[Duc In Altum] “Bertolak dengan cinta bermodalkan senyum untuk wahai yang tercinta”


(Oleh Mahasiswi: Melania Ratuain)


Rabu 23 Januari 2023, dimana untuk kedua kalinya aku dipanggil dan diutus Tuhan melalui perantaraan Sang gembala yang mulia Mrg. Seno Ngutra, menjadi katekis volunteer guna mempersiapkan umat paroki Sta. Maria Imaculata Wahai untuk menerima sakramen Krisma. Dengan semangat dan tuntunan Roh Kudus, aku memberanikan diri menerima tawaran yang mulia untuk kembali melayani umat di sana.
Menjelang beberapa hari kemudian, tepatnya pada hari minggu 5 februari 2023 setelah selesai misa, kami team bersiap-siap untuk berangkat ke tempat pelayanan. Setelah menempuh derasnya gelombang laut disertai tiupan angin yang kencang, kami pun berhasil bertolak dari ambon ke seberang pulau seram, tepatnya di paroki Sta. Theresia Piru dan bermalam disana. Keesokan harinya setelah selesai misa pagi dan sarapan bersama pastor paroki, kami pun melanjutkan perjalanan. Setelah melewati perjalanan yang panjang, dan disertai tuntunan dan perlindungan tangan Tuhan, akhirnya kami sampai di tempat tujuan kami dengan selamat.
Seketika setelah sampai, kami lalu berkenalan dengan pastor paroki Sta. Maria Imaculata Wahai sambil berbincang-bincang tentang kondisi umat di sana. Kemudian kamipun di bagi dua-dua orang untuk melayani di masing-masing stasi dan rukun yang ada. Setelah itu kami pun berpencar dan berangkat ke tempat tugas kami masing-masing. Aku dan salah satu kaka tingkat yang kemudian menjadi patner kerjaku di percayakan untuk melayani di rukun Hati Kudus Air Besar. Namun karena hari sudah gelap maka kami team yang bertugas di Wahai dan Air besar diizinkan menginap semalam di pastoran Wahai, dan akan melanjutkan perjalanan keesokan harinya.
Setelah melewati malam yang panjang, kami dibangunkan kembali. Bersama mentari yang bersinar terang, ada semangat baru yang turut menyertai. Awal kami sampai di tempat tinggal kami, ada sukacita dalam hati karena kami diterima dengan baik oleh keluarga yang kemudian akan menjadi keluarga kami selama pelayanan di sana. Rasa terharu muncul dalam hatiku disaat aku mendengar cerita dari bapa ketua rukun tentang kondisi umat rukun yang pekerjaan sehari-hari mereka yakni membuat sopi (tipar). Namun, tidak menjadi alasan mereka untuk menolak kami, bahkan mereka dengan antusias mempersiapkan beberapa hal untuk menunjang pelayanan kami, salah satunya yakni berupa finansial yang mereka kumpulkan bersama untuk melayani kami.
Jumlah umat Katolik disana masih sangat minoritas, karena di sana hanya terdapat 11 keluarga yang beragama Katolik. Apresiasi luar biasa patut diberikan kepada kaum bapa yang ada di sana karena mereka tetap mempertahankan iman ke Katolikan walaupun hidup ditengah masyarakat yang mayoritas nya beragama Protestan. Dan hebatnya mereka adalah mampu menjadi penjalah manusia, karena pasangan hidup (istri) mereka berasal dari agama Protestan dan aliran. Walaupun hanya minoritas didalam mayoritas masyarakat, tetapi semangat persaudaraan terjalin sangat erat diantara mereka. Jarak tidak menjadi alasan untuk mereka tidak bertemu, dan jaringan tidak menjadi alasan untuk mereka tidak berkabar.
Pada pekan pertama, kami melakukan pembinaan calon krismawan/I, dimana kaum ibu yang mendominasi. Selain itu kami adakan pula ibadah rukun sambil berkatekese. Kami sadar sungguh bahwa apa yang kami berikan masih jauh dari kata sempurna, tetapi kami selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi umat disana. Ada banyak pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan kepada kami, dan dengan dibekali pengetahuan kami berusaha untuk menjawab semampu dan sebisa kami. Apa yang belum diketahui umat kami ajarkan. Namun, dapat diakui bahwa tidak semua umat antusias untuk mendengar dan mengikuti pembinaan dan pengajaran yang kami berikan. Terkadang harus ada hujan sebelum pelangi hadir, maka bermodalkan cinta dan senyuman hangat kami tetap semangat untuk melayani umat disana. Waktu berlalu begitu cepat hingga kamipun tiba pada pekan kedua.
Pekan kedua ini adalah pekan persiapan yang menurutku banyak menguras tenaga, pikiran, mental, waktu, dll. Fokusnya kami sudah tidak lagi berada di rukun tetapi sudah terbagi untuk persiapan-persiapan di gereja. Seperti kata Bunda Teresa dari Kalkuta “kamu tidak dapat melakukan hal-hal besar dalam hidupmu, namun kamu bisa melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar”. Maka dengan cinta yang kami punya kami turut berpartisipasi untuk membantu umat mempersiapkan hal-hal teknis dalam gereja dan turut bergabung dalam paduan suara (koor). Pada hari sabtu, kami dan umat disana melangsungkan penjemputan bapa Uskup bersama rombongan yang akan turut hadir dalam perayaan sakramen krisma hari minggu nanti. Setelah selesai, malamnya kami makan bersama dan sambil duduk dengan bapa Uskup, kami berbincang tentang kegiatan Lintas Agama yang akan dilaksanakan setelah perayaan krisma berlangsung.
Rasa syukur dan Terima kasih yang mendalam secara pribadi aku ucapkan kepada kaka-kaka tingkat yang telah mempercayakan aku membawakan acara Lintas Agama tersebut, dibantu oleh salah satu kaka tingkat ku. Jujur rasa malu dan takut masih menghantui ku, ketika pertama kali mereka menunjuk ku. Namun, serentak bapa Uskup memberi ku semangat dengan kata-kata ini: “Melania pasti bisa”. Maka dengan penuh keyakinan penuh aku mengatakan Ya. Memulai sesuatu yang baru bagiku bermodalkan keberanian penuh, aku lakukan. Dan puji Tuhan semuanya dapat berjalan lancar sesuai harapan dan aku percaya Roh Kudus lah yang membimbingku.
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, suka duka, canda tawa yang kami alami akan segera berakhir namun kenangan, pelajaran dan pengalaman yang aku dapatkan tidak akan aku lupakan. Cinta lah yang menjadi senjata kami. Saat tiba waktunya untuk kami hendak berpisah, tangisan pun hadir menemani. Kami saling menguatkan satu sama lain dengan semboyan ini: Ada waktu untuk bertemu dan ada waktu untuk berpisah. Setidaknya kami sudah saling bertemu, saling mengenal, saling berbagi kasih walaupun hanya dua pekan.
Dari pengalaman-pengalaman yang kualami dan pertemuan singkat dengan umat Wahai (air besar), banyak pelajaran berharga yang hendak kuingat yakni:
Lakukanlah sesuatu dengan tulus, maka kamu akan mengerti arti dari perjuangan.
Tidak semua orang sepaham dan sependapat dengan kita, maka hendaklah kita belajar fleksibel dengan keadaan yang ada.
Dalam pelayanan tidak harus atau perlu kita dikenali orang, namun lakukanlah yang terbaik untuk orang yang kita layani.
Akhir kata “Terima kasih Wahai atas kesediaanmu menjadi tempat belajar dan ajang latihan untukku, semoga cinta yang kita sama-sama bangun dengan tulus dapat menyembuhkan kerinduan diantara kita” Tuhan menyertai Engkau dan Aku, sekarang dan selama-lamanya. Salve!

