EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA AMBON MANISEKamis, 30 Mei 2024Injil : Mrk. 10 : 46…
DAILY WORDS, JUMAT, 24 JANUARY 2025
HARI BIASA, PEKAN BIASA II
PW ST. FRANSISKUS DARI SALES, USKUP & PUJANGGA GEREJA
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : IBR 8: 6– 13
MAZMUR : MZM 85: 8. 10. 11 – 12. 13 – 14
INJIL : MKR 3: 13– 19
@ Hari ini, kita mendengar kisah Yesus memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya untuk mengikuti Dia. Yesus sendiri adalah pemenuhan Perjanjian Baru antara Allah dan manusia (Israel). Dengan memanggil, memilih dan mengutus para murid-Nya, Yesus sebenarnya sedang memanggil – memilih – mengutus orang-orang yang menjadi saksi bagi Perjanjian Baru itu sendiri. Para saksi inilah yang saya sebut sebagai DUTA-DUTA PERJANJIAN BARU.
@ Mengapa Perjanjian Baru? Ya, disebut Perjanjian Baru (PB) karena memang ada Perjanjian Lama (PL). Saya tidak sedang berbicara tentang Kitab Suci PL dan PB. Saya hendak menyentil secara singkat tentang content dan apa sesungguhnya hakekat dari PERJANJIAN itu sendiri. Saya yakin, dengan memahami apa hakekat dan isi dari PERJANJIAN, saya dapat menghidupi PERJANJIAN itu lebih baik lagi dan bahkan menjadi lebih eligible/mampu dan pantas sebagai bagian dari orang-orang yang dipanggil, dipilih dan diutus menjadi DUTA PERJANJIAN.
@Di satu sisi, Perjanjian Lama memberi kita gambaran akan sebuah firdaus yang hilang. Hilang oleh kesombongan manusia pertama yang memilih untuk tidak bergantung pada Allah (ekspresi kesombongan). Pilihan untuk tidak bergantung pada Allah ini diteruskan oleh kaum Israel dalam peziarahannya menuju Tanah Terjanji. Bahkan di Tanah Terjanji pun, Israel terus menerus mengkhianati perjanjian itu. Di sisi lain, Perjanjian Baru memperlihatkan firdaus yang diperoleh kembali melalui Adam yang kedua (Kristus). Dengan kata lain, Perjanjian Lama menegaskan bahwa manusia terpisah dari Allah karena dosa (Kejadian 3), dan Perjanjian Baru menyatakan bahwa manusia sekarang dapat dipulihkan kembali hubungannya dengan Allah (Roma 3-6). Perjanjian Lama menubuatkan kedatangan dan kehidupan Mesias. Perjanjian Baru khususnya Injil mencatat kehidupan Yesus, sambil Surat-Surat di dalam Perjanjian Baru menafsir kehidupan dan pengajaran-Nya dan bagaimana kita harus menanggapi segala yang telah dan akan dilakukanNya. Kehidupan dan Pengajaran Yesus – pengantara Perjanjian Baru ini termaktub di dalam hukum yang pertama dan utama.
@ Di dalam hukum yang pertama dan utama itu ada CINTA, PENGAMPUNAN, KEADILAN & PERDAMAIAN. Allah mencintai kita secara total lewat pengorbanan diri Putera-Nya. Allah memberi kita kesempatan kedua untuk bertobat lewat pengutusan Putera-Nya ke dunia untuk mengangkat kita dari lumpur dosa kesombongan kita. Di dalam diri dan hidup Yesus serta pengajaranNya, terbersit nilai KEADILAN sebagai perlawanan atas manipulasi Hukum Taurat oleh mereka yang berkepentingan di dalamnya. Kehadiran Yesus sendiri adalah tindakan Allah untuk mendamaikan dunia dengan diri-Nya.
