EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA YOGYAKARTASelasa, 14 Februari 2023Pekan Biasa VIInjil : Mat. 8 :…
DAILY WORDS, KAMIS, 16 MARET 2023
PEKAN III PRAPASKAH
BACAAN I : YER 7: 23 – 28
MAZMUR : MZM 95: 1 – 2. 6 – 7. 8 – 9
INJIL : LUK 11: 14 – 23
@ Pura-pura menjadi tuli! Ini sama halnya dengan sikap TIDAK MAU MENDENGARKAN. Pura-pura menjadi tuli tidak beda dengan KETEGARAN HATI. Inilah yang selalu ditunjukkan bangsa Israel selama peziarahan mereka di padang gurun dan juga selama mereka sudah menduduki tanah terjanji. Setiap pagi, di dalam *Pujian Pagi (_Laudes)_ , *pada bagian* Pembukaan Ibadat Harian, kita mendaraskan apa yang kita kenal sebagai peristiwa Masa dan Meriba. Pada peristiwa ini, bangsa Israel menunjukkan ketegaran hatinya. Mereka tidak mau mendengarkan perintah Tuhan. Meskipun mereka menyaksikan karya Allah yang agung, mereka hanya mau mencobai Tuhan Allah-nya. Ini yang kita kenal dengan “ tahu tetapi pura-pura tidak tahu” atau dengan kata lain “ sengaja menjadi TULI”.
_
@ Tuli di sini lebih berhubungan dengan disposisi batin, bukan sebuah cacat indrawi. Nabi Yeremia menyerukan atau mengritik ketulian hati Israel sebagai “bangsa yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan”. “Tidak mau mendengarkan” lebih berhubungan dengan kehendak atau pilihan bebas. Berarti mereka dengan tahu dan mau untuk menolak perintah atau peraturan dari Allah. Atau dengan kata lain, mereka tidak mau tau/tidak mau mendengarkan – pura-pura menjadi tuli. Yeremia berulang-ulang kali meneriakan frase ini, “Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian”. Orang Israel dari kerajaan Yehuda lebih memilih untuk mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat. Yeremia menegaskan sikap angkuh mereka dengan kata-kata ini, “mereka memperlihatkan punggungnya dan bukan mukanya”. Orang-orang Israel sungguh angkuh. Bahkan suara para nabi pun mereka tidak menggubrisnya. Mereka memalingkan wajahnya dari Allah yang telah membawa mereka masuk ke tanah terjanji. Mereka tidak mau mendengarkan – mereka pura-pura menjadi tuli. Sekali lagi, nabi Yeremia bahkan membuat perbandingan angkatan di masanya sebagai “ yang lebih jahat ” dari nenek moyang mereka. Sungguh, bangsa Israel yang hidup pada jaman nabi Yeremia sungguh menunjukkan ketegaran hati yang luar biasa. Mereka membangun sikap “tidak mau tau” atau “ tidak mau mendengarkan suara Allah”. Kasihan! Ketegaran hati Israel ini ditunjukkan pada jaman pemerintahan lima raja Yehuda yaitu raja Yosia, Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin dan Zedekia sebelum kejatuhannya, dalam mana orang-orang Israel dari kerajaan Yehuda dibawa ke pembuangan Babel. Pembuangan ini terjadi hanya karena mereka “ pura-pura menjadi tuli”.
@ Sikap “ pura-pura menjadi tuli” atau tuli hati ini tidak beda dengan sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang pada jaman Yesus. Mereka bukan saja pura-pura menjadi tuli tetapi bahkan pura-pura “ tidak tahu atau tidak lihat ” atau buta hati meskipun mereka sedang menyaksikan karya Yesus yang dasyat. Yesus mengusir setan yang membisukan seseorang, sehingga ketika setan itu keluar, orang itu dapat berkata-kata. Oleh karena ketegaran hatinya, mereka tidak mengakui karya Yesus yang ajaib ini sebagai suatu karya besar yang dikerjakan atas kuasa Allah. Mereka bahkan mengatakan sesuatu yang tidak logis. Bagi mereka, Yesus menggunakan kuasa penghulu setan atau Beelzebul untuk mengusir setan. Hmm… masakan setan bertindak melawan setan. Ini sama halnya dengan “kawan mengusir kawan”. Ya, kebutaan hati dan ketulian hati bisa membawa mereka untuk berpikir bahkan melakukan hal-hal yang tidak masuk di akal. Ya, orang-orang pada jaman Yesus sedang melakonkan sikap “ pura-pura menjadi tuli dan pura-pura menjadi buta ”. Mereka pura-pura tidak mendengar dan pura-pura tidak melihat. Sadis!
@ Apakah kita juga sedang menunjukkan sikap yang sama? Ya, saya menyadari jika dalam penghayatan imamat dan hidup membiara-ku, saya sering menjadi “ pura-pura tuli dan pura-pura buta ”. Saya menjadi permisif atas berbagai kebijakan dan bahkan tindakan. Ketegaran hati untuk mengikuti naluri dan kemauan atau kehendak pribadi dapat melahirkan sikap pura-pura menjadi tuli dan pura-pura menjadi buta. Saudara/I pun dalam kapasitasmu masing-masing sesuai dengan profesi dan pilihan hidupmu, mungkin sudah dan sedang melakoni sikap yang sama, yaitu pura-pura menjadi tuli dan pura-pura menjadi buta. Kita saling mendoakan, agar di masa yang kudus ini, Yesus – Sang Juru Selamat, sabagaimana Dia telah mengusir setan yang membisukan seseorang di dalam kisah Injil hari ini, Dia pulalah yang dapat mengusir setan-setan di dalam diri kita yang sering memengaruhi hidup kita untuk menjadi pura-pura tuli atau pura-pura tidak mendengarkan dan atau pura-pura buta atau pura-pura tidak melihat. Semoga demikian!! Have a wonderful day filled with love and compassion. Warm greetings from Soverdi – Surabaya! Salve…salve…salve…. padrepiolawesvd
Dari Stasi Pinggiran St. Petrus Kalar-Kalar, Aru Selatan Barat “Ketika ada jedah lagu, tiba-tiba gadis…
EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA MUTIARA DOBOJumat, 22 November 2024Injil: Luk. 19 : 45 -…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI FERUNI, PULAU TRANGAN, ARU SELATANKamis, 21 November 2024Injil: Luk. 19…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI SALAREM, KEPULAUAN ARURabu, 20 November 2024Injil: Luk. 19 : 11…
Selasa, 19 November 2024Injil: Luk. 19 : 1 - 10 EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI…
EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI BELTUBUR, KEPULAUAN ARUSenin, 18 November 2024Injil: Luk. 18 : 35…