Renungan Minggu, 17 Juli 2022
(Kej. 18:1-10a; Kol. 1:24-28; Luk. 10:38-42)
RD. Novly Masriat
Dalam tradisi kekristenan, kita mengenal kalimat indah ini, ora et labora (berdoa dan bekerja). Dua hal ini menjadi satu dan sama-sama penting. Berdoa dan bekerja adalah semangat kristiani yang harus dijalankan bersama-sama. Sebab iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2:17) dan perbuatan tanpa iman juga adalah mati. Dua hal ini sangat terkait erat dan tidak bisa dipisahkan.
Yesus, dalam injil (Luk. 10:38-42) menegur Marta karena terlalu sibuk dengan urusan makan minum, perut, dan lupa menimbah pengalaman rohani dari Tuhan. Yesus tentu tidak bermaksud untuk menyatakan bahwa mengurus makan minum adalah tidak penting. Dalam kekristenan, pelayanan amal kasih dan duduk dekat kaki Yesus adalah dua hal yang sama-sama penting dan esensial. Dua-duanya menjadi prioritas utama. Yesus menegur Marta karena Marta seolah-olah mengabaikan waktu untuk mendengar Yesus dan lebih memprioritaskan pelayanan amal kasih. Kita tidak hanya harus mengutamakan pelayanan amal kasih saja, tetapi juga perlu berdoa, atau sebaliknya kita tidak hanya mengutamakan doa saja, dan kemudian lupa pelayanan amal kasih.
Mengapa kedua hal ini penting? Doa yang tidak mengarah pada perbuatan kasih atau pelayanan kepada orang miskin adalah doa yang belum lengkap sebab iman tanpa perbuatan adalah yang mati (Yak. 2:17). Sebaliknya bagi seorang Kristen, karya pelayanan dan amal tidak pernah terlepas dari sumber utama kasih, yaitu Yesus. Setiap pelayanan perlu berdasar pada doa agar orientasi dari pelayanan amal kasih itu berangkat dari kasih Kristus. Kita beresiko untuk jatuh dalam kesombongan diri sendiri ketika memulai pelayanan kasih tanpa terlebih dahulu menimbah sumber kasih itu sendiri dari doa atau pengalaman rohani dengan Yesus sebagai sumber kasih Kristiani. Mari kita berdoa dan juga berbuat baik, sebaliknya, mari kita juga berbuat baik, dan mendasari perbuatan itu dengan doa. Amin.