SETITIK KEBAIKAN TUHAN TELAH MENYELAMATKANKU

Dibuang Sayang Selama Kunjungan di Tanimbar ( 3 )

Akhirnya kusadari bahwa hanya karena setitik kebaikan dan kemurahan hati Tuhanlah maka hidupku diperpanjang entah sampai kapan.

Tiket pesawat Ambon – Jakarta kuminta dimajukan ke satu hari sebelumnya setelah kunjungan kanonik 10 hari di kepulauan Tanimbar. Dan keputusan tiba-tiba itu kuyakini diatur oleh Tuhan karena esoknya setelah tiba di Jakarta tepatnya pagi hari setelah sarapan, aku terserang sakit maag yang menyiksa.

Aku membuka pintu kamarku di Unindo Kramat VII Jakarta dan meminta para Romo yang lagi sarapan pagi agar menghantarku ke RS. Carolus. Karena tidak ada Romo yang memiliki mobil maka seorang Romoku yang kebetulan tinggal di Unio menawarinya untuk menghantarku. Ketika kami membuka pintu gerbang ternyata sudah ada taxi yang sedang parkir di depannya. Tuhan sungguh menyiapkan semuanya. Si Romo pun memintanya untuk menghantar kami ke RS. Carolus. Sesampai di UGD, karena sakit yang tak tertahankan lagi maka aku merasa pusing dan tak sadarkan diri untuk beberapa saat sebelum mendapatkan pertolongan pertama dari dokter jaga. Setelah diadakan beberapa pemeriksaan awal maka aku pun dihantar ke ruangan Xaverius untuk opname. Semalaman harus tidur dengan 2 botol yang tergantung di sisi tempat tidurku. Namun berhubung karena tidak ada sakit yang membahayakan maka esoknya aku sudah diizinkan oleh dokter untuk pulang dengan sekumpulan nasehat dan segudang obat.

Memang semuanya serba kebetulan, tapi bukankah Tuhan bekerja melampaui hal yang kebetulan maupun melalui hal yang direncanakan?
Bukankah tidak ada yang mustahil ketika Tuhan mau melakukan sesuatu untuk kita? Aku pun berandai-andai;
Seandainya aku menggunakan tiketku yang pertama? Seandainya sakitku terjadi di sela-sela kunjunganku kepada domba-domba kecil di paroki dan stasi pinggiran di kepulauan Tanimbar, yang tidak ada rumah sakit, dokter, perawat dan obat-obatan?
Apa yang bisa diperbuat oleh domba-domba kecil itu bila melihat Gembala mereka menjerit kesakitan?
Mungkin hanya rasa haru, tangisan dan doa yang bisa mereka panjatkan kepada Sang Khalik demi kesembuhan sang gembala mereka yang tak berdaya karena rasa sakit itu.
Tapi memang Tuhan itu sungguh baik dan sungguh teramat baik terhadap mereka yang mengandalkan-Nya.

Tiba-tiba pramugari bertanya padaku;
Sir, mana yang Tuan ingin santap; Nasi ayam atau nasi ikan?
Aku balik menanyainya; “Mana yang tidak pedas?
Jawabnya; Nasi ikan! Aku pun meminta nasi ikan lalu kusantap.

Akhirnya kusadari sekaligus kuyakini bahwa;

1) Ketika kita tulus melayani nan penuh kasih domba-domba Tuhan, maka Sang Pemilik domba pun akan menjaga dan menyertai setiap langkah dan rencana kita;

2) Ternyata hanya karena setitik kebaikan dan kemurahan hati Tuhan maka hidupku telah terselamatkan dan diperpanjang entah sampai kapan ;

3) Jangan meragukan kuat kuasa Tuhan karena Ia memiliki semua rahmat yang kita perlukan untuk hidup dan karya pelayanan kita;

4) Jangan takut untuk melayani domba-domba Tuhan, karena Tuhan tak pernah meninggalkanmu dalam setiap langkah hidupmu.

Ditulis kembali di dalam penerbangan Hongkong – Jakarta ( Mgr. Inno Ngutra )