GEDUNG GEREJA TIDAK KAMI PUNYA, TAPI YESUS TETAP DI HATI

Kunjungan di 3 Desa Protestan di Tanimbar Utara ( 2 )

Mobil kami pun berhenti di desa Protestan kedua. Namanya Manglusi. Karena umumnya rumah penduduk agak jauh dari jalan besar maka setelah penerimaan secara adat, kami pun diarak ke balai desa, di mana telah berkumpul sebagian besar jemaat yang mayoritas Protestan Maluku.

Setelah mendoakan kampung dan masyarakatnya, aku pun bertanya tentang jumlah KK dan jiwa umat Katolik kepada bapa, yang didaulat sebagai ketua Stasi ini. Beliau lalu menjelaskan bahwa mereka hanya berjumlah 9 KK dengan jumlah jiwa sekitar 30-an orang.

Menyaksikan bahwa mereka tidak memiliki gedung gereja, maka aku pun bertanya; ” Bagaimana atau di mana mereka beribadat mingguan dan perayaan gerejani lainnya?” Beliau pun menjawab bahwa selama ini memang jarang ada misa di stasi mereka. Jika ada hari raya gerejani maka mereka harus menempuh puluhan kilo meter agar bisa mengikutinya di paroki atau stasi terdekat. Dan bila hari Minggu biasa maka mereka hanya berkumpul dari rumah ke rumah untuk beribadat.

Semakin penasaran tapi kagum akan iman mereka, aku pun bertanya menguji; ” Bila situasinya sulit dan kurang dilayani oleh para Imam, kenapa tidak berpindah gereja saja?” Bapa itu memandangku dengan mata agak melotot dan seakan menahan segelintir kegetiran, ia pun menjawab; ” Bapa Uskup, kami ini lahir Katolik, tetap hidup sebagai orang Katolik, dan rindu untuk mati pun sebagai orang Katolik. Kami memang kurang dilayani oleh para Imam, gedung gereja pun tidak ada, tapi iman Katolik dan Yesus tetap di hati kami. Kami takan berpindah dan tidak akan membiarkan seorang pun mengambilnya dari hati kami.

Mendengar jawaban sederhana namun sarat makna itu, aku pun merasa malu terhadap diri sendiri, karena semula ingin mengujinya, tapi ia berbalik meng- smackdown -kan aku dengan jawabannya. Ya, mereka tidak memiliki gedung gereja untuk beribadat dan memuji Tuhan dengan lagu dan pujian, tapi Yesus telah tinggal dan meraja di hati mereka. Dan itulah harta warisan mereka yang tak pernah punah dimakan ngengat.

Kami pun meninggalkan umat kecil ini dengan sebuah kebanggaan karena Yesus, Sang Gembala Agung, tak pernah meninggalkan domba-domba kecilnya sendirian.

Ditulis kembali memori indah bersama umat kecil di dalam pesawat ( Mgr. Inno Ngutra )

keuskupan amboina

Recent Posts

GEREJA KECIL BANDA NEIRA BANGKIT KEMBALI

Sepenggal Kisah dari Domba-Domba Kecil di Banda Neira “Gedung kami dihancurkan dan dibakar, tapi puing-puingnya…

10 hours ago

JADILAH SHALOM BAGI SESAMAMU

EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA BANDA NEIRA, MALUKU TENGAHJumat, 18 Oktober 2024Pesta St. LukasInjil: Luk.…

13 hours ago

MENCARI-CARI KESALAHAN DARIPADA MENGAKUI KEBENARAN

EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA AMBON MANISEKamis, 17 Oktober 2024Injil: Luk. 11 : 47 -…

2 days ago

MENJADI BERKAT BUKAN BEBAN

EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA AMBON MANISERabu, 16 Oktober 2024Injil: Luk. 11 : 42 -…

3 days ago

MAMA, AKU INGIN BERSEKOLAH

Kisah Romo Erol dari Taliabu, Part 2 Para sahabat, mari kita membantu Romo Erol untuk…

3 days ago

BERPENAMPILAN PARLENTE DENGAN MULUT MANIS

EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA AMBON MANISESelasa, 15 Oktober 2024Injil: Luk. 11 : 37 -…

4 days ago