Download
DAILY WORDS, SELASA, 25 JUNI 2024
PEKAN XII MASA BIASA
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : II RAJ 19:9b – 11. 14 – 21. 31 – 35a. 36
MAZMUR : MZM 48: 2– 3a. 3b – 4. 10 – 11
INJIL : MAT 7: 1: 6. 12 – 14
@ Dua puluh empat jam sebelum keberangkatan seorang konfrater yang barusan menyelesaikan Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di paroki St. Yohanes Penginjil Masohi, yang hendak kembali ke kota kelahirannya, saya berusaha memberanikan diri, mengalahkan ego-ku, menciptakan waktu-waktu yang berkualitas untuk syering pribadi dengannya. Ini juga menjadi salah satu niat pribadi-ku yang telah kutulis di dalam sepucuk kertas untuk dibakar di dalam upacara tobat yang saya pimpin bersama para peserta retret (Suster-Suster Dina St. Yosep). Saya sadar sungguh jika ada Pekerjaan Rumah ( PR) yang harus saya selesaikan bersama konraterku. There was some unfinished business (ada pekerjaan yang belum tuntas). Sudah pasti, ada luka-luka yang saya goreskan di dalam hatinya selama setahun ada bersama kami di paroki st. Yohanes Penginjil Masohi. Dengan gaya saya yang straight forward dan dengan nada saya yang kasar (yang bagiku adalah nada normal), saya mungkin telah membuat konfrater merasa malu, merasa kurang percaya diri, merasa kecewa, ragu-ragu atau bimbang, sedih, dan menjadi bahkan cripple (lumpuh ide/mandek) dalam melakukan sesuatu, dst. Oleh karena kesibukan yang begitu banyak, rencana untuk konfrater bisa mengalami waktu-waktu refreshing ke Banda Neira atau Ora Beach tidak jadi kami lakukan. Jiwa petualang-nya tidak beda dengan jiwa saya yang suka menjelajah dan mengalami new adventure .
@ Anyway , unfinished business itu akhirnya kulakukan bersama konrater bersangkutan. Kami mulai dari pelabuah Tulehu, tempat saya menjemputnya dengan mobil menuju biara DSY. Kami sudah memulai proses syering dari hati ke hati. Kami sambung syering ini pada malam harinya bahkan sampai dengan jam 3.30 pagi. Amazing ! Ada pembebasan yang saya rasakan dan alami. Saya berharap, konfraterku ini mengalami juga hal demikian meskipun tidak sempat mengalami dan merasakan syering dari hati ke hati bersama konfrater yang lain di Masohi. Fortunately , saya sudah pernah sampai di rumah dan berjumpa dengan Bapa dan Mama serta beberapa saudara dari konraterku ini. Hal ini sangat membantu saya untuk bisa memahami seorang konfrater dari latar belakangnya. Saya juga mengucap syukur dan terima kasih kepada konfrater-ku karena sudah dengan tulus membuka hati selama jam-jam yang begitu intense. Ini saat yang tepat bagiku untuk mengucapkan “I am so sorry” sebelum beliau meninggalkan tanah Maluku.
@ Satu hal yang selalu mengiang-ngiang di dalam teling batinku adalah jika saya dalam posisi seperti konfrater bersangkutan, how did I feel (bagaimana saya merasakannya). Tentu saja saya tidak ingin diperlakukan demikian oleh konfrater-ku yang adalah pendampingku. Jika memikirkan hal ini, saya memang jadi sedih dan sungguh merasakan betapa stressful berada bersama jika hal ini tidak disyeringkan face to face untuk bisa maju bersama dengan strategi yang lebih baik dan berimbang. Thank you Lord for this meaningful and fruitful time given to both of us. Ini bukan saja menyembuhkan luka di hati konfrater bersangkutan, namun sekaligus membawa pembebasan batin dan penyembuhan bagi diriku. Pada prinsipnya, ketika saya melukai sesama, saya sedang melukai diri saya sendiri. Ya, kembali ke Golden Rule: apa yang engkau inginkan sesamamu buat terhadapmu, perbuatlah demikian terhadap mereka. Peraturan ini sungguh PROPORSIONAL/ BERIMBANG. Oleh karena itu, saya mesti membangun sebuah harapan yang berimbang. Jika saya mau diampuni, saya juga mesti rela mengampuni. Jika saya ingin diperlakukan secara baik dan adil, ya… saya juga mesti belajar untuk memperlakukan sesama dengan baik dan adil.
@ Pertama, sebuah harapan yang proporsional atau berimbang dapat kita temukan di dalam cerita penyerbuan kerajaan Yehuda oleh raja Sanherib, raja Asyur. Raja Hizkia berseru memohon pertolongan dari Allah. Puji Tuhan, Allah telah mengabulkannya demi Daud hambaNya. Artinya, penyelamatan yang dilakukan Allah itu merupakan buah dari perbuatan baik yang telah dilakukan oleh para leluhur, termasuk raja Daud. Selama masa pemerintahan Daud, dia sungguh setia pada Allah. Daud tidak pernah menyembah allah-allah yang lain. Daud tetap menjaga hubungan baik dengan Allah-nya. Atas perbuatan-perbuatan baik di masa pemerintahannya inilah, Allah tidak meninggalkan Daud dan keturunannya menjadi hancur berantakan. Pembelaan Allah atas kota Suci dan kerajaan Yehuda merupakan konsekuensi logis atas apa yang dilakukan Daud. “… Aku akan membela kota ini untuk menyelamatkannya, demi Aku dan demi Daud, hamba-Ku ”. Allah telah membuat suatu keputusan yang berimbang. Kebaikan dan kesetiaan Daud dibalas oleh Allah dengan perlindungan dan keselamatan dari bahaya penyerangan bangsa asing. Apa yang telah Daud taburkan, itulah yang dipetik olehnya dan oleh keturunannya turun – temurun.
@ Kedua, sebagaimana bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk mempraktekkan Golden Rule , yaitu hukum yang utama dan terutama, saya pun harus berusaha untuk terlebih dahulu menebar kebaikan kepada sesama. Entah apa yang akan saya dapat sebagai akibat dari perbuatanku, itu bukan urusanku untuk menempatkan “ balas budi” sebagai targetnya. Pada prinsipnya, jika kebaikan yang saya taburkan, maka saya akan menuai kebaikan pula. Jika saya menaburkan hal baik namun dengan cara yang tidak pantas, kebaikan yang saya taburkan itu tidak akan jatuh pada “ hati yang terbuka untuk menerimanya”. Jika saya menaburkan benih kebaikan itu dengan cara saya yang tidak “pas” maka saya sedang menabur luka, kemarahan, kekecewaan, dst. Jika itulah lahan yang saya ciptakan, maka sebanyak berapa pun saya menabur, tentu akan menjadi ampas karena saya tidak menyiapkan “ hati yang lapang ” untuk menerimanya. Hati yang lapang hanya ada jika saya memperhatikan CARA saya menabur kebaikan. Ini sebuah pembelajaran yang sangat berharga buat saya ke depan. Apabila saya tetap mempertahankan CARA lamaku yang salah atau keliru di dalam menabur nilai-nilai kebaikan di hati sesama, maka saya akan menciptakan resistensi atau penolakan dari dalam hati sesama dimaksud. Dengan demikian, mutiara yang saya tabur akan menjadi sampah karena tidak mendarat pada hati yang lapang.
@ Atas pengalaman Daud dan pengalaman syering dengan konfraterku, mari kita saling mendoakan. Semoga kita tak henti-hentinya berusaha untuk membangun harapan yang proporsional. Apabila saya mengharapkan agar sesamaku berlaku adil dan jujur terhadapku, demikian juga hendaknya saya pun berbuat baik dan jujur terhadap mereka. Apa yang saya tabur, itulah yang akan saya petik di kemudian hari. Kita saling mendoakan semoga harapan yang kita tabur di dalam relasi kita satu dengan yang lain, menjadi proporsional atau berimbang dengan apa yang kita lakukan terhadap sesama di sekitar kita. Marilah kita tak henti-hentinya membangun sebuah harapan yang berimbang ( proporsional ). Allah tentu memperhitungkan semuanya itu. Have a blessed day filled with love and mercy. Warm greetings to you all. padrepiolaweterengsvd 🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽
EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA MUTIARA DOBOJumat, 22 November 2024Injil: Luk. 19 : 45 -…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI FERUNI, PULAU TRANGAN, ARU SELATANKamis, 21 November 2024Injil: Luk. 19…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI SALAREM, KEPULAUAN ARURabu, 20 November 2024Injil: Luk. 19 : 11…
Selasa, 19 November 2024Injil: Luk. 19 : 1 - 10 EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI BELTUBUR, KEPULAUAN ARUSenin, 18 November 2024Injil: Luk. 18 : 35…
DAILY WORDS, MINGGU, 17 NOVEMBER 2024HARI MINGGU DALAM PEKAN BIASA XXXIIIBY RP. PIUS LAWE, SVD…