Dibuang Sayang dari Kunjungan Kanonik di Aru Selatan dan Tengah ( seri 1 )

Ketika Speedboat hendak memasuki pelabuhan desa Mesiang, telah menanti para tokoh Agama ( Pastor, Haji dan Pendeta ) beserta Tokoh Adat dan Pemerintahan di atas dermaga. Setelah berjabat tangan, kami pun dihantar ke gerbang desa di mana akan diadakan penerimaan secara adat.

Setelah acara penerimaan adat maka kami pun dihantar mengelilingi kampung dengan lagu dan sungguhan tarian di setiap 50 meter sambil memasuki dan diterimakan di dalam Mesjid dan Gereja Protestan. Sungguh sangat terasa nuansa persaudaraan dan toleransi yang kental, yang membuat hati terasa damai dan tenang. Di dalam hati, ada rasa syukur dan terima kasih karena sesungguhnya, inilah suasana Indonesia yang didambakan oleh putra putri Nusantara yang tercinta ini.

Suasana gembira dan persaudaraan umat beragama dalam menyambut dan mengarak rombongan Uskup sungguh mendatangkan sukacita yang tak dapat dilukiskan tuntas dengan rangkaian kata-kata indah sekalipun. Mengalami semua suka cita ini, seorang ibu berujar, “sungguh, hari ini telah turun keselamatan atas kampung ini, karena Bapa Uskup, wakil Tuhan telah datang mengunjungi dan menyapa kami dalam kesederhanaan hidup kami.” Acara pun berlanjut dengan dialog antar umat beragama dan makan malam bersama.

Esok pagi setelah Misa, kami pun berarak bersama umat meninjau gedung gereja yang sementara direhab kembali akibat kerusakan berat yang dialaminya. Di dalam gereja ini, kepala ( ketua ) tukang renovasi memintaku untuk mendoakan mereka agar pekerjaan yang sementara dilakukan secepatnya terselesaikan dengan bantuan donatur dan swadaya umat, apalagi tak lama lagi mereka akan membuka sasi laut dan memanen teripang dan lola.

Situasi selanjutnya menjadi sedih bercampur haru ketika seorang bapa berujar; “Bapa Uskup, terima kasih banyak atas lawatanmu hari ini di stasi kami, karena kami telah merindukan kehadiran bapa Gembala selama 25 Tahun lamanya. Sejak gereja kami diberkati dan sampai saat ini di mana gereja kami sudah rusak, telah terhitung 25 Tahun barulah Sang Gembala datang dan tinggal bersama kami. Kami memang umat sederhana, tapi hati kami tulus untuk menerima kehadiran Sang Gembala utama kami. Semoga kami tidak menunggu lagi berpuluh-puluh tahun untuk bertemu denganmu di stasi kami yang jauh dan sederhana ini.

Mendengar ungkapan kerinduan dan kepolosan mereka, saya pun meneguhkan iman mereka dan berjanji bahwa pasti tidak lama, karena setidak-tidaknya setiap 3 tahun pasti saya mengunjungi mereka sesuai dengan besar dan luasnya wilayah kepulauan Aru ini, sehingga harus dikunjungi setiap wilayah ( DOBO dan Aru Tengah, Aru Utara serta Selatan ) dalam rentang waktu yang berbeda.

Setelah sarapan pagi, kami pun dihantar dengan arak-arakan dan nyanyian dari jiwa-jiwa polos ini untuk bertolak ke stasi berikutnya.

Ditulis kembali oleh: Mgr. INNO NGUTRA

keuskupan amboina

Recent Posts

GEREJA KECIL BANDA NEIRA BANGKIT KEMBALI

Sepenggal Kisah dari Domba-Domba Kecil di Banda Neira “Gedung kami dihancurkan dan dibakar, tapi puing-puingnya…

2 hours ago

JADILAH SHALOM BAGI SESAMAMU

EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA BANDA NEIRA, MALUKU TENGAHJumat, 18 Oktober 2024Pesta St. LukasInjil: Luk.…

5 hours ago

MENCARI-CARI KESALAHAN DARIPADA MENGAKUI KEBENARAN

EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA AMBON MANISEKamis, 17 Oktober 2024Injil: Luk. 11 : 47 -…

1 day ago

MENJADI BERKAT BUKAN BEBAN

EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA AMBON MANISERabu, 16 Oktober 2024Injil: Luk. 11 : 42 -…

2 days ago

MAMA, AKU INGIN BERSEKOLAH

Kisah Romo Erol dari Taliabu, Part 2 Para sahabat, mari kita membantu Romo Erol untuk…

3 days ago

BERPENAMPILAN PARLENTE DENGAN MULUT MANIS

EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA AMBON MANISESelasa, 15 Oktober 2024Injil: Luk. 11 : 37 -…

3 days ago