MEMAKNAI ARTI “SESAMA”DALAM DUNIA YANG MAJEMUK

DAILY WORDS, SENIN, 27 FEBRUARY 2023
PEKAN I PRAPASKAH

BACAAN I : IM 19: 1 – 2. 11 – 18
MAZMUR : MZM 19: 8.9.10.15
INJIL : MAT 25: 31 – 46


(by RP. PIUS LAWE, SVD)

@ Dalam Doa Pembuka pada teks misa pagi ini, imam menyerukan, “Allah Bapa Penyelamat orang berdosa, bukalah hati kami untuk menerima ajaran-Mu,…” Manakah ajaran yang dimaksud oleh penyusun doa liturgi dalam misa harian, hari ini? Saya mengartikannya sebagai ajaran yang termaktub di dalam bacaan I yang diambil dari kitab Imamat, Mazmur Tanggapan dan bacaan Injil hari ini yang diambil dari Injil Matius.

@ Jika demikian, maka pada kesempatan ini, dalam Daily Words hari ini, saya coba menelitik dengan singkat, apa yang dimaksud dengan “sesama” di dalam bacaan yang diambil dari Kitab Imamat 19: 1 – 2.11 – 18 dan Injil Mat 25: 31 – 46. Penulis Kitab Imamat menegaskan supaya setiap orang Israel harus mengadili sesamanya dengan kebenaran. Jangan pernah berbohong dan berdusta kepada sesamanya; jangan memeras sesamamu, jangan merampas dan jangan menahan upah seorang pekerja harian, jangan kutuki orang tuli, jangan menaruh batu sandungan di depan orang buta; jangan bela orang kecil secara tidak wajar, jangan terpengaruh oleh orang-orang besar, adili-lah sesamamu dengan kebenaran. Dari perintah – perintah Allah yang disampaikan kepada Musa di atas, subjek pelaku-nya jelas! Yang pasti adalah orang Israel. Namun, objek – terhadap siapa suatu tindakan dialamatkan – sangat umum. Dengan kata lain, “sesama” yang dimaksud di dalam kitab Imamat ini, tidak merujuk pada suku atau bangsa tertentu. Sesama – kepada siapa tindakan adil dan benar yang ditujukan adalah “siapa saja” dan dari golongan, suku, dan bangsa manapun. “sesama” yang dimaksud tidak dapat dipersempit pada kelompok-kelompok etnik atau agama tertentu. “sesama” yang dimaksud adalah “siapa saja”.

@ Siapakah “sesama” yang Yesus maksudkan di dalam ajaran-Nya tentang akhir zaman, saat Dia datang dalam takhta kemuliaan-Nya? Pertama, pada akhir zaman, sang Hakim – Yesus sendiri -akan memisahkan dua golongan manusia berdasarkan “perbuatannya masing-masing” selama masa hidupnya di dunia. Di sini, Yesus mengelompokkan mereka dalam dua jenis, yaitu kelompok orang baik/domba dan kelompok orang jahat/kambing. Hal penting yang mesti digaris-bawahi: Yesus tidak mengukur atau membedakan “kelompok baik” dari “kelompok jahat” berdasarkan kriteria-kriteria primordial semisal: agama apa, suku atau golongan mana, atau kaya atau miskin, dst. Yesus mengukur atau memisahkan satu dari yang lain berdasarkan PERBUATAN-PERBUATAN BAIK yang dilakukan selama masa hidupnya dan BUKAN berdasarkan kriteria-kriteria yang “sempit” dan primordial. Kedua, “sesama” sebagai SASARAN perbuatan baik yang kita tujukan, juga tidak dipersempit cakupannya pada kelompok-kelompok tertentu yang dibedakan berdasarkan kriteria primordial semisal, agama, suku, golongan, status social ekonomi, dst. Kelompok sasar yang Yesus maksudkan tidak merujuk pada kelompok-kelompok special/istimewah. Tidak!! Orang yang lapar dan haus, orang asing, orang yang di dalam penjara, orang yang kekurangan pakaian, orang yang sakit dan dalam penjara – mereka adalah orang-orang dari golongan, suku dan agama manapun – tidak merujuk pada orang dari suku atau agama ini yang lapar dan haus, yang telanjang, yang sakit dan dalam penjara. Siapa saja yang sangat membutuhkan uluran tangan kita. Titik!

@ Ya, penafsiran akan arti atau makna kata “sesama” yang coba saya refleksikan di atas mungkin “bukan” merupakan pesan utama dari firman Tuhan hari ini. Atau, bukan juga merupakan sebuah tafsiran eksegetis yang “sangat perlu dan penting”. Namun, melihat kecenderungan baik pribadi maupun kelompok, yang terjadi di dalam keseharian hidupku, ya.. saya coba menyentilnya dalam refleksi hari ini. Misalnya, seberapa sering saya mengunjungi danmendoakan orang sakit “yang non Katolik” di rumah sakit atau di kediamannya masing-masing? Sering, oleh karena kondisi social yang terhimpit oleh pemaham sempit dan primordial, tidak semua yang sakit menerima pelayanan kunjungan dan doa dari agama yang berbeda. Hal serupa juga terjadi dalam pelayanan di penjara.

@ Kita berdoa bersama, semoga masing-masing kita tidak terjebak dalam pemahaman yang sempit tentang cakupan makna “sesama-ku” – kepadanya kita mesti berbuat baik. Kita juga berdoa, semoga lingkungan social tempat kita ada dan hidup, boleh memberi ruang yang luas dan luwes/fleksibel serta terbuka, agar kita saling melayani tanpa harus memandang “dari suku atau golongan agama” mana seseorang berasal. Teruslah berharap untuk sebuah perubahan menuju kepada kebaikan bersama. Tuhan memberkati kita sekalian…Have a great day filled with an unconditional love. Warm greetings from Masohi manise……😘😘😘🙏🙏🙏🫰🏿🫰🏿