keuskupan amboina

Recent Posts

“BAPA USKUP, BOLEHKAH MEMBELI “UKULELE”UNTUK KAMI?”

Dari Stasi Pinggiran St. Petrus Kalar-Kalar, Aru Selatan Barat “Ketika ada jedah lagu, tiba-tiba gadis…

27 minutes ago

MENOLAK KEBAIKAN DAN MEMBINASAKAN ORANG BAIK

EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA MUTIARA DOBOJumat, 22 November 2024Injil: Luk. 19 : 45 -…

10 hours ago

SADAR DAN BERTOBATLAH SEBELUM ORANG LAIN MENANGISIMU

EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI FERUNI, PULAU TRANGAN, ARU SELATANKamis, 21 November 2024Injil: Luk. 19…

1 day ago

KEMBANGKANLAH TALENTAMU

EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI SALAREM, KEPULAUAN ARURabu, 20 November 2024Injil: Luk. 19 : 11…

2 days ago

TUHAN SEDANG MENCARIMU

Selasa, 19 November 2024Injil: Luk. 19 : 1 - 10 EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI…

3 days ago

MEMOHON KEPADA TUHAN DENGAN PENUH IMAN

EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI BELTUBUR, KEPULAUAN ARUSenin, 18 November 2024Injil: Luk. 18 : 35…

4 days ago