MANAKAH SIKAP IMAN YANG TEPAT: ANTARA MENGGERUTU ATAU MEMOHON?

DAILY WORDS, SELASA, 28 MARET 2023
PEKAN V PRAPASKAH

BACAAN I : BIL 21: 4– 9
MAZMUR : MZM 102: 2 – 3. 16 – 18. 19 – 20
INJIL : YOH 8: 21– 30


By RP. Pius Lawe, SVD

@ Demonstrasi atau unjuk rasa selalu terjadi dimana-mana. Hal ini lebih cenderung terjadi di komunitas yang sudah lebih demokratis, di dalamnya masyarakat memiliki ruang yang lebih luwes atau lebih bebas untuk mengungkapkan pendapatnya. Di era setelah runtuhnya ideologi Komunis yang ditandai dengan pengunduran diri presiden Uni Soviet – Mikhail Gorbachev, ideologi Kapitalis Amerika Serikat mulai lebih gencar memengaruhi negara-negara berkembang. Ideologi Kapitalis, di satu sisi turut memberi ruang yang lebih leluasa bagi bertumbuh dan berkembangnya atmosphere demokrasi di negara-negara. Namun di sisi lain, oleh karena pengaruh kapitalisme yang merongrong dan merebut secara halus hegemoni politik dan ekonominya negara-negara berkembang, ada beberapa tokoh dictator yang diciptakan dan dipelihara oleh negara-negara kapitalis demi menguasai sumber-sumber energi dalam kerja sama dengan para dictator bersangkutan, termasuk Indonesia di jaman Soeharto, dan mungkin pemerintahan di beberapa negara lainnya. Anyway , saya tidak bermaksud mengulas secara detail tentang perubahan yang terjadi di negara-negara berkembang menuju atmosphere demokrasi. Saya hanya mau mengantar kita untuk merenungkan tentang perbedaan antara demonstrasi/unjuk rasa dengan permohonan/permintaan.

@ Demonstrasi atau unjuk rasa terjadi atas dasar runtuhnya kepercayaan masyarakat atau kelompok orang terhadap satu otoritas tertentu. Demonstrasi dibuat hanya ketika permohonan atau permintaan yang diserukan, tidak lagi didengarkan oleh pihak yang memegang kekuasaan. Atas pemahaman ini, saya boleh bertanya, apakah sikap bangsa Israel yang kita dengar dalam Kitab Bilangan 21: 4 – 9 merupakan sebuah mosi tidak percaya akan karya penyelenggaraan Allah? Kalau ditelusuri lebih jauh dan dalam, orang Israel, oleh karena tantangan dan rintangan yang mereka alami sepanjang perjalanan menuju Tanah Terjanji, pertama, mereka mulai meragukan Allah yang telah membawa mereka keluar dari penindasan bangsa Mesir. Mereka mulai meragukan jika Allah dapat menjamin hidup mereka selanjutnya. Kedua, mereka terbuai dengan kemudahan yang mereka dapat selama ini dan akhirnya mereka mengenakan semangat atau mentalitas yang salah atau keliru yaitu mentalitas “cari gampang atau cari enak” atau mentalitas “cepat saji/fast food” atau dengan kata lain mereka menjadi “ malas ” dan “ kurang sabar ” dan hanya berharap pada proposal dan dana bantuan pemerintah atau bantuan dari pihak lainnya tanpa ada usaha untuk bisa berdiri sendiri. Ketiga, kedua point di atas sebenarnya lahir dari suatu sikap sombong yang mendasari semuanya. Hal ini tidak beda dengan kharakter manusia pertama: sombong. Kesombongan yang menggiring Adam dan Hawa untuk coba makan buah yang dilarang oleh Tuhan. Kesombongan membuat mereka dapat meragukan kuasa Allah untuk membawa mereka sampai di Tanah Terjanji. Kesombongan bakal melahirkan dosa-dosa yang lain seperti: curiga yang buruk/negative thinking, menang sendiri, tidak atau kurang sabar, amarah dan angkuh dan bahkan selalu mengeluh atau menggerutu dan menjadi pesimis tentang hidup. Pada point ini, mereka sungguh meragukan kuasa Allah Sang Penyelenggara kehidupan. Mereka menjadi KURANG atau bahkan TIDAK PERCAYA pada Allah, Sang Penyelenggara Kehidupan. Mereka bukan lagi mendengungkan doa atau berteriak minta tolong. Mereka berteriak menggerutu – marah atau mengomel, mengeluh tentang segalanya tanpa mengenang atau menyadari rahmat dari Tuhan yang telah mereka nikmati sepanjang perjalanan keluar dari negeri Mesir.

@ Konsekuensi dari ketidak-percayaan adalah tumbuhnya perasaan-perasaan negative yang lain. Ketidak-percayaan akan menggiring kita kepada amarah, dengki, curiga, dan bahkan dendam. Sungguh benar apa yang dikatakan Yohanes dalam injil hari ini, “…sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” Mati di dalam dosa artinya berkubang di dalam dosa dan susah untuk bergerak maju menuju suatu perubahan di dalam hidup. Jika kita tidak percaya bahwa Yesus-lah Putera Allah, dan jika kita tidak percaya bahwa Dia adalah Raja Surga dan Dunia, yang dalam nama-Nya kita boleh memohon kepada Allah Sang Penyelenggara Kehidupan, maka kita bakal tak punya kemauan untuk BERDOA – BERSEMADI – BERIBADAH– BERPASRAH, dll. Hanya orang yang mempunyai iman atau kepercayaan pada Allah, meskipun dalam tantangan atau rintangan yang dasyat, mereka tidak mudah putus asah. Mereka tidak mudah mengeluh-menggerutu. Mereka tidak mudah menjadi marah atas apa yang terjadi di dalam hidupnya. Jika kita punya iman, maka apa pun salib atau rintangan hidup yang kita alami, kita akan teringat pada Salib Kristus yang senantiasa membawa PENGHARAPAN baru bagi setiap orang yang pecaya kepada-Nya. Sebagaimana orang Israel yang dipagut ular, ketika memandang ular tembaga yang dipancang di atas tiang dan mereka menjadi sembuh, marilah kita belajar untuk berkanjang dalam setiap tantangan dan rintangan sambil memandang SALIB KRISTUS, dari-Nya kita memperoleh kembali harapan untuk menjalani hidup kita. Dengan memandang SALIB KRISTUS, ketika tantangan menghadang, kita bukan lagi berteriak MENGGERUTU melainkan berteriak MEMOHON dan bahkan memasrahkan hidup kita pada Tuhan – Sang Penyelenggara Kehidupan kita. Mari, dalam iman, kita MEMOHON dan bukan MENGGERUTU!! Bersama Pemazmur kita berseru, “ Tuhan, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu .” (Mzm 102: 2) Always count the blessings from heaven above – selalu sadar akan berjuta rahmat yang kita peroleh dari Surga! Have a blessed and wonderful day filled with smile, love and forgiveness. Warm greetings from Masohi manise….salve..salve…salve…padrepiolawesvd 🙏🙏🙏🫰🏿🫰🏿❤️❤️😇😇