Membagi Cinta dan Mengukir Senyum


(oleh mahasiswi: Aprilia ona medica Sirait)


Tanggal 5 Februari 2023 kami para katekis memulai perjalanan karya pelayanan kami. Karya pelayanan ini dimulai dari perjalanan dari Poka ke Piru, Seram Bagian Barat. Dengan waktu yang ditempuh 4 jam Perjalanan. Di Piru kami diterima dengan hangat oleh Pastor Paroki Piru RD. Goris Matly. Selanjutnya kami menginap 1 malam di Piru. dan keesokan pagi tepatnya jam 8.30 kami memulai perjalanan melintasi Pulau Nusa Ina dari Piru ke Wahai, Seram Utara dalam 11 jam perjalanan.

Dengan tekat yang besar untuk membagi cinta dan mengukir senyum untuk umat di daerah pinggiran Medan perjalanan yang sulit tidak melunturkan semangat kami.
Cerita membagi Cinta dan mengukir Senyum menggorekan tintanya dimulai dari Tanggal 6 Februari 2023. Kami tiba di Paroki Santa Maria Immaculata Wahai, kami disambut oleh Pastor Paroki dan seorang umat yang membantu Pastor di rumah Pastoran. Kami diterima dengan hangat dan mulailah kami memperkenalkan diri kami sebagai katekis yang ingin melayani umat di Paroki ini.

Karya pelayanan kami di mulai Dengan mengunjungi umat Rukun. Kunjungan umat yang pertama kami mengunjungi umat di desa Batu Kapira yang jaraknya 5 KM, kunjungan hari kedua kami mengunjungi umat di desa Rumah Sokat yang jarak 17 KM, dan kunjungan ke tiga kami mengunjungi umat di desa Kampung Baru yang berada di sekitaran Gereja Santa Maria Immaculata Wahai.

Lewat kunjungan umat ini kami mengetahui keadaan, kebutuhan, harapan, dan kecemasan dari umat selama ini. Umat yang kami kunjungi ini kebanyakan adalah umat pendatang di bumi Nusa Ina dan kebanyakan dari mereka adalah Orang yang berasal dari Kei, Maluku Tenggara. Mereka telah lahir dan besar di Wahai. Dengan mata pencarian mereka yaitu kopra kelapa. Setiap harinya mereka harus mencari kelapa untuk dijadikan kopra, agar mereka dapat mendapat pundi-pundi rezeki, untuk menyambung hidup mereka.
Kali ini Kami katekis Bagaikan penjala ikan, yang dipakai perahunya untuk manjala ikan menjala ikan di Laut lepas. Ya itulah yang saya rasakan, selama melayani di rukun Santa Maria Immaculata, yang memiliki kerinduan untuk mendapat pelayan dari para katekis yang selama ini jarang mereka dapatkan karena jarak yang jauh dan karena memang tenaga katekis di daerah ini sangat kurang di daerah ini. Selain itu umat pun memiliki kerinduan untuk mendapat sakramen Krisma, sebagai kepenuhan dari sakramen Inisiasi, yang terakhir mereka dapatkan kurang lebih dua dekade lalu. Awal kami melakukan pelayanan di rukun ini mereka sangat senang, dan antusias untuk mendengarkan katekese dari kami, baik orang tua maupun anak-anak. Kurang lebih 3 hari kami melakukan katekese dan ibadah rukun di desa Batu Kapita. Lewat arahan dari Pastor Paroki kami ditugaskan untuk melayani umat yang berada di desa Kampung Baru, dan beberapa umat dari Gunung Karmel, Melinani. Umat di desa ini tak kalah antusias dengan umat di Batu Kapira. Sebab bagi mereka jarang sekali mereka mendapat pengajaran iman dari para katekis, apalagi bagi mereka para krismawan-krismawati, yang ingin menambah pengetahuan mereka, agar mereka dapat kuat dan teguh untuk mempertahankan iman mereka ditengah kemajemukan budaya, dan agama di daerah Mereka. Bahkan boleh di katakan di Paroki ini agama Katolik boleh di katakan sebagai minoritas. Melayani di desa ini berlanjut hingga tanggal 16 Februari 2023. Namun, pada tanggal 14 Februari kami para katekis berjumlah sepuluh orang merayakan hari Valentine Day di Stasi Santo Petrus Oping. Yang jaraknya 50 KM dari pusat Paroki, dengan jumlah kepala Keluarga adalah 15 kelapa keluarga. Yang hampir semuanya bekerja pada tambak udang di daerah itu. Kedatangan kami di Stasi ini menjadi sukacita bagi umat di Stasi ini. Membuat lebih nyata karya kami untuk membagi cinta dan mengukir senyum untuk umat di daerah pinggiran.

Dari Stasi ini mengingatkan kami tantang kata dari Mother Teresia jika kami tidak dapat melakukan hal yang besar, maka lakukanlah hal kec dengan Cinta yang besar. Cinta inilah yang kami lakukan dan dirasakan oleh umat di Stasi ini.
Goresan tinta karya membagi cinta dan mengukir senyum mendapat puncaknya pada tanggal 19 Februari 2022 lewat Sakremen Krisma yang diterima oleh para Krismawan-krismawati dan kegiatan anak dan remaja lintas Agama.
Kegiatan anak dan remaja lintas Agama membuat kami sadar bahwa Indonesia itu luas dan kaya akan keberagaman. Lewat semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, kita disatukan untuk mencintai keberagaman dan terlebih mencintai negeri ini yang telah melahirkan kehidupan bagi kami yang merasakan Alamnya, budayanya dan semua hal yang membuat hidup ini lebih bermakna bagi masa depan yang gemilang.
Akhirnya terima kasih kami ucapakan untuk bapak uskup Mgr. Senno Nguta yang telah mengutus kami melayani di Paroki Santa Maria Immculata Wahai, Seram Utara. Lewat Motto Tahbisannya ” Duc In Altum”. Kami katekis di ajarkan untuk melayani tanpa batas dan membagi cinta dan mengukir senyum bagi umat di daerah pinggiran.