Kis. 10:34a,37-43; Kol. 3:1-4 atau 1Kor. 5:6b-8; Yoh. 20:1-9.
Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan
Minggu, 9 April 2023
RD. Novly M
Selamat merayakan pesta paskah, kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Ini adalah suatu peristiwa iman yang menjadi jantung hidup iman kristiani. Kebangkitan Yesus ini mengubah perspektif iman kita. Melalui kebangkitan Yesus ini, maka kita diingatkan bahwa maut bukanlah segala-galanya. Yesus telah mengalahkan maut melalui kebangkitan-Nya. Dia bangkit supaya kita tahu bahwa kekuataan kematian tidak bisa menang atas kekuatan Allah. Dia bangkti juga supaya kita tahu bahwa sesudah hidup ini, ada kehidupan lain. Yesus bangkit supaya kehidupan kita tidak sia-sia dan berakhir dalam “kubur atau kematian”, karena kita sesudah mati, akan hidup lagi. Tentu untuk menyelamai ini, tidaklah mudah, karena ini adalah suatu peristiwa iman.
Hari ini kita merayakan peristiwa iman ini. Hari ini kita merayakan kebangkitan Yesus. Bagaiamana kita melihat atau merayakan pesta iman ini. Tentu, hal yang harus kita buat untuk merayakan pesta ini adalah ekaristi. Selain itu, injil hari ini memberikan beberapa gambaran sikap dalam menghadapi peristiwa kebangkitan Yesus. Pertama, perempuan yang melihat kubur terbuka. Batu yang menutup kubur sudah terbuka. Perempuan yang melihat ini adalah Maria Magdalena. Ini memiliki makna yang besar. Kaum perempuan pada masa Yesus adalah kelompok kelas II. Kaum pria yang mendominasi kehidupan sosial budaya saat ini. Tetapi justru yang pertama melihat kubur terbuka adalah perempuan. Ini berarti, kebangkitan Tuhan tujuannya adalah untuk mengangat martabat orang-orang yang tertindas, lemah, dan terpinggirkan. Yesus adalah harapan bagi setiap orang yang terpinggirkan baik secara sosial, maupun rohani. Di mata manusiawi, kita lemah, tetapi di mata Tuhan kita berharga. Justru dalam kelemahan itulah kasih karunia Allah selalu besar (bdk. 2Kor 12:9). Orang yang sombong, merasa diri paling benar, dan tidak pernah merasa memiliki kelemahan tidak akan mengalami hidup yang bangkit bersama Kristus. Jadi paskah mengajarkan kita untuk rendah hati dan sadar bahwa kita lemah.
Kedua, berlari. Maria Magdalena, sesudah melihat kubur terbuka, dia berlari mendapatkan para murid Yesus, Petrus dan murid yang lain untuk menyampaikan kubur terbuka ini. Sesudah mendapat berita dari Magdalena, mereka juga berlari-lari ke kubur untuk melihat Tuhan. Berita kebangkitan Tuhan harus menjadi berita yang membuat kita “berlari-lari”. Kebangkitan Tuhan harus membuat kita untuk bergerak lebih cepat, jangan loyo-loyo, tapi harus energik. Tuhan sudah bangkit, maka kita harus juga bangkit, lebih bersemangat, dan bergairah. Seperti para murid yang berlari untuk mencari Tuhan, maka dengan paskah ini pun kita harus lebih cepat dan berlari juga untuk mencari Tuhan. Tuhan sudah bangkit, maka kita pun jangan berjalan saja dalam kesedihan, putus asa, tetapi harus bergerak ke luar dari situasi itu, dan lebih bersemangat lagi untuk mencari sukacita, harapan, senyum, damai, kegembiraan. Paus Fransiskus katakan, “ada umat Kristiani yang hidupnya seperti masa Prapaskah tanpa Paskah… Saya mengerti dukacita mereka yang harus bertahan dalam penderitaan besar, namun sedikit demi sedikit kita semua harus membiarkan sukacita iman perlahanlahan mulai bangkit sebagai suatu kepercayaan yang tenang tapi teguh, bahkan dalam kesulitan terbesar…” (Evangelii Gaudium, art. 6-7).
Ketiga, percaya kepada Tuhan. Sesudah para murid mendengar, dan melihat “kubur kosong”, maka para murid percaya. Murid yang dikasihi Yesus, setelah mendengar berita tentang kubur kosong, berlari ke kubur untuk melihat, mengamati secara seksama kubur itu, dan akhirnya dia percaya. Dia tidak melihat secara langsung Yesus bangkit, tetapi dengan menyaksikan kubur kosong dan merefeleksikan kembali kitab suci, maka dia percaya. Kita tentu tidak melihat peristiwa kebangkitan Tuhan. Tetapi Tuhan yang bangkit itu menunjukkan kasih dan kebaikannya kepada kita dalam berbagai cara. Kasih dan kebaikan Tuhan itu seharusnya mendorong kita untuk semakin percaya kepada-Nya. Salah satu cara untuk bisa menyadari kasih Allah dalam setiap pengalaman hidup kita, termasuk pengalaman harian kita adalah discernment adalah salah upaya untuk melihat kehendak Tuhan atau tanda-tanda kehadiran Tuhan dalam setiap pengalaman hidup manusia. Paus Fransiskus katakan, dalam pesan masa prapaskah tahun 2023, bahwa supaya bisa mengalami kehadiran Tuhan yang penuh muliah seperti peristiwa transfirgurasi, maka salah satu jalan yang harus ditempuh mendengarkan Tuhan, melalui sabda, ekaristi, dan juga perjumpaan dengan orang-orang, terutama mereka yang menderita. Jadi perjumpaan yang sering dengan Tuhan itulah yang membuat kita mampu melihat kasih Tuhan dalam hidup kita.
Pengalaman kebangkitan Tuhan ini tidak harus dinikmati sendiri, tetapi harus diwartakan. Kita harus mewartakan kebangkitan Tuhan. Rasul Paulus pernah katakan, bahwa celakakah aku, jika aku tidak mewartakan injil (1Kor, 9:16). Pengalaman kebangkitan Kristus yang kita rayakan ini harus kita wartakan. Pengalaman rohani ini tidak menjadi pengalaman personal kita saja, tetapi perlu menjadi pewartaan bagi orang lain. Yesus bangkit ini bukan menjadi pengalaman kita tetapi pengalaman yang harus dibawah ke luar. Bagi Paus Fransiskus, gereja harus bergerak ke luar. Kita, yang adalah gereja, juga harus bergerak keluar mewartakan kebangkitan ini. Kita harus keluar dari pengalaman rohani yang menyenangkan ini, dan bertemu dengan orang lain di luar sana untuk mewartakan kabar kebangkitan ini, melalui buah-buah rohani, seperti kemurahan hati, merangkul, tidak menggerutu, tidak selalu mengeleuh, dan penuh sukacita (bdk. EG, art. 24). Amin.