KKamis, 02 Juni 2022Bac. I : Kis.22 : 30. 24 : 6 - 11Injil :…
(Yeh. 33:7-9; Mzm. 95:1-2,6-7,8-9; Rm. 13:8-10; Mat. 18:15-20)
HM Biasa XXIII
Minggu, 10 September 2023
RD. Novly Masriat
Setiap orang memiliki kemungkinan berhadapan denganseorang perdosa atau orang yang bersalah. Dalam injil, Yesusmenyebutkan beberapa pendekatan yang perlu bagi kita ketikaberhadapan dengan para pendosa, pertama, pendekatan personal. Kita perlu membuat pendekatan personal kepada seseorang yang bersalah. Dalam pendekatan ini, orang tersebut ditegur dan dinasehati. Kedua, menghadirkan saksi. Bila tahap pertama tidakberhasil, maka beberapa orang perlu hadir untuk memberikannasehat dan teguran kepada pendosa. Orang-orang yang hadir initentu orang-orang yang memiliki kompeten atau memilikikepentingan atau bertanggungajwab terhadap persoalan pendosa. Rasul Paulus pernah berkata, saudara-saudara, kalaupun seorangkedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar ke dalamroh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamujuga jangan kena pencobaan (Gal 6:1). Perkataan rasul Paulus inimenunjukkan bahwa orang-orang tertentu mendapattanggungjawab besar untuk menegur atau menasehati orang-orang yang bersalah, kendati kita semua tentu memilikitanggunjawab yang sama untuk saling menegur.
Ketiga, teguran publik. Ketika tahap kedua tidak bisamenyelesaikan masalah, maka perlu melibatkan jemaat. Di sinipara tokoh agama atau pemimpin jemaat memiliki peran utamauntuk mengendelakan persoalan tersebut. Selain itu, memang, masalah-masalah tertentu perlu mendapat perhatian publikapalagi dosa-dosa yang memiliki dampak sosial yang luas. Keempat, pengucilan. Sesudah berbagai usaha dan tidak adapertobatan maka pendosa tersebut dipandang sebagai orang yang tidak mengenal Allah. Mungkin ini sebuah bentuk “pengucilan” terhadap pendosa; dengan menganggap bahwa pendosa tersebutadalah orang yang tidak mengenal Allah atau tidak menjadibagian dari orang-orang beriman.
Terlepas dari pendekatan-pendekatan di atas, pada dasarnyasetiap orang kristiani memiliki tanggungjawab untuk salingmengingatkan dan menegur. Ketika terdapat sahabat yang keliru, maka kita memiliki tanggungjawab untuk mengingatkan. Sebaliknya ketika kita pun keliru, maka kita siap untuk ditegurjuga. Kita semua pendosa, dan berjuang bersama-sama untukhidup lebih baik. Untuk itu, keterbukaan terhadap kritik dan nasehat adalah cara hidup komunitas. Tujuan dari teguran ataunasehat adalah pertobatan, bukan menjatuhkan orang lain ataumengambil keuntungan dari teguran atau nasehat. Teguran inijuga adalah sebuah bentuk kepedulian dengan orang lain. Tentukepedulian ini tidak hanya ketika orang lain susah atau bersalah, tetapi juga ketika orang lain berhasil pun kita peduli atau bahagiabersama dengan mereka. Memang ini suatu tantangan. Kadangkala ketika orang lain bersalah, kita semua cepat-cepatmenghakimi, menegur dengan alasan sebuah kepeudulian dan keinginan baik untuk mempertobatkan orang lain. Tetapi di lain sisi, ketika orang lain sukses atau berhasil, seolah-olahkebersamaan itu hilang. Kita peduli dan merasa memilikitanggungajwab moral untuk mentobatkan orang lain, tetapikadang kala ketika orang lain berhasil atau memperolehkeuntungan yang lebih dibandingkan dengan kita, justru kitaseolah-olah kehilangan tanggungjawab moral untuk bergembirabersama dengan orang tersebut. Tentang hal ini, Paus Fransiskuskatakan, “keluarga harus selalu menjadi tempat di mana, ketikasalah satu anggota keluarga memperoleh keberuntungan dalamhidupnya, ia mengetahui bahwa anggota keluarga lain akanmerayakannya bersamanya” (Amore Letitia, art. 110). Ini untukkeluarga, tetapi juga bisa menjadi nasehat bagi semua orang.
Memang, tidak mudah membangun sebuah komunitas di mana orang saling menegur atau meneguhkan dalam suasanacinta kasih. Yesus memberikan petunjuk yang berguna. BagiYesus, “mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat. 18:20). Kata-kata Yesus ini memberikan sebuah dasar hidup komunitas, yaituTuhan. Dalam membangun komunitas, kita perlu menempatkanTuhan sebagai dasar relasi dan pedoman saling menasehati. Amin.
Dari Stasi Pinggiran St. Petrus Kalar-Kalar, Aru Selatan Barat “Ketika ada jedah lagu, tiba-tiba gadis…
EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA MUTIARA DOBOJumat, 22 November 2024Injil: Luk. 19 : 45 -…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI FERUNI, PULAU TRANGAN, ARU SELATANKamis, 21 November 2024Injil: Luk. 19…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI SALAREM, KEPULAUAN ARURabu, 20 November 2024Injil: Luk. 19 : 11…
Selasa, 19 November 2024Injil: Luk. 19 : 1 - 10 EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI BELTUBUR, KEPULAUAN ARUSenin, 18 November 2024Injil: Luk. 18 : 35…