@ Hari-hari ini, kita banyak menemukan kejadian-kejadian yang bahkan diviralkan di media sosial tentang tindakan yang dinilai TIDAK ADIL dan AROGAN terhadap orang-orang kecil dan terpinggirkan. Lebih sadis lagi ketika media sosial tanpa mencari informasi yang berimbang, memojokkan pihak atau institusi tententu sebagai biang atau bahkan pelaku tindakan arogan dan represif. Menyikapi fenomena-fenomena sosial yang terjadi di tengah-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan, kita dipanggil untuk kembali melihat dan merefleksikan peran kenabian kita yang sesungguhnya. Peran kenabian ini tentunya tidak lepas dari pemahaman kita yang benar akan realitas yang sedang terjadi. Kita dituntut untuk menjadi duta yang cermat dan rendah hati serta dekat dengan Dia yang memanggil, memilih dan mengutus kita semua sebagai duta-duta Perjanjian Baru (baca: menghidupi dan membawa SPIRIT PERJANJIAN BARU). Jika kita pernah di dalam situasi yang dilematis, antara memilih yang benar dan berpihak pada yang kecil dan tertindas, mari kita ingat kata-kata St. Fransiskus dari Sales, seorang kudus yang kita rayakan peringatannya hari ini, “Jika ada sesuatu yang lebih mulia daripada kelemahlembutan dan kerendahan hati, tentu Tuhan sudah mengajarkan kepada kita dua hal ini, yakni kelembutan dan kerendahan hati.”
@ Berdasarkan poin-point di atas, hari ini, saya digerakkan untuk masuk ke dalam diri dan panggilan serta perutusan yang Tuhan percayakan kepadaku – kepada kita semua dalam model dan bentuknya yang berbeda-beda sesuai dengan panggilan dan pilihan hidup kita masing-masing. Kita saling mendoakan, semoga hidup kita, baik melalui perkataan dan tindakan, senantiasa mencerminkan nilai-nilai Perjanjian Baru, dan memang benar, kita semua adalah DUTA-DUTA PERJANJIAN BARU…. have a great day filled with love and mercy. Warm greetings from Masohi manise…… padrepiolaweterengsvd 🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽
EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA METROPOLITAN JAKARTARabu, 05 Februari 2025Injil: Mrk. 6 : 1 -…
DAILY WORDS, SELASA, 04 FEBRUARY 2025HARI BIASA, PEKAN BIASA IVBY RP. PIUS LAWE, SVD BACAAN…
EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA METROPOLITAN JAKARTASelasa, 04 Februari 2025Injil: Mrk. 5 : 21 -…
Siang ini di group para RomoParoki Pinggiran di Keuskupan Amboina, seorang Romo mengirim foto dan…
EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA METROPOLITAN JAKARTASenin, 03 Februari 2025Injil: Mrk. 5 : 1 -…
Mal 3:1-4; Ibr 2:14-18; Luk 2:22-40 Pesta Yesus Dipersembahkan di Kanisah Minggu, 2 Februari 2025 Keluarga Kristiani adalah persektuan antar pribadi, baikitu persekutuan antara suami-istri, keibuan dan kebapaan, maupun persekutuan antara orang tua dan anak (FC, art. 15). Keluarga merupakan komunitas cinta kasih antar pribadi. Poros dari keluarga adalah cinta kasih yang didasarkan pada cinta kasih Kristus. Keluarga Kristiani bukan sebuahpersekutuan sosial semata atau ceremony atau ritual lahiriah, tetapi tanda dan sarana keselamatan Allah. Keluarga adalahsakramen. Kristus hidup dan tinggal di dalam kehidupankeluarga. Dia tinggal bersama keluarga, memberi keluargakekuatan untuk mengikuti-Nya dengan memanggul salibkeluarga sendiri, untuk bangkit kembali setelah jatuh, untuksaling mengampuni, untuk menanggung beban satu sama lain.Kehidupan keluarga harus menghadirkan hubungan Kristusdan Gereja yang penuh kasih. Di dalam kehidupan keluarga, pasangan suami istri dan anak-anak dalam keluarga harusmenjadi gambara cinta dan keselamatan Kristus terhadapGereja (bdk. AL, art. 72-73). Dua tujuan membangun keluarga kristiani adalah demi kebahagiaan suami istri dan pendidikan anak. Pasangansuami-istri Kristiani bersepakat untuk menikah dan hidupdalam satu komunitas yang tetap demi kebahagiaan suami-istri tersebut. Hubungan mesrah suami-istri dalampersekutuan ini terarah bagi kebaikan suami-istri sendiri. Persekutuan suami-istri terarah kepada prokreasi (keturunan)…