MENGAMPUNI” SEBAGAI PRA-SYARAT MUTLAK UNTUK BERDOA

DAILY WORDS, SELASA, 28 FEB 2023
PEKAN I PRAPASKAH

BACAAN I : YES 55: 10 – 11
MAZMUR : MZM 34: 4 – 5. 6 – 7. 16 – 17. 18 – 19
INJIL : MAT 6: 7 – 15

@ Jonathan Lockwood Huie, seorang penulis inspirasi harian (Daily Inspiration), menelorkan deretan kata-kata bermakna demikian, “Forgive others, not because they deserve forgiveness, but because you deserve peace.” Saya tertarik dengan pikiran penulis ini, yang hemat saya, senada dengan apa yang Yesus tekankan dalam pengajaran-Nya tentang DOA, hari ini. Doa mestinya lahir dari suasana hati yang damai. Dengan kata lain, PENGAMPUNAN adalah pra-syarat mutlak agar dapat melahirkan hati yang damai. Di dalam hati yang damai, saya dapat berjumpa dengan Tuhan. Di dalam hati yang damai, saya dapat duduk hening untuk mendengarkan suara Tuhan. Di dalam hati yang damai, saya pun dapat berbicara dengan Tuhan, bahkan menyampaikan keluhan hati yang paling dalam dan dasyat. Kedamaian membawa kepada keheningan yang subur dan bernas. Dan inilah yang sedang saya alami sekarang saat jari-jariku sedang menari di atas tuts computer ini, dan menggoreskan isi hati, hati yang sedang menikmati keheningan pagi diiringi suara sholat subuh dari saudara-ku yang Moslem dan renungan serta lagu rohani pagi hari dari saudara-ku yang berasal dari Gereja Protestan Maluku (GPM). Pokoknya, saya lagi menikmati keheningan pagi yang DAMAI & BERNAS. Ya, pengampunan menciptakan damai di hati. Hati yang damai memungkinkan komunikasi dan relasi yang mantap dengan Tuhan. Ya, pengampunan dan damai itu selalu bernas. Jika sungguh-sungguh dihayati, hmmm nikmat nian…

@ Sesungguhnya, lewat perikop injil hari ini, saya boleh menegaskan bahwa Yesus sungguh menekankan pentingnya sikap “rela mengampuni”. Ada beberapa hal yang Yesus jabarkan di dalam contoh doa-Nya – doa Bapa Kami. Beberapa hal itu antara lain: doa tidak bertele-tele, doa supaya kehendak Bapa yang terjadi dan bukan kehendak si pendoa, doa memohon datangnya Kerajaan Allah, doa memohon kebutuhan dasariah seperti makanan yang berkecukupan. Menariknya, Yesus menekankan “kesediaan mengampuni”, bukan hanya sekali saja di dalam perikop dimaksud melainkan dua kali diulangi oleh Yesus. Bahkan Yesus memberi persyaratan bahwa pengampunan dari Allah Bapa hanya dapat diperoleh jika seseorang sudah rela mengampuni sesamanya.
@ “Mengampuni” itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi saya berusaha mengampuni seseorang yang sudah menggoreskan luka batin yang dalam di dalam hidupku. Untuk itu, kita mesti membuka hati dan mengarahkan diri kepada Allah dan firman-Nya. Dengan membuka diri kepada Allah dan firman-Nya, kita mungkin memiliki kemauan dan kehendak yang kuat untuk “mengampuni” karena Allah yang memampukan kita untuk tujuan dimaksud. Nabi Yesaya menegaskan, bahwa firman Tuhan itu seperti hujan dan salju yang turun dari langit dan tidak kembali ke sana melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Itu berarti, jika saya membuka diri untuk mendengar firman Tuhan, dan membuka hati untuk dekat dengan sang Firman itu sendiri yaitu Yesus Kristus sendiri, saya akan dimampukan untuk rela MENGAMPUNI. Hanya Allah yang dapat melepaskan manusia dari segala kesesakannya (penegasan dari antiphon Mazmur Tanggapan hari ini). Oleh karena itu, sesulit apapun situasi yang dialami di dalam hidup, berbaliklah kepada-Nya, bukalah hati untuk firman-Nya. Saya yakin, Allah dalam kuasa dan belaskasih-Nya akan melembutkan hati kita untuk mengampuni. Jika pengampunan itu “mungkin” maka hati yang DAMAI bakal tercipta. Satu hal yang pasti, hanya di dalam KEDAMAIAN, komunikasi yang sadar dan personal bakal kita nikmati. Mari kita saling mendoakan agar kita beroleh hati yang damai, kedamaian yang hanya lahir dari kesediaan hati untuk mengampuni…..have a blessed day filled with unconditional love and mercy. Warm greetings from Masohi manise…………