DAILY WORDS, MINGGU, 24 NOVEMBER 2024
HARI RAYA KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM
PEKAN BIASA XXXIV
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : DAN 7: 13 – 14
MAZMUR : MZM 93: 1ab, 1c – 2.5
BACAAN II : WHY 1:5 – 8
INJIL : YOH 18: 33b – 37
Selamat hari Raya Kristus Raja Semesta Alam buatmu semua. Refleksiku di akhir setiap Tahun Liturgi hampir sama dari tahun ke tahun. Mungkin judul di atas pernah ada dalam goresan-goresanku sebelumnya. Saya coba menghantar kita dalam permenungan ini, dengan mengemukakan pertanyaan ini: mengapa Gereja Kudus menempatkan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam di pekan paling akhir dalam satu putaran Tahun Liturgi? Atas pertanyaan di atas, saya coba menjawabnya demikian.
Pertama , Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam sebagai panduan bagi kita untuk menentukan visi dan misi peziarahan iman kita pada Tahun Liturgi yang Baru yang akan dimulai pada Minggu Pertama Adventus. Visi kita adalah Kerajaan Allah – Surga yang abadi dengan Kristus adalah Raja atas kita semua bukan hanya di atas dunia ini tetapi juga di akhirat nanti. Misi kita adalah bekerja sama dengan Allah di dalam Roh Kudus-Nya, dan lewat perkataan dan perbuatan menghantar diri kita masing-masing dan sesama untuk ada di hadirat Sang Kristus Raja Semesta Alam. Perjalanan kita sejak awal tahun liturgi diarahkan untuk satu tujuan di atas, yaitu menggapai Kerajaan Allah, kerajaan dimana kasih, damai dan keadilan akan menguasai semesta dan akhirat. Apa yang kita hidupi/hayati dan amalkan, baik di masa biasa maupun masa-masa khusus dalam Tahun Liturgi, semuanya diarahkan untuk menggapai Kerajaan Surga. Pada masa Adventus, kita bukan saja menyiapkan diri untuk merayakan kedatang historis Yesus Kristus ke dunia melainkan juga mempersiapkan diri kita menyambut kedatangan-Nya yang kedua pada akhir zaman. Masa Natal, masa Prapaskah dan masa Paskah juga kita jalani dan hayati serta kita maknai sebagai bagian dari ziarah menuju Kerajaan Surga yang kekal. Kita tidak sekedar menghidupi masa-masa khusus dan biasa ini secara ritual dan seremonial belaka. Tidak! Lebih dari itu, kita isi masa-masa ini dengan kegiatan-kegiatan dan relasi yang benuansa kasih dan pengampunan. Riilnya, kita mengisi masa-masa biasa dan khusus ini dengan hidup dalam kepedulian satu sama lain, saling membantu dalam kekurangan dan keterbatasan, saling menolong dalam penderitaan, saling menghibur dalam dukacita, saling memaafkan atau mengampuni atas kesalahan atau kekilafan yang kita lakukan satu terhadap yang lain, dan sebagainya.
Kedua , di saat kita merayakan Kristus sebagai Raja Semesta Alam di penghujung Tahun Liturgi, kita sedang memberi satu tune khusus untuk perjalanan atau ziarah iman kita menuju Kerajaan Surga yang abadi. Tune yang saya maksudkan di sini adalah satu warna khas peziarahan iman dimana kita sungguh-sungguh ada dalam penguasaan atau panduan Sang Kristus Raja Semesta Alam. Artinya, Kristus dan nilai-nilai yang telah Dia ajarkan dan hayati mestinya merajai atau menguasai setiap perkataan dan perbuatan kita semua yang menamai diri kita sebagai pengikutNya. Sebagaimana nabi Daniel dalam penglihatannya, mengalami Kristus yang kepadaNya diserahkan kekuasaan, kehormatan dan kuasa sebagai raja, biarlah hidup kita semua sesungguhnya dikuasai oleh Roh-Nya. Hendaknya kita, seperti Yesus, yang di depan seorang hakim dunia, tidak segan-segan mengakui diriNya sebagai Raja, kita pun tidak ragu-ragu menajalani suatu hidup yang benar-benar dikuasai atau dituntun oleh Roh-Nya. Oleh karena warna peziarahan hidup Kristus di dunia sungguh dilalui melalui peristiwa SALIB untuk menggapai KEBANGKITAN KEKAL, kita pun hendaknya berani untuk menerima dan memanggul salib untuk menggapai hidup kekal di surga. Ingat, hakekat dari Krkstus Sang Raja adalah SALIB. Salib ini sudah dijalaniNya bukan saja saat memanggul salib, melainkan sejak dilahirkan dalam situasi yang serba terbatas dan sederhana. Perjalanan karyaNya pun senantiasa mendapat tantangan dari berbagai pihak, bahkan sampai berpuncak pada penyalibanNya yang sesungguhnya. Warna khas diriNya sebagai RAJA terletak pada SALIB dan kerendahan hatiNya. Dia tidak menginginkan untuk disanjung dan diarak-arak bak pemenang. Dia – Sang Raja lebih menghendaki agar kita membiarkan Dia bertakhta megah di dalam hati kita, merasuki seluruh diri kita – perkataan dan perbuatan kita, relasi kita satu dengan yang lain. Dia tidak mengimpikan sebuah takhta fisik yang megah gemerlap. Itu bukan hakekat diriNya sebagai RAJA SEMESTA ALAM. Dia itu sederhana, rendah hati, tidak memamerkan diriNya sendiri, tidak untuk dipakai sebagai tameng untuk mengalahkan agama atau keyakinan lain. Dia adalah RAJA yang usahaNya adalah memenangi diri kita yang lebih sering dirajai atau dikuasai oleh berbagai macam napsu ingat diri, keserakahan akan kuasa dan harta duniawi, dan sebagainya.
Akhirnya, mari kita saling mendoakan, semoga setiap kita, seturut panggilan hidup dan profesi yang kita hidupi dan jalani, tetap membiarkan semuanya dibawah kendali Sang Kristus Raja Semesta Alam. Sebagai imam dan biarawan, semoga Salib Kristus dan tindakan-tindakan cinta kasih-Nya sungguh-sungguh saya hidupi di dalam peziarahan hidupku menuju Kerajaan Abadi – Surga, dan bukan sekedar hidup dalam euphoria perayaan-perayaan ritual dan seremonial belaka. Begitupun sebagai awam, semoga Kristus dan ajaran cinta kasihNya sungguh-sungguh menguasai seluruh peziarahan hidup kita menuju Surga Abadi, dan bukan sebaliknya kita dikuasai oleh harta dan kekuasaan duniawi yang bersifat sementara. Semoga demkian. Tuhan memberkati kita sekalian. Semoga Kristus Raja Semesta Alam sungguh-sungguh merajai peziarahan hidup kita di Tahun Liturgi yang Baru nanti. Have a blessed Sunday filled with love and mercy. Warm greetings from Masohi manise.. padrepiolaweterengsvd 🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