Categories: Daily WordsRenungan

BENIH SABDA YANG JATUH DI LADANG TIONGHOA

DAILY WORDS, RABU, 29 JANUARY 2025
HARI BIASA, PEKAN BIASA III
BY RP. PIUS LAWE, SVD

BACAAN I : IBR 10: 11 – 18
MAZMUR : MZM 110: 1.2.3.4
INJIL : MKR 4: 1– 20

@ Gong Xi Fa CaiHappy Luna New YearSelamat Tahun Baru Imlek untuk semua yang merayakannya. Hari ini, saudara dan saudari yang kita kenal sebagai orang-orang Tionghoa merayakan Imlek atau tahun baru. dari sejarahnya, pesta ini lebih dihubungkan dengan pesta agrikultur, pesta musim semi. Setelah menjalani satu periode musim dingin, orang mengalami suatu hidup baru. Ada pertumbuhan baru. Pohon yang daunnya gugur sejak musim gugur dan meranggas pada musim dingin yang ekstrim, saatnya memberi tanda harapan baru lewat daun baru yang tumbuh dan bunga yang mekar. Sudah pasti udara kembali hangat dan musim tanam dimulai lagi. Pesta Imlek dalah saat orang menyatakan syukur atas hasil yang diberikan bumi kepada manusia. Dalam perjalanan sejarah, pesta musim semi ini menjadi perayaan tahun baru dengan kalender Imlek yang dimulai dari tahun kelahiran Konfusius (551SM). Beranjak dari satu perayaan argicultur, perlahan bergeser menjadi perayaan keluarga. Pada moment ini, keluarga merayakan persatuan dan persaudaraan lewat makan bersama, acara perdamaian, adanya pembagian angpau, kunjungan silahturami ke sanak keluarga, tetangga, sahabat. Di sini ada ekspresi kegembiraan menyambut tahun yagn baru dan musim tanam yang baru bagi para pentani. Di Asia Timur (China, Jepang dan Korea,) dan Asia Tenggara (Thailand, Vietnam, Laos), perayaan ini dapat dirayakan dalam agama apa pun.

@ Apakah orang Katolik boleh merayakannya? Setahu saya, boleh! Saya sendiri pun beberapa kali memimpin perayaan Ekaristi dalam nuansa syukur atas tahun baru Cina atau Imlek. Di sini, saya lebih memahami Imlek sebagai perayaan orang-orang yang menghidupi suatu budaya tertentu. Ini bukan merupakan perayaan yang berhubungan dengan agama institusional tertentu. Banyak orang berpandangan jika perayaan Imlek hanya dirayakan oleh mereka yang beragama Konghucu . Sekali lagi, saya lebih memahami perayaan Imlek sebagai suatu perayaan kebudayaan dan tidak serta merta direduksi menjadi perayaan agama tertentu. Hampir di seluruh belahan dunia, orang-orang yang dari berbagai agama manapun namun merupakan orang-orang beretnik Tionghoa, merayakan Imlek sebagai perayaan syukur.

@ Itu berarti Iman Katolik tidak serta merta menolak perayaan Imlek. Mengapa? Ya, karena iman Katolik tidak pernah menolak kebudayaan apapun yang mengandung nilai-nilai yang baik sebagai bagian hakiki dari hidup orang beriman. Kita akui bahwa iman Katolik berakar pada kebudayaan manusia itu sendiri. Ingat peristiwa inkarnasi yaitu peristiwa Tuhan Allah turun menjadi manusia – Yesus dari Nazaret yang hidup dalam budaya Yahudi. Ini pendasaran paling utama. Yesus lahir, hidup dan wafat sebagai seorang anak manusia Yahudi di bumi Israel sekitar 2000 tahun yang lalu. Dalam hal ini, kebudayaan manusia termasuk budaya Tionghoa dikuduskan sebagai ruang hidup nyata dan hakiki dari iman kita. Terhadap hal ini, Konsili Pertama yaitu konsili Yerusalem telah memutuskan satu hal yang sangat penting demi pewartaan Sabda Allah ke seluruh dunia. Dalam konsili ini, diputuskan agar orang Kristen berkebudayaan Yunani menjalankan imannya tanpa melepaskan budaya Yunani (tidak harus menjadi seorang Yahudi) dengan beberapa syarat dasar yang logis (Kis 15: 13 – 21).

