Embun Pagi

MENGASIHI TANPA SYARAT

HM BIASA VII

(Im. 19:1-2.17-18; Kor. 3:16-23; Mat. 538-38)

Minggu, 19 Februari 2022

RD. Novly Masriat

Biasanya, pengalaman kebaikan umumnya dibalas dengan kebaikan. Ini pengalaman yang biasa. Sesuatu yang luar biasa adalah bila pengalaman disakiti dibalas dengan cinta kasih. Yesus, dalam injil hari ini menuntuk suatu pengalaman ini yang bukan biasa-biasa, tetapi luar biasa. Yesus memberikan standar hidup iman yang tidak biasa-biasa saja, tetapi luar biasa. Yesus katakan, “janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapaun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Bula orang hendak mengadukan engkau karen amengigini bajumu, serahkanlah juga pakaianmu. Bila engkau dipaksa mengantarkan seseorang berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berikanlah kepada orang yang meminta kepadamu, dan janganlah menolak orang yang meminjam dari kami” (Mat 5:39-42). Kata-kata Yesus ini menuntut tindakan iman yang lebih. Yesus menghendaki agar kita memiliki standar iman yang tinggi, bukan biasa-biasa saja. Yang Yesus maksudkan dengan standar iman yang tinggi adalah kasih. Injil hari ini mendefenisikan kasih sebagai suatu tindakan pengampunan, kebaikan, bukan hanya bagi orang yang mengasihi kita, tetapi juga kepada orang yang jahat kepada kita. Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi tanpa batas atau tanpa syarat. Yesus mengajak kita untuk mengasihi setiap orang, dengan segala keberadaannya.

Sebentar lagi kita akan memasuki masa prapaskah 2023. Tema masa prapaskah tahun 2023 adalah keadilan ekologis. Keadilan ekologis berarti bersikap adil terhadap sesama dan juga terhadap alam semesta; mengasihi alam semesta dan juga mengasihi sesama. Lewat tema ini kita diajak untuk memperlakuakan dan merawat alam dengan baik, sebab perlakuan yang baik terhadap alam dengan sendirinya juga menciptakan kehidupan manusia yang baik dan sejahtera. Adil secara ekologis berarti, berarti mampu mendengar dan merespon bumi dan kaum pinggiran (bdk. LS, 49). Supaya kita mampu mengasihi maka iman sangat penting. Paus Fransiskus katakan, Iman menempatkan diri kita dalam suatu perjalanan, yang memampukan kita memberikan kesaksian dan berdialog dengan semua orang (bdk. LF, 34). Di sisi lain, iman dengan menyatakan kasih Allah Pencipta, memampukan kita untuk menghargai alam tempat kediaman yang dipercayakan untuk kita lindungi dan pelihara. Iman juga membantu kita untuk merancang model pembangunan yang didasarkan tidak sekedar pada aspek kegunaan dan keuntungan, namun menganggap ciptaan sebagai anugerah, yang membuat kita semua berhutang (bdk. LF, art. 55). Keadilan ekologis ini sangat penting karena saat ini terjadi krisis ekologis. Alam semesta dirusaki, dan akhirnya terjadi konflik dan permasalahan sosial akibat kerusakan alam tersebut.

Dalam hari-hari menyongsong masa prapaskah 2023 dan selama masa prapaskah 2023 ini kita meningkatkan cinta kasih kepada alam semesta dan manusia. Mari, kita bertobat. Bila kita belajar untuk mendengar jeritan alam dan orang-orang terpinggirkan. Gereja Katolik, dalam semangat APP 2023 yang disuarakan oleh KWI, dan juga ditekankan dalam surat gemabala Keuskupan Amboina 2023, mengajak kita untuk mencintai alam dan sesama, dengan:

  1. Transformasi