EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA TIAKUR, PULAU MOA, MALUKU BARAT DAYASenin, 28 November 2022Minggu Advent…
DAILY WORDS, SABTU, 18 MARET 2023
PEKAN III PRAPASKAH
BACAAN I : HOS 6: 1 – 6
MAZMUR : MZM 51 : 3 – 4. 18 – 19. 20– 21ab
INJIL : LUK 18: 9 – 14
BY RP. PIUS LAWE, SVD
@ Dunia ini panggung sandiwara, cerita yang mudah berubah …inilah penggalan lagu yang dinyanyikan oleh Nicky Astria dalam albumnya “ Jangan Ada Luka ”. Sebuah liri lagu yang sungguh mewakili apa yang tengah dilakoni anak-anak manusia di atas dunia ini. Ya, setiap kita mengambil satu peran untuk dimainkan. Ada peran wajar dan bahkan ada peran yang berpura-pura. Semuanya kita lakonkan di atas dunia sebagai sebuah panggung sandiwara. Okay, kita setuju jika dunia ini sebuah panggung sandiwara. Namun apakah peran kita di atas panggung ini kita hidupi dan kita bawakan di dalam ranah kehidupan iman? Atau lebih tajam lagi saya boleh bertanya, “Apakah peran kita entah wajar atau berpura-pura tetap kita pakai sebagai pola dalam relasi satu dengan yang lain, termasuk di dalam kehidupan iman kita?
@ Saya yakin, kita semua sepakat untuk mengatakan TIDAK. Bukan hanya firman Tuhan hari ini yang melarang kita untuk tidak melakukan hal demikian. Nilai-Nilai atau kaidah-kaidah umum dalam kehidupan bermasyarakat pun menghendaki kita untuk menjalin relasi yang “ genuine ” atau relasi yang asli dan bukan sekedar sebuah relasi sandiwara – relasi panggung. Dasar negara kita dalam penjabaran nilai-nilai Pancasila pun menghendaki kita memainkan peranan yang “ genuine ” di dalam kehidupan social kemasyarakatan. Peranan yang “ genuine ” adalah peranan yang asli tanpa dibumbui dengan motivasi yang tanpa ada tujuan lain. Suatu tindakan dalam relasi social hendaknya mengandung tujuan yang jujur tanpa ada “ udang di balik batu ”. Tujuan yang jujur juga untuk kebaikan bersama dan bukan sekedar untuk “menyenangkan” pihak tertentu dan mencari pamor/popularitas.
@ Nabi Hosea membahasakan hal di atas dengan seruan kenabian sebagai berikut, “…Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan. Aku menyukai pengenalan akan Allah lebih dari pada kurban-kurban bakaran.” Ya, Allah bukan haus darah. Allah bukan lapar akan makanan dan minuman. Allah pun tidak “ngemis” untuk disembah atau dipuji. Allah lebih melihat MOTIVASI atau TUJUAN yang asli/genuine. Tujuan yang asli atau genuine seorang beriman adalah PERUBAHAN HATI. Allah menginginkan pertobatan dari hidup yang lama kepada hidup yang baru. Dia yang berbelaskasih merindukan kembalinya “anak yang hilang” ke pangkuannya. Hosea menggambarkan belas kasih Allah sebagai “yang muncul seperti fajar dan datang kepada kita seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi”. Itulah Allah kita. Yang Dia rindukan adalah perubahan hidup kita dan bukan persembahan ini dan itu yang kita lakukan hanya sekedar untuk menjadi popular.
@ Sikap Allah yang berbelaskasih, yang lebih menyukai KASIH SETIA dan bukan KURBAN SEMBELIHAN sungguh tampak di dalam sosok si Pemungut Cukai. Allah tidak menghendaki sikap seorang Farisi yang berdiri di bagian paling depan rumah ibadah dan mulai melitanikan segala kebaikan yang dilakukannya. Sungguh sebuah adegan sandiwara yang sedang diperankan oleh si Farisi ini. Tanpa melitanikan segala perbuatan baiknya, Allah toh sudah mengetahui semuanya. Dengan melitanikan segala yang telah diperbuatnya, pertama, si Farisi sedang mengatakakan bahwa motivasi perbuatan-perbuatannya adalah hanya untuk DIAKUI – MENJADI POPULER – MENJADI PENTING DI MATA ALLAH dan dengan sendirinya MENDAPAT KEDUDUKAN SOSIAL TERTENTU; kedua, kareba segala yang dilakukan hanya sekedar untuk DIAKUI, maka nilai dari perbuatan-perbuatannya menjadi TAK BERARTI. Berbeda atau berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh Pemungut Cukai, dia sungguh melakukan sesuatu yang “ genuine ” atau yang asli. Dia, dengan perasaan manusiawi sebagai seorang pendosa, justru menunduk – tak berani mengangkat wajahnya, lalu berseru memohon belaskasih dari Allah. Sungguh, Pemungut Cukai melakukan sebuah ibadah yang “ genuine ” atau asli. Allah menghendaki ekspresi iman kita yang “ genuine ” atau yang asli. Mari kita coba di akhir pekan ini, dan bahkan di awal pekan yang baru nanti, kita coba berlangkah dengan satu motivasi yang baru – motivasi yang lebih “ genuine ” atau lebih asli. Tuhan tentu mendengarkan hamba-Nya yang rendah hati dan jujur. Have a great weekend filled with a genuine and unconditional love and forgiveness. Warm greetings from Soverdi Surabaya….salve..salve..salve… padrepiolawesvd
🙏🙏🙏❤️❤️❤️🫰🏿🫰🏿🫰🏿😇😇😇
EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA MUTIARA DOBOJumat, 22 November 2024Injil: Luk. 19 : 45 -…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI FERUNI, PULAU TRANGAN, ARU SELATANKamis, 21 November 2024Injil: Luk. 19…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI SALAREM, KEPULAUAN ARURabu, 20 November 2024Injil: Luk. 19 : 11…
Selasa, 19 November 2024Injil: Luk. 19 : 1 - 10 EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI BELTUBUR, KEPULAUAN ARUSenin, 18 November 2024Injil: Luk. 18 : 35…
DAILY WORDS, MINGGU, 17 NOVEMBER 2024HARI MINGGU DALAM PEKAN BIASA XXXIIIBY RP. PIUS LAWE, SVD…