@ Sebelum Konsili Vatikan II, sudah ada misionaris yang telah datang ke Tiongkok dan bermisi mewartakan Sabda Allah dalam cara yang sesuai dengan konteks budaya Tionghoa. Santo Matteo Ricci (imam Yesuit Italia) dari 1582-1610 berusaha bermisi di Tiongkok dengan menggunakan budaya Tionghoa: bahasa, pakaian, konsep pemikiran, liturgi. St. Joseph Freinademetz, seorang misionaris Societa Verbi Divini (SVD) juga datang bermisi di Tiongkok pada tahun 1879 di provinsi Shantung. Dia bermisi selama hampir tiga puluh tahun tanpa kembali ke tanah airnya. Dia meninggal dunia pada 28 Januari 1908 di Taikia, Cina. Betapa dia mencintai orang-orang Tionghoa. Hal ini terungkap dalam kata-katanya, “ Saya mencintai china dan orang-orang China. Saya ingin mati dan dikuburkan di antara mereka, dan di surga nanti saya mau tetap menjadi orang China.” Baik St. Matteo Ricci maupun St. Joseph Freinademetz telah melihat dan mengalami bahwa di budaya Tionghoa sendiri merupakan lahan yang subur bagi bertumbuh dan berkembangnya benih Sabda Allah. Injil tidak serta merta dilawankan dengan penghayatan akan kebudayaan Tionghoa.

@ Gereja Katolik semakin terbuka terhadap konteks budaya-budaya dunia lewat apa yang dihasilkan di dalam Konsili Vatikan II (1962 – 1965) yang dikenal sebagai era baru Sejarah Gereja Katolik. Adanya Dokumen Nostra Aetate (1965) telah menegaskan bahwa iman Katolik tetap menghargai agama dan kebudayaan lain. Gereja Katolik mengakui bahwa dalam agama dan budaya lain juga mempunyai unsur kebenarannya (NA, 2). Kebudayaan manusia mana pun dihargai, sejauh isinya tidak bertentangan dengan iman Katolik. Imlek dalam penghayatan yang sesungguhnya tidak bertentangan dengan iman Katolik. Di dalamnya ada unsur persaudaraan, perdamaian, persatuan dan cinta kasih.

@ Berdasarkan firman Tuhan hari ini, khususnya dalam ajaran Yesus yang memakai cerita Perumpamaan tentang benih yang jatuh di tempat yang berbeda-beda, saya boleh katakan bahwa Budaya Tionghoa merupakan sebuah lahan yang baik dan subur bagi tumbuhnya beni Sabda Allah. Hal ini hanya mungkin jika kita berani dan rela untuk mendalami setiap unsur di dalam konteks lokal (budaya Tionghoa), dan berusaha menggali nilai-nilai injili untuk dihidupi dalam iman Katolik. Sebagaimana disampaikan dalam surat kepada Orang Ibrani yang kita dengar pada hari ini, Yesus Kristus telah menyempurnakan untuk selamanya orang-orang yang dikuduskan-Nya. Kristus pun di dalam dan melalui darah-Nya yang suci telah menguduskan semua yang baik dan benar yang ada di dalam budaya-budaya lain. Kedatangan Yesus ke dunia adalah bukti bahwa Allah yang melampaui sejarah, telah masuk dalam sejarah. Artinya Allah menguduskan sejarah umat manusia. Allah dalam diri Yesus telah menyucikan sejarah. Yesus yang adalah Imam Agung, telah menunjukkan sosok seorang Imam Agung yang berbeda dari imam agung-imam agung yang lain. Dia adalah Imam Agung yang mengurbankan diri-Nya sendiri untuk pengudusan umat manusia (termasuk budaya-budaya yang dihidupi manusia dari berbagai penjuru bumi). Sebagaimana hari ini, saudara dan saudari kita yang berbudaya Tionghoa merayakan Imlek, saya yakin, nilai-nilai injili yang inuversal pun sedang mereka rayakan dan hayati. Kita saling mendoakan, semoga Perayaan Imlek pun tetap menggemakan nilai-nilai universal bagi terciptanya persaudaraan kasih umat manusia di atas bumi ini. Sungguh, benih sabda itu telah jatuh dan bertumbuh subur di ladang Tionghoa. Gong Xi Fa Cai .. _padrepiolaweterengsvd …🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽

keuskupan amboina

Recent Posts

MEMBENCI KARENA IRI HATI

EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA METROPOLITAN JAKARTARabu, 05 Februari 2025Injil: Mrk. 6 : 1 -…

1 day ago

HOMO LUDENS ET HOMO HOMINI LUPUS

DAILY WORDS, SELASA, 04 FEBRUARY 2025HARI BIASA, PEKAN BIASA IVBY RP. PIUS LAWE, SVD BACAAN…

2 days ago

JANGAN PERNAH MERAGUKAN SEMUA YANG ANDA MINTA DENGAN PENUH IMAN

EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA METROPOLITAN JAKARTASelasa, 04 Februari 2025Injil: Mrk. 5 : 21 -…

2 days ago

ROMO PINGGIRAN DENGAN BAKAT MEMAHAT DAN MENGUKIR YANG TERSEMBUNYI

Siang ini di group para RomoParoki Pinggiran di Keuskupan Amboina, seorang Romo mengirim foto dan…

3 days ago

KUAT KUASA YESUS DASYAT UNTUKMU BILA ENGKAU PERCAYA DAN BERSERAH

EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA METROPOLITAN JAKARTASenin, 03 Februari 2025Injil: Mrk. 5 : 1 -…

3 days ago

KELUARGA ADALAH KOMINITAS IMAN

Mal 3:1-4; Ibr 2:14-18; Luk 2:22-40 Pesta Yesus Dipersembahkan di Kanisah Minggu, 2 Februari 2025  Keluarga Kristiani adalah persektuan antar pribadi, baikitu persekutuan antara suami-istri, keibuan dan kebapaan, maupun persekutuan antara orang tua dan anak (FC, art. 15). Keluarga merupakan komunitas cinta kasih antar pribadi. Poros dari keluarga adalah cinta kasih yang didasarkan pada cinta kasih Kristus. Keluarga Kristiani bukan sebuahpersekutuan sosial semata atau ceremony atau ritual lahiriah, tetapi tanda dan sarana keselamatan Allah. Keluarga adalahsakramen. Kristus hidup dan tinggal di dalam kehidupankeluarga. Dia tinggal bersama keluarga, memberi keluargakekuatan untuk mengikuti-Nya dengan memanggul salibkeluarga sendiri, untuk bangkit kembali setelah jatuh, untuksaling mengampuni, untuk menanggung beban satu sama lain.Kehidupan keluarga harus menghadirkan hubungan Kristusdan Gereja yang penuh kasih. Di dalam kehidupan keluarga, pasangan suami istri dan anak-anak dalam keluarga harusmenjadi gambara cinta dan keselamatan Kristus terhadapGereja (bdk. AL, art. 72-73).  Dua tujuan membangun keluarga kristiani adalah demi kebahagiaan suami istri dan pendidikan anak. Pasangansuami-istri Kristiani bersepakat untuk menikah dan hidupdalam satu komunitas yang tetap demi kebahagiaan suami-istri tersebut. Hubungan mesrah suami-istri dalampersekutuan ini terarah bagi kebaikan suami-istri sendiri. Persekutuan suami-istri terarah kepada prokreasi (keturunan)…

4 days ago