DAILY WORDS, MINGGU PASKAH IV
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : KIS 13: 14. 43 – 52
MAZMUR : MZM 100: 2.3.5
BACAAN II : WHY 7: 9. 14b-17
INJIL : YOH 10: 27 -30
@ Ada beberapa kutipan ayat Kitab Suci dari bacaan-bacaan hari ini yang cukup menohok dan bahkan menggugah hatiku untuk membuat coretan-coretan kecil di hari Minggu Gembala Baik ini. Pertama, “… begitulah mereka menimbulkan penganiayaan atas Paulus & Barnabas, dan mengusir mereka dari daerah itu..” Kedua, “…kita ini umat-Nya dan kawanan gembalaan-Nya…” Ketiga, ” …mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba….” Keempat, “…Domba-dombaku mendengarkan suaraKu; Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku…”
@ Empat penggalan ayat Kitab Suci dari sumber bacaan hari ini yang saya catat di atas dapat saya elaborasikan atau beri penjelasan lanjut sebagai berikut: Pertama, seorang gembala baik dikenal suaranya KHAS/UNIQUE oleh domba-dombanya. Bukan suara basa basi. Bukan suara tiruan. Bukan sekedar suara yang tong kosong nyaring bunyinya. Bukan sekedar suara di dunia maya. Bukan sekedar suara hiburan tak berisi yang hanya enak didengar oleh telinga domba-dombaya. Domba mebutuhkan SUARA YANG OTENTIK/ASLI/BERGEMA SAMPAI DI RELUNG HATI. Suara gembala yang lahir dari CONTOH atau TAULADAN. Kedua, WARNA SUARA Sang Gembala itu BERMANDIKAN DARAH ANAK DOMBA – Darah Yesus. Sebuah cerminan GEMBALA YANG PIKUL SALIB, keluar dari ZONA NYAMAN, bukan sekedar BER-STATUS GEMBALA atau PEMIMPIN tetapi berstatus: MANDI DARAH, siap ditantang oleh karena suara KENABIAN yang terpancar dari TELADAN HIDUP, bukan sekedar berpose ria di dunia maya, bukan sekedar kampanye hiburan bagi dunia para domba dan dunia luas. Gembala yang siap MANDI DARAH cemoohan, fitnah, hidup miskin dan sederhana, rela melayani dan bukan dilayani, rela jadi kecil dan bukan sekedar di-agung-agungkan…Ketiga, GEMBALA YANG BERSUARA dan jangkauan bias atau gemanya MELAMPAUI BATAS/SEKAT APA SAJA. Suara gembala yang dikenal dari OPSI atau KEBERPIHAKANnya, atau pada orang kecil dan yerpinggirkan atau sebaliknya; atau pada KUASA YANG MENGGERAKKAN UNTUK MELAYANI atau KUASA YANG OTORITER; atau pilihan pelayanan tanpa mengenal SUKU/BANGSA/ AGAMA atau keyakinan tertentu atau hanya mengena pada kelompok etnik tertentu; gembala yang tidak menilik pada DARI MANA DIA BERASAL tetapi kemana PELAYANANNYA TERTAMBAT atau BERLABUH. Ingat, Paulus dan Barnabas keluar dari kungkungan keyakinan bahwa Injil itu hanya untuk bangsa Yahudi. Mereka keluar dan mewartakan Injil melampuai suku dan bangsa tertentu. Inilah UNIVERSALITAS keselamatan yang mereka wartakan. Resikonya, mereka bermandikan darah cemoohan, fitnah, cambuk, penolakan bahkan dari dalam tubuh jemaat atau bahkan orangnya dan tim kerja-nya sendiri. Ingat, Kumpulan besar dalam PENGLIHATAN YOH di dalam Kitab Wahyu adalah kumpulan orang dari SEGALA BANGSA, SUKU, KAUM & BAHASA. Artinya, yang masuk surga bukan hanya kelompok suku tertentu, bukan hanya KAUM ELITE agama, bukan hanya KAUM KLERUS atau kaum BERJUBAH, bukan… tentu yang telah BERMANDI DARAH ANAK DOMBA- DARAH YESUS. Artinya, yang telah rela memikul salib selama masa hidupnya di dunia. Yang ada di dalam kumpulan besar di surga itu BUKAN karena mereka hebat saat ada di dunia, bukan karena mereka berkoar-koar lewat ucapan bibir semata tentang PERBUATAN BAIK oleh DIRINYA bagi sesama tetapi TANG DALAM DIAM justru BERBUAT BAIK.
@ Ini saat yang baik bagiku sebagai seorang Imam untuk berintrospeksi – lihat ke dalam diriku. Apakah imamatku ini untuk disanjung-sanjung oleh kawanan domba yang hanya terdiri dari umatku, suku-ku, bangsa-ku, rakyat-ku, kelompok agama-ku, kawan kelas-ku, teman karib-ku, and so on and on and on…? Apakah imamat-ku oleh karena rahmat tahbisanku menjadi imam hanya bergema di dunia maya- di “live streaming” ceremoni perarakanku di Lewoleba Lembata 17 tahun silam atau mestinya menohok masuk ke relung hati umat lewat TINDAKAN KASIH-KU yang TIDAK PERLU DIKETAHUI OLEH SIAPA-SIAPA bahkan oleh TANGAN KIRIku kalau yang melakukannya adalah TANGAN KANANKU? Apakah imamatku hanya untuk mendapat donasi dengan dalih pelayananku sebagai imam di pulau Seram? Apakah imamat-ku hanya untuk membuatku nyaman dengan umat yang nota bene dari suku Flores-ku di tanah rantau atau sebaliknya membuat dombaku dari berbagai suku mengalami jamahan kasihku tanpa harus mengenal dari suku mana beta berasal?
@ Ya, tentu saya harus kembali untuk menampakkan otentisitas misi imamat Kristus: bermandikan darah Anak Domba untuk melayani siapa pun dan kemana pun saya diutus. Tentu saja musuh yang pertama-tama harus saya taklukkan adalah DIRIKU sendiri yang cenderung mencari SENSASI dan POPULARITAS DIRI.
@ Next… bagaimana dengan STATUS KEGEMBALAANMU oleh karena rahmat BAPTISAN SUCI yang telah memahkotaimu dengan TIGA RAHMAT sekaligus TUGAS SUCI: IMAM, NABI & RAJA? Entah dalam kapasitas apa saja yang saudara/i-ku emban: orang tua, suami/istri, guru, pegawai, buruh, abang becak, ojek, supir, OMK, SEKAMI, nelayan, pemimpin masyarakat, dst.,….kita semua dipanggil untuk menjadi gembala. Namun satu yang mesti siap kita lalui: MANDI di dalam DARAH ANAK DOMBA….
Doamu saya pinta, biar saya jadi imam yang selalu siap MANDI dalam DARAH ANAK DOMBA….. my prayers are with you all….
Warm greetings dari Waur – Kei Besar….. mengikuti syukuran Uskup Amboina, Mgr. Seno Ngutra……
Happy Subday to you all……..