Ocsar Wilde, seorang novelis terkenal asal Irlandia di era Victoria mengungkapan kata-kata bijak ini: “Siapa pun bisa bersimpati pada penderitaan temannya, tetapi perlu sifat mulia untuk bersimpati pada kesuksesan temannya.” Novelnya yg penuh inspirasi, “The Importance of Being Earnest” menegaskan pentingnya menyadari keberadaan kita. Refleksi yang berangkat dari kenyataan hidup being kita bukan dari halusinasi ide-ide.
Yang saya sajikan tentang Manglusi bukan karya ilmiah tentang penderitaan dan kesuksesan melainkan saya hanya mencatat tourney pelayanan dari stasi ke stasi di paroki Santo Pius X Larat.
Manglusi adalah salah satu desa di antara Waturu, Tutukembong, Arma, Watmuri yang termasuk teritorial Kecamatan Nirunmas. Desa-desa yang berjejer di pesisir badan Pulau Tanimbar yang di sela dengan sedikit bakau, pepohonan sangat menyejukan hati. Ini kita bisa nikmati manakala kita melewatinya dengn perjalanan laut speed boat atau ketinting. Ada kedamaian, kesejukan dan kesederhanaan. Bisa juga dikategorikan wajib mendapat perhatian yang besar dari pemerintah jika diteropong dari program kemajuan desa apalagi kota. Gereja dan pemerintah mitra jadi tidak masalah mengetuk pintu hati pemerintah dalam catatan tourney Manglusi.
Manglusi nama desa yang asing dalam tourney pelayanan umat Katolik. Ini cikal bakal Yang hendak saya bagikan. Pada tgl 14 Agustus 2016, saya menjadwalkan untuk melayani Misa bagi umat Arma, Watmuri. Jauh sebelum kehadiran saya, para Misionaris selalu singgah di rumah bapa Feras Adam Jambormias sebelum melanjutkan perjalanan ke Alusi. Perjalanan laut kala itu membutuhkan tempat istirahat sejenak. Pastor Agus Ulahaiyanan, Pst Edo Besembun MSC, pst Yonas Atjas, pst Damy Layan, Pst Andi Sainyakit dan lainnya tahu persis semua ini. Dalam misa, di rumah tua keluarga Jambormias di Arma ini, saya melayani sakramen Nikah 2 pasang yang ternyata berasal dari Manglusi. 2 perempuan asli Manglusi yaitu Rahel Batmomolin istri dari Yohanes Sakliresy dan Amelia K Feninlambir istri dari Viktor Umpanmetan. Setelah mendapat restu dari keluarga mempelai perempuan dan juga izin dari ketua majelis Jemaat Manglusi, saya menerimakan mereka ke dalam Gereja Katolik dalam sakramen nikah kudus Katolik. Setelah itu, saya tidak pernah ingat lagi tentang Manglusi. Maklum lazimnya semua umat Katolik yang sangat kecil di antara mayoritas GPM di kecamatan Nirunmas berkumpul di Arma untuk ibadah dan atau misa.
Waktu terus berlalu dalam pelayanan yang tidak rutin dan agak jarang (bisa 3, 4 bulan) saya jadwalkan untuk melayani umat di Arma. Tepat pada tanggal Minggu 10 September 2018, untuk pertama kali saya bersama umat Arma Watmuri misa di desa Manglusi. Waktu itu jam 19.00 WIT.
Setelah sebelumnya saya menyuruh bapa Waturu yang menetap di Manglusi karena istrinya seorang guru SD yang bertugas di Manglusi; untuk mengkoordinasikan maksud kami kepada kepala desa, tua-tua adat, dan juga ibu Ketua Majelis Jemaat Manglusi. Syukurlah mereka dengan hati terbuka menerima kami untuk melayani misa di Manglusi. Bahkan mereka mengizinkan kami menggunakan Balai desa sebagai tempat misa. Ada rasa rakut, gugup saat merayakan misa pada malam itu karena begitu bnyak masyarakat Manglusi yang mengelilingi Balai desa menonton kami merayakan ekaristi. Peristiwa Waturu puluhan tahun silam (Pst Zegres MSC) muncul dalam benakku. Ternyata apa yang kita pikirkan, kuatirkan, belum tentu benar pada dirinya. Ada kebaikan, keramahan, yang Tuhan tempatkan dalam hati setiap manusia. Mereka berdiri menonton karena baru pertama kali melihat ibadah seperti itu.
Sehabis misa, kami makan bersama dan bercerita bersama dan kembali ke Larat pada pukul 23.45 WIT. Jika kita membawa kebaikan kepada orang lain, maka kebaikan pula yang kita terima dari Tuhan melalui orang lain kepada kita
Kini jumlah kepala keluarga di Manglusi sudah berjumlah 9 kk. Dalam kunjungan misa pada tanggal 03 Juli 2022, sehabis misa di rumah bapak Waturu, duduk makan bersama sekretaris desa Manglusi, kita berharap dalam waktu dekat, kapela kecil di samping badan jalan raya utama menuju Larat sudah bisa dikerjakan.
Mimpi kecil kami: Manglusi kelak menjadi sebuah stasi kecil yang pelayanannya pisah dengan Arma Watmuri.
Mungkin akan dipakai nama kawanku yang hebat di Fajar Timur sbgai nama pelindung stasi. Sebuah bisa terjadi atas izin Sang Pencipta. Cinta dari surga membuat segalanya menjadi mungkin. (Thedy) 🤣🙏🙏🙏