL : LUK 9: 7 – 9
@ Satu hal yang sering saya sentil dalam himbauan pastoral di paroki adalah KEPEDULIAN pada pertumbuhan iman perseorangan oleh karena dukungan komunitas. Hal ini menjadi perhatian yang serious bagiku karena ada satu kecenderungan ini: ada individu yang memilih untuk berdoa sendiri atau berdoa dalam kelompok eksklusif/khusus namun tidak aktif di dalam kebersamaan yang inklusif/merangkul. Ada orang yang cenderung membentengi diri terhadap interaksi dengan sesama ketika berada di gereja. Datang ke gereja langsung duduk diam dan berdoa sebelum ibadat/misa bersama. Segera setelah ibadat/misa, langsung menghilang tanpa membangun interaksi dengan sesama anggota gereja. Ada kelompok yang begitu getol membangun “ kelompok-isme ” dan merasa superior terhadap kelompok yang lain atau terhadap komunitas yang lebih besar. Ada yang tidak aktif dalam kelompok yang lebih besar namun selalu mau melakukan kegiatan dalam kelompok khusus. Saya mengistilahkan individu atau kelompok jenis ini sebagai kumpulan orang yang berambisi mengejar kekudusan pribadi. Sejatinya, Gereja Kudus adalah kumpulan individu-individu yang inklusif/terbuka kepada siapa pun dan terhadap kelompok manapun. Tidak ada fanatisme dalam membangun kekudusan personal.
@ Hari ini, Tuhan, lewat nabi Hagai, mengingatkan bangsa Israel agar segera membangun kembali rumah Tuhan. Masakan orang-orang Israel telah membangun rumah-rumah pribadinya yang bagus dan nyaman sementara rumah Tuhan (rumah bersama) tampak sebagai reruntuhan yang tidak disentuh sama sekali. Beginilah seruan nabi Hagai, “ Apakah sudah tiba waktunya bagi kalian untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang rumah Tuhan tetap menjadi reruntuhan? Jika saya sejajarkan rumah pribadi sebagai “kekudusan pribadi” dan rumah Tuhan/rumah bersama sebagai “ kekudusan komunitas/bersama ” maka saya boleh membahasakan kembali seruan nabi Hagai sebagai berikut: “Apakah sudah tiba waktunya bagi kalian untuk menikmati kekudusan pribadi, sedang komunitas/gereja rohani-bersama dibiarkan terlantar-penuh dengan konflik – penuh dengan perpecahan – penuh dengan ketidak-pedulian pada nasib orang-orang kecil – penuh dengan kemiskinan dan kemelaratan kaum pinggiran – penuh dengan ketidak-adilan social oleh karena system di dalam masyarakat yang cenderung memperkaya yang kaya dan memiskinkan yang miskin?
@ Yohanes Pembaptis – perintis jalan bagi datangnya Yesus dan Yesus sendiri adalah dua sosok heroic yang sungguh peduli pada kebaikan/kekudusan/kesejahteraan bersama dan tegaknya keadilan social. Oleh karena ketegaran mereka di dalam memperjuangkan kebaikan bersama dan keadilan, para penguasa waktu itu termasuk Herodes sangat merasa tidak nyaman atau terancam posisi kekuasaannya. Sebagaimana yang disoroti Kitab Suci, pernikahan antara Herodes Antipas dan Herodias adalah suatu pernikahan yang melanggar adat istiadat Yahudi, yang melarang seorang pria untuk menikahi istri yang diceraikan saudaranya. Ambisi Herodias untuk menjadi istri penguasa waktu itu yaitu Herodes Antipas, membuat wanita ini sangat terganggu dengan kehadiran Yohanes Pembaptis yang tidak henti-hentinya menggugat perkawinan yang 28 SEPTEMBER 2023 keadilan yang peduli akan nasib orang-orang tertindas ini, akhirnya dipenggal kepalanya dan wafat. Munculah Yesus – Sang Nabi Agung yang kedatangan-Nya telah dipersiapkan Yohanes Pembaptis, dengan ajaran-ajaran dan tindakan-tindakan-Nya yang senantiasa berpihak pada orang-orang kecil dan tertindas. Herodes Antipas pun merasa tidak nyaman dengan sosok Yesus yang selalu menyoroti kesewenang-wenangan yang terjadi di dalam masyarakat oleh karena ketamakan para penguasa waktu itu. Namun Yesus – Sang Nabi Agung tidak pernah berhenti membela kaum tertindas – kaum marginal. Yesus tidak pernah berhenti memperjuangkan kebaikan bersama dan menegakkan keadilan. Tindakan/karya Yohanes Pembaptis dan tindakan/karya Yesus bak membangun Rumah bersama/rumah Tuhan, yang dalam Perjanjian Baru kita kenal sebagai GEREJA atau Tubuh Mistik Kristus.
@ Sebagai pengikut Kristus, kita pun dipanggil untuk membangun Rumah bersama/rumah Tuhan yaitu Tubuh Mistik Kristus/Gereja sambil berusaha untuk menghilangkan kecenderungan untuk membangun kesalehan pribadi/kelompok tanpa peduli pada kebersamaan dan kepentingan semua anggota Tubuh Mistik Kristus. Saya mengajak kita sekalian untuk saling mendoakan agar kita tetap kuat dan tabah di dalam memperjuangkan kebersamaan dan keadilan di dalam Gereja/Tubuh Mistik Kristus. Semoga Roh Kudus mendorong dan menguatkan kita semua untuk menghilangkan ke-aku-an/egoisme dan fanatisme kelompok/kelompok-isme di dalam hidup, baik menggereja maupun bermasyarakat. Have a wonderful day filled with love and mercy. My warm greetings from the international Airport of Sultan Hassanuddin of Makassar as together with RP. Alfons Hayon, SVD, we are waiting for our flight back to Ambon manise….. padrepiolaweterengsvd …🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