Masih dari Stasi St. Fransiskus Xaverius Yalahatan Masohi Hatiku tidak akan tenang ketika mendengar kisah…
DAILY WORDS, JUMAT, 14 JANUARI 2024
MINGGU BIASA II – TAHUN B
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : I SAM 24: 3 – 21
MAZMUR : MZM 57: 2. 3 – 4. 6.11
INJIL : Mrk 3: 13 – 19
@ Kisah pengampunan Daud atas Raja Saul yang mengejar untuk membunuhnya sangat menggelitik hatiku. Mengapa? Ya, kisah ini menghantarkan saya kembali untuk meneropong ke dalam diri dan pelayanaku dan mengolah pergumulanku tentang pengampunan. Hal mengampuni orang yang membencimu bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Setiap kita tentu mengalami hal ini dalam keseharian hidup kita. Saya pun demikian. Panggilan sebagai imam dan rahmat imamat yang melekat dalam diriku tidak sekejab membuatku menjadi kebal terhadap semua perasaan negative yang kapan saja dapat menggerogoti hatiku: marah, kecewa, sedih, kesal, benci dan dengki, lelah, dst. You name them all. Rahmat imamat bukan obat yang menyulap seorang imam atau siapa pun pelayan Tuhan untuk “tidak merasa sakit atau menjadi kebal” terhadap perlakuan orang-orang yang kita layani. Dengan kata lain, tidaklah mudah bagiku untuk mengampuni orang yang dengan tahu dan mau hendak menyakiti hatiku, apalagi menyakiti hati imamnya yang sudah dengan tulus dan tanpa kepentingan apa pun memperjuangkan nasib bersama. Ya, saya teringat kata-kata seorang pembimbingku dalam sebuah group process: you can be vulnerable ones you decide to follow Jesus as a priest/ pilihan untuk menjadi pengikut Kristus dalam jalan imamat membuatmu rentan untuk terluka.
@ Jika ini sebuah kemungkinan yang bisa benar di dalam kenyataan hidup, apa yang mestinya menjadi peganganku untuk tetap tegar berziarah sebagai seorang imam apa pun tantangan dan rintangan? Jika hal di atas sebagai sebuah kenyataan yang terjadi atas diri seorang imam, apakah ada jalan yang senantiasa membuat hatiku damai dan lepas bebas untuk terus melayani tanpa merasa terluka dan putus asah?
@Okay, sebelum mengelaborasi/mendalami lebih jauh point refleksiku di atas, saya mau mengarahkan kita semua yang mungkin membaca coretan sederhana yang sedang saya buat di atas pesawat Super Air Jet menuju Labuan Bajo dari Surabaya ini, bahwa yang saya maksudkan dengan orang – orang yang diurapi Tuhan tidak hanya tertuju pada kaum klerus dan biarawan/i. Maafkan daku karena goresanku dari awal cenderung mereduksi/mempersempit arah pemikiran kita ke “ hanya untuk kami para klerus” (Uskup dan Imam) . Ingat, lewat sakramen permandian, kita semua diurapi untuk mengemban tiga fungsi kemuridan atau tiga tugas panggilan kita yaitu menjadi imam untuk menjalankan fungsi pengudusan, menjadi nabi untuk mewartakan Sabda Pertobatan dan Keselamatan, menjadi raja untuk memimpin diri dan sesame kepada jalan kebaikan dan kebenaran. Kita semua dipanggil untuk melayani Tuhan lewat dan dalam tugas atau profesi kita masing-masing: entah sebagai bapa keluarga, ibu rumah tangga, pengusaha, ASN, politisi, pedagang, petani, nelayan, banker, buru bangunan, Ketua DP Paroki, Ketua DP Stasi, Ketua DP Rukun, Ketua Sie dalam DPP/S/R, Koster, Dokter, Perawat/bidan. Sebagaimana yang sedang saya alami di atas pesawat Super Air Jet yang lagi terbang dengan ketinggian 35.000 kaki, ketika kita sedang dalam penerbangan pelayanan, badai/angin topan bakal membuat pesawat pelayanan kita meliuk-liuk/terombang-ambing ke kiri dan ke kanan. Kita pasrah karena memang tidak ada yang dapat kita andalkan selain Tuhan yang bekerja lewat ketrampilan pilot dan crew-nya. Posisi kita di atas pesawat pelayanan itu sangat VULNERABLE – rentan untuk terluka.
@Menyadari posisi ini, apa yang mestinya menjadi pegangan kita? Baik Saul, Daud, Kedua Belas Murid yang dipanggil Yesus, beta pribadi dan kita semua yang dibaptis dalam nama Yesus, mempunyai cuma satu pegangan: TUHAN yang memanggil kita untuk tugas panggilan yang luhur ini. Ingat seruan Daud yang sedang dalam “pertimbangan” untuk atau membunuh Saul atau mengampuninya. Di dalam hatinya, Daud berkata, “ Dijauhkan Tuhanlah kiranya dapripadaku untukd melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi Tuhan; dijauhkan aku dari menjamah dia, sebab dialah yang diurapi Tuhan.”…” Sebab itu Tuhan kiranya menjadi hakim yang memutuskan perkara kita!” Kata-kata Daud sesungguhnya menjadi pegangan bagiku dan tentu saja bagi semua kita yang menyandang tugas panggilan sebagai orang terbaptis: imam, nabi dan raja.
@Atas keyakinan di atas, saya hendak menggaris-bawahi satu dua point: pertama , sebagai gembala saya mesti siap terluka dan siap untuk mengampuni. Kedua , sebagai gembala, saya harus berbenah untuk dengan cara apa pun berusaha menjaga martabat semua yang saya layani. Ketiga , sebagai gembala, saya juga harus berusaha menjaga martabat kegembalaan sesama gembala apalagi para Uskup dan Pembesar atau pimpinanku. Keempat , sebagai gembala, saya juga menyadari bahwa dalam banyak segi dan situasi, umat atau kawanan adalah GEMBALA-ku. Tentu saja poin-poin di atas mengandung satu misi yang berat. Namun, mari kita saling meneguhkan karena Tuhan telah berjanji untuk senantiasa melindungi semua yang telah DIURAPI-NYA. Dan jangan lupa untuk berdoa bagi mereka yang mungkin telah menyakitimu oleh karena kekurangan atau keterbatasanmu sebagai gembala. Biar Tuhanlah yang berperkara atas semuanya. Have a wonderful day filled with love and mercy …warm greetings to you all from the Super Air Jet, flight no IU 726…. padrepiolaweterengsvd
🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽
EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA MUTIARA DOBOJumat, 22 November 2024Injil: Luk. 19 : 45 -…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI FERUNI, PULAU TRANGAN, ARU SELATANKamis, 21 November 2024Injil: Luk. 19…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI SALAREM, KEPULAUAN ARURabu, 20 November 2024Injil: Luk. 19 : 11…
Selasa, 19 November 2024Injil: Luk. 19 : 1 - 10 EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI BELTUBUR, KEPULAUAN ARUSenin, 18 November 2024Injil: Luk. 18 : 35…
DAILY WORDS, MINGGU, 17 NOVEMBER 2024HARI MINGGU DALAM PEKAN BIASA XXXIIIBY RP. PIUS LAWE, SVD…