BERIMAN DAN BERBUAT BAIK

Kej. 12:1-4a; 2 Tim. 1:8b-10; Mat. 17:1-9

HM Prapaskah II

Minggu, 5 Maret 2023

RD. Novly Masriat

            Hidup orang beriman tertuju pada dua arah, yaitu kepada Tuhan, dan kepada sesama. Dua arah ini tidak bisa terlepas. Hidup sosial seorang beriman, perlu dibarengi dengan hidup rohani, atau sebaliknya, kehidupan rohani juga peru dibarengi dengan kehidupan sosial. Dua sisi ini bagaiakan sisi ini terikat satu dengan yang lain. Sepanjang masa prapaskah ini, dua hal ini mendapat perhatian penting. Sepanjang masa ini, masa puasa ini, gereja menganjurkan orang Kristiani untuk memiliki semangat pertobatan untuk menjalin kembali hubungan yang baik dengan Tuhan. Semangat pertobatan ini perlu disertai dengan sebuah tindakan konkret. Tindakan sosial atau solidaritas sosial dalam bentuk aksi nyata berupa amplop solidaritas (amplop APP) atau upaya menciptakan keadilan sosial, menciptakan kebersihan lingkungan adalah bentuk konkrit dari semangat pertobatan tersebut. Sebaliknya, aksi nyata tersebut haruslah berdasar pada semangat iman atau semangat pertbobat. Dengan kata lain, kita membantu sesama karena merupakan buah atau berdasar pada semangat iman atau pertobatan tersebut. Oleh sebab itu, kalau kita berpantang atau berpuasa tetapi kalau tidak berdoa, itu adalah diet; kalau kita berpuasa atau berpatang tetapi tidak sedekah, itu adalah hemat. Orang yang berpuasa dan berpantang dalam masa prapaskah ini adalah orang berdoa dan berbuat baik; berbuat baik dan berdoa. Kedua hal ini mesti jalan bersama-sama.

            Injil hari ini juga menggarisbawahi dua hal tersebut. Injil menceritakan bahwa Yesus membawa tiga murid ke puncak gunung, yaitu Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Di atas gunung mereka mengalami pengalaman iman yang luar biasa karena mereka memiliki kesempatan untuk menyaksikan peristiwa transfigurasi atau perubahan rupa Yesus di hadapan Musa dan Elia. Ini suatu pengalaman iman yang sangat berkesan bagi ketiga murid tersebut. Mereka sangat bahagia menyaksikan hal ini. Sikap batin para murid ini menggambarkan betapa besarnya manfaat perjumpaan dengan Yesus. Berjumpa dengan Yesus selalu mendatangkan transformasi spiritual. Berjumpa dengan Yesus selalu ada perubahan. Salah satu bentuk konkret dari transformasi spiritual yang para murid alami yaitu bahagia atau suka cita. Paus Benediktus XVI pada hari orang muda Katolik Belanda yang pertama, 21 November 2005 berkata bahwa di dalam Yesus terdapat kebahagiaan. Paus ingatkan bahwa ada berbagai cara untuk mendapatkan kebahagiaan, tetapi kebahagiaan sejati itu ada di dalam Yesus.

            Sesudah memperoleh pengalaman spiritual yang menyenangkan, Petrus menghendaki agar mereka tetap tinggal di gunung, dan mengajak Yesus untuk membangun tiga tenda, untuk Musa, Elia, dan Yesus. Namun Yesus justru mengajak para murid untuk turun gunung. Ajakan Yesus ini merupakan suatu tindakan simbolis. Turun gunung berarti turun untuk menghadapi kehidupan konkret setiap hari. Ketika Yesus mengajak para murid untuk turun gunung, Yesus ingin menegaskan bahwa iman harus mendarat dalam pengalaman konret setiap hari. Yesus menunjukkan kepada para murid bahwa, pengalaman iman dengan Yesus perlu ditunjukkan dalam perbuatan baik yang konkret atau nyata. Ajakan Yesus untuk turun gunung ini juga memebuka cakrawala beriman para murid agar “tidak hanya duduk dalam kenyamanan religiositas, tetapi harus berani menghadapi berbagai kesulitan konkret tiap hari”. Paus Fransiskus, dalam pesan masa prapaskah tahun 2023 ini mengingatkan kita untuk tidak bersembunyi dibalik pengalaman religioisitas. Kita harus “turun” menghadapi kenyataan hidup, kesulitan, dan kontradiksinya. Ini artinya adalah iman itu harus dihidupi dalam kenyataan yang konkret, dan pengalaman sehari-hari.

            Marilah, dalam masa prapaskah ini, kita berjuang agar mampu mengimbangi kehidupan iman kita dengan kehidupan sosial kita. Kehidupan sosial kita harus didasari dengan iman, dan kehidupan iman kita perlu ditunjukkan dalam bentuk tindakan-tindakan baik setiap hari. Amin.