EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA AMBON MANISESelasa, 26 Juli 2022Pekan Biasa XVIIInjil : Mat. 13…
DAILY WORDS, MINGGU, 19 MARET 2023
MINGGU IV PRAPASKAH
BACAAN I : I SAM 16: 1b. 6 – 7. 10 – 13a
MAZMUR : MZM 23: 1 – 3a. 3b – 4. 5. 6.
BACAANN II : EF 5: 8 – 14
INJIL : YOH 9 : 1 – 41
BY RP. PIUS LAWE, SVD
@ “ Lihat Tembus”! Bulan yang lalu, ada satu guyonan yang sempat saya lontarkan kepada seniorku, RP. Alfons Hayon, SVD yang hendak menyiapkan dirinya untuk menjalani operasi katarak. Dalam nada guyon saya berkata kepada Pastor Opa (sapaan akrab kami untuk RP. Alfons Hayon, SVD) di hadapan RD. Neles Openg, kalau setelah menjalani operasi katarak untuk kedua matanya, beliau dapat “melihat tembus”. Opa Alfons menanggapi pernyataanku dengan senyuman lebar kebapaannya. Okay, tentang “melihat tembus” artinya bukan hanya menjangkau objek luar yang kita tatap langsung melainkan mata kita dapat melihat ke kedalaman sesuatu objek. Kalau melihat diri saya, sudah pasti kedalaman hati dan budi-ku pun dapat dipantau dengan baik. Inilah isi guyonan kami, bahwa segera setelah operasi katarak untuk kedua matanya, Pastor Opa dapat melihat, bahkan sampai di kedalaman jiwa seseorang -sampai di relung hati yang paling dalam heeee.
@ “ _Janganlah terpancing pada paras atau perawakan yang tinggi, sebab aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati .” Kata-kata ini sungguh menohok sampai di relung hati kita yang paling dalam. Sungguh, Allah Mahatahu. Dia dapat “melihat tembus”. Oleh karena karunia Allah, Samuel dapat melihat tembus sehingga dia tidak mudah terpancing untuk menentukan siapa yang layak menjadi pemangku takhta kerajaan Israel. Allah yang menuntun Samuel, akhirnya memampukan Samuel untuk dapat memilih si bungsu dari anak-anak Isai. Dialah Raja Daud, si bungsu yang dipanggil dari tempat penggembalaan domba. Daud, sang gembala domba, sekarang diurapi Allah menjadi penggembala manusia – menjadi raja kerajaan Israel. Keterpilihan Daud dari antara anak-anak Isai, semuanya karena “Allah melihat hati”.
@ Apakah kita mampu “melihat hati” seseorang? Apakah kemampuan yang Allah miliki itu dapat kita punyai juga di dalam kehidupan kita setiap hari? Jawaban yang dapat kita berikan atas pertanyaan di atas mungkin berbeda sesuai dengan pengalaman kita masing-masing. Saya mungkin bisa memberi jawaban sementara seperti ini, bahwa setiap orang mempunyai keahlian dalam melihat sesuatu. Takaran keahlian itu mungkin berbeda. Bagi saya, Paus Fransiskus, Paus Benediktus, Paus Yohanes Paulus II, Paus Yohanes XXIII, Paus Paulus VI, Mother Teresa dari Kalkuta adalah orang-orang yang dimampukan Allah untuk dapat melihat hati. Mereka dapat melihat “hati dunia” jamannya dan membuat terobosan-terobosan profetis dengan caranya masing-masing. Begitupun pemimpin-pemimpin agama dan sipil seperti Nelson Mandela, Martin Luther King Junior, Obama, Daila Lama, Mahatma Gandhi, Soekarno, Joko Widodo, dll. Mereka adalah barisan orang-orang yang, hemat saya, mempunyai kemampuan untuk “melihat hati”. Mereka adalah pemimpin yang visioner, yang keunggulannya terdapat di dalam apa yang dikatakan di dalam mazmur 23 hari ini. Mungkin tidak sesempurna apa yang dikatakan di dalam mazmur itu, tetapi setidak-tidaknya ada satu dua nilai yang telah mereka hidupi yang dapat saya kategorikan sebagai kemampuan untuk “melihat hati”.
