Masih dari Kunjungan ke Kepulauan TANIMBAR
Setelah Speedboat kami berlabuh agak jauh di pantai, maka 4 regu penandu mulai berdatangan untuk menandu kami ke darat agar sepatu dan jubah kami tidak basah.
Setelah penerimaan adat maka para tua adat bergeser ke tepi kiri dan kanan, sementara pemandangan indah terbentang di harapanku; Umat Stasi Sofyanin memaparkan kain mereka sepanjang jalan 100 meter lebih. Dengan agak ragu, saya bertanya; Apa maksud pemaparan kain di atas jalan ini? Seorang ibu menjawab; “Bapa Uskup, inilah cara kami menyambut seorang tamu Agung di desa kami. Tapi lebih dari itu, kami ingin telapak kaki sucimu menyentuh selimut kami, dan itu sudah cukup untuk melindungi tubuh kami di waktu tidur.”
Mendengar jawaban yang penuh keyaikinan iman itu, aku hanya berdiam tanpa kata, lalu melangkahkan kakiku di atas hamparan kain mereka. Aku yakin bahwa bukan karena sucinya aku tapi karena besarnya iman mereka maka pasti mereka akan menerima dari Tuhan apa yang mereka rindukan. Bukankah karena iman maka wanita yang pendarahan itu sembuh? Demikian giman dalam hatiku.
Aku hanya berdoa semoga domba-domba kecilku di paroki dan stasi pinggiran ini tidak merasa sendirian dan kesepian lagi sebagai umat Katolik di Keuskupan ini. Semoga mereka tetap bangga sebagai orang Katolik di mana pun mereka berada dan hidup dalam lingkup Keuskupan AMBOINA yang tercinta ini.
Dari sudut kota Ambon Manise
( Mgr. INNO NGUTRA )