Jala Ditebar Hasilnya Melimpah

Refleksi Seorang Calon Katekis: Pelayanan di Paroki Sta. Maria Imaculata Wahai, Seram Utara

(Oleh: Mahasiswa Aloysius Ulahayanan )


Diminta oleh Bapa Uskup Mgr. Seno Ngutra untuk Pelayanan di Paroki-Paroki Terpencil selama masa libur semester adalah impian bagi sebagian besar mahasiswa Sekolah Tinggi Pendidikan Agama Katolik (STPAK) Santo Yohanes Penginjil Ambon.


Dan pada libur semester ini merupakan
pengalaman pertama bagi saya dalam pelayanan umat dimana saya bersama 10 teman yang lain terjun langsung untuk tinggal bersama umat dan berkatekese. Saat itu tepatnya tanggal 25 Januari 2023, melalui pesan WhatsApp pribadi, Mgr. Seno Ngutra
memberikan tawaran untuk ikut dalam Pelayanan di Paroki Wahai Seram Utara selama kurang lebih dua minggu. Ketika membaca pesan dari yang mulia Bapa Uskup, muncul perasaan campur aduk dimana ada rasa senang karena tawaran tersebut tapi ada juga perasaan takut karena merasa masih belum siap. Namun dengan membulatkan tekad, saya kemudian memberanikan diri untuk menerima tawaran dari Beliau.


Berapa waktu sebelum keberangkatan, yang mulia Bapa Uskup menginformasikan tentang garis besar rencana kegiatan dan beliau menginfokan bahwa kami akan dibagi berdua-dua untuk dibagi ke Rukun-rukun maupun Stasi yang ada di Paroki Wahai tersebut. Membaca pesan tersebut,yang terbenak dalam pikiran saya adalah jika dibagi dua orang dalam satu kelompok,semoga saya mendapat seorang rekan yang sudah berpengalaman dalam pelayanan sebelumnya agar kemudian dapat membimbing saya yang baru pertama kalinya melayani umat. Namun apa daya,waktu keberangkatan telah tiba, kami meninggalkan Ambon pada tanggal 6 Februari 2023 menuju tempat pelayanan. Sempat bermalam di Pastoran Piru dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Paroki Wahai. Dalam perjalanan kami berembuk untuk menentukan Kelompok yang hendak dibagi, dan dalam diskusi itu, diputuskan bahwa saya dan teman saya yang adalah dua pria dalam kelompok itu untuk berada di kelompok yang sama untuk melayani umat di Stasi Santo Petrus Opin. Bukan tanpa alasan, mengingat bahwa Stasi ini merupakan Stasi terjauh dari pusat paroki serta medan yang terjal dan sulit dilalui membuat kami berdua yang adalah Pria didalam kelompok untuk ditempatkan di Stasi tersebut, sedangkan 8 teman lainya yang adalah wanita untuk melayani di Rukun atau Stasi lain yang jauh lebih mudah untuk dijangkau.


Ketika mendapat pembagian tersebut, awalnya saya sempat ragu dan bimbang,bukan karena saya tidak mau sekelompok dengan teman saya ini,atau karena saya membenci atau meremehkan dia tetapi karena sama seperti saya, ini merupakan pengalaman pertama juga bagi dia. Sehingga sering kami bergurau bahwa kami berdua seperti “Dua orang Buta yang Berjalan Bersama-sama “. Namun dengan saling menguatkan dan percaya bahwa apa yang kami lakukan demi kebaikan dan demi masa demi gereja, pasti akan dilancarkan oleh Tuhan. Dan setelah kami dijemput dan melewati jalan masuk menuju Opin yang tentunya tidak mudah dilalui, tibalah kami di Stasi Santo Petrus Opin.
Di Stasi tersebut, umat dengan jumlah keluarga Katolik kurang lebih 25 kepala keluarga dengan jumlah umat keseluruhan kurang dari 100 orang penduduk katolik hidup berdampingan dengan umat yang beragama lain baik protestan maupun katolik. Mereka sangat terbuka dan menerima kami dengan bahagia. Sangat disayangkan bahwa dengan kondisi iman umat yang begitu bergairah tidak dibarengi oleh pelayan iman yang mumpuni karena jarak yang jauh dari pusat paroki sehingga kurangnya pengetahuan pelayanan dari pastor paroki untuk pelayanan misa maupun Katekese kepada umat. Hal ini berdampak pada minimnya pengetahuan Umat tentang hal-hal mengenai ajaran iman katolik.


Keesokan harinya setelah tiba setelah bertemu dan berkonsultasi dengan pengurus Stasi disana, kamipun mulai melaksanakan kegiatan kami untuk berkatekese,dan kami fokuskan kepada para umat yang akan menerima sakramen krisma, selain itu ada ibadah-ibadah bersama umat , adapun pembersihan lingkungan gereja serta kegiatan Valentine day yang dihadiri oleh seluruh umat stasi dan teman-teman dari Stasi dan rukun lain dengan saling bertukar kado serta membagi Rosario pemberian dari Bapa uskup kepada umat Stasi Opin.


Bukanlah suatu hal yang mudah selama masa pelayanan,suka duka mulai dari harus mencari cara dan metode yang baik dalam berkatekese agar umat dapat memahami dengan baik, waktu pelayanan yang harus disesuaikan dengan waktu luang para umat mengingat mayoritas dari mereka harus bekerja sebagai pegawai di perusahaan Udang setempat juga di perkebunan sekitar untuk menyambung hidup maupun dalam menghadapi umat yang kadang malas dalam ikut ambil bagian.

Namun rasa bahagia muncul ketika ternyata selama masa pelayanan Saya dan teman saya mampu bekerja sama dengan baik, mengesampingkan ego masing-masing serta menutupi kekurangan satu sama lain dan ketika melihat umat yang begitu hangat dan bersemangat, selalu bertanya bila tidak tau, berusaha ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan, apalagi ketika mendapat Rosario sebagai tanda mata dari Bapa Uskup, merupakan momen menghilangkan kerinduan akan Rosario yang hendak digenggap saat ibadah Rosario, karena selama ini umat Stasi Oping kekurangan benda suci bagi umat katolik tersebut.


Rasa sedih muncul ketika saatnya tiba untuk berpisah dengan umat disana. Kewajiban untuk berkumpul di pusat paroki untuk bersama-sama menyiapkan acara puncak penerimaan sakramen krisma harus dipenuhi. Senyuman yang muncul untuk menutup kesedihan harus selalu dipasang tatkala semakin jauh dari umat Stasi Santo Petrus Oping, hingga kemudian bersama teman-teman yang lain sampai di pusat Paroki Santa Maria Imaculata Wahai untuk mempersiapkan acara penerimaan sakramen Krisma. Disana pun banyak suka duka yang dilalui selama masa persiapan, namun puji dan syukur kepada Tuhan karena didalam suka duka,tawa dan tangis ,semua dapat kami lalui sampai tiba waktunya kami kembali di Ambon.

Dari Pengalaman ini saya dapat melihat bahwa sebenarnya apa yang didapat dibangku perkuliahan selama ini masih sangat kurang dan harus lebih ditingkatkan lagi, saya juga belajar untuk menjadi pribadi yang harus lebih berani lagi dalam memberikan Katekese yang baik bagi kaum dewasa maupun anak-anak dan membagi sedikit ilmu yang saya punya kepada umat di tempat saya berada. Tak sampai disitu saya juga belajar bagaimana harus bekerja sama bersama teman-teman saya yang lain, juga belajar untuk menemukan dan menghadapi berbagai kondisi dan situasi yang sewaktu-waktu muncul dengan tidak dapat ditebak. Serta saya belajar bagaimana untuk lebih bersyukur lagi, bahwasanya masih banyak umat Katolik yang walaupun hidup didalam keterbatasan nan jauh dari hiruk pikuk keramaian kota tetap mampu bertahan dengan iman yang membara sebagai umat Allah yang setia.

Dan akhir kata saya semakin termotivasi ketika dalam evaluasi bersama, Bapa uskup menyampaikan bahwasanya sebagai seorang calon Katekis kita harus berani, dan percaya bahwa Tuhan selalu memberi kekuatan. Seorang penjala ikan yang bahkan tidak punya layar belakang pendidikan saja dapat Tuhan jadikan sebagai Penjala manusia yang dikenal seluruh umat maka Kitapun harus percaya bahwa apa yang kita dapat selama mengemban ilmu di STPAK Ambon kelak dapat berguna dikemudian hari demi masa depan gereja yang lebih baik.

Terima Kasih untuk yang mulia Bapa Uskup, Pastor Paroki,Teman-teman calon Katekis,serta Umat Paroki Sta Maria Imaculata Wahai juga Umat Stasi St Petrus Opin untuk pengalaman berharga ini!!🙏