@ Kemampuan “melihat hati” seseorang dan ketidak mampuan untuk “melihat hati” seseorang dapat kita temukan di dalam orang-orang yang diceritakan dalam injil hari ini. Pertama, Yesus sendiri. Dia mampu melihat hati si buta. Karena mampu melihat hati sib uta, maka dia memahami kerinduan terdalam dari sib uta untuk dapat melihat. Karena mampu melihat hati sib uta, Yesus memahami sungguh apa yang paling si buta butuhkan di dalam hidup. Oleh karena itu, Yesus, meskipun di mata orang Farisi hal itu melanggar hukum Taurat yaitu menodai hari Sabat, Yesus tetap melakukan hal yang sangat terpuji, yaitu menyelamatkan seorang anak manusia yang sangat terpuruk oleh penderitaan kebutaannya. Yesus – Sang Guru dapat melihat hati kita juga. Kedua, si buta. Dia juga dapat “melihat hati” Yesus. Dalam kebutaan fisik-nya, dia dapat melihat hati Tuhan yang berbelaskasih di dalam pribadi Yesus. Oleh karena itu, dia menuruti setiap perintah Yesus untuk pergi dan menceburkan diri di dalam kolam Siloam. Dan dia menjadi sembuh. Karena si buta dapat melihat hati Yesus, dia tetap ngotot bersaksi tentang Yesus dan perbuatan baiknya, meskipun orang-orang Farisi terus saja memojokkan Yesus dan berusaha mencari kesaksian-kesaksian orang-orang sekitar untuk mendiskreditkan Yesus. Si buta dapat melihat hati Yesus. Oleh karena itu dia ngotot bersaksi bahkan sampai dia dipojokkan oleh orang Farisi dan diusir. Karena dapat melihat hati Yesus (mengalami kebaikan Tuhan), si buta pada akhirnya mengakui imannya dengan berseru, “Aku percaya, Tuhan.” Ketiga, orang-orang Farisi. Mereka adalah orang-orang yang sungguh buta mata hatinya sehingga tidak dapat melihat kebaikan yang Yesus lakukan meskipun itu pada hari Sabat. Hati mereka buta sehingga mereka tak dapat membedakan manakah tindakan yang lebih penting, menyelamatkan nyawa orang pada hari Sabat atau sekedar mengikuti aturan secara membabi-buta. Ya, orang-orang Farisi, hatinya sungguh buta sehingga mereka berjalan keliling untuk mencari tahu kelemahan dan klu hukum untuk menjatuhkan Yesus. Kasihan, perbuatan-perbuatan baik Yesus dibalas dengan kecurigaan yang diliputi rasa iri hati dan dengki. Oleh karena benci dan iri hati telah menguasai mata hati mereka, dengan demikian, mereka tidak dapat lagi melihat secara jernih kebaikan orang lain. Mereka menjadi buta “mata hati-nya”.
@ Mari kita belajar untuk dekat dengan Allah di masa yang kudus ini. Semoga Allah berkenan membuka mata hati kita agar kita dapat melihat dunia secara lebih jernih dan jujur. Dengan demikian, kita dapat menjadi anak-anak terang, karena dengan hidup sebagai anak-anak terang kita dapat membuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran (inilah kata-kata Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Efesus). Jika kita mempunyai mata yang dapat melihat hati seseorang, saya yakin kita tidak turut ambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak membuahkan apa-apa sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Farisi. Mari kita tidak menjadi orang-orang Farisi di jaman yang semakin edan ini, di dalamnya, oleh karena kepentingan politik dan harta dunia, hati kita menjadi buta dan kita tidak dapat “melihat hati” seseorang di dalam hidup kita. Kita saling mendoakan agar kita dimampukan untuk dapat “melihat hati” sesame kita dan tergerak untuk menolong mereka dengan cara kita yang jujur dan tulus. God bless you. Have a blessed Fourth Sunday of Lent filled with an honest heart and mind. Warm greetings from Soverdi – Surabaya…..salve..salve…salve….padrepiolawesvd 🙏🙏🙏😇😇😇🫰🏿🫰🏿🫰🏿❤️❤️❤️
Dari Stasi Pinggiran St. Petrus Kalar-Kalar, Aru Selatan Barat “Ketika ada jedah lagu, tiba-tiba gadis…
EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA MUTIARA DOBOJumat, 22 November 2024Injil: Luk. 19 : 45 -…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI FERUNI, PULAU TRANGAN, ARU SELATANKamis, 21 November 2024Injil: Luk. 19…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI SALAREM, KEPULAUAN ARURabu, 20 November 2024Injil: Luk. 19 : 11…
Selasa, 19 November 2024Injil: Luk. 19 : 1 - 10 EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI BELTUBUR, KEPULAUAN ARUSenin, 18 November 2024Injil: Luk. 18 : 35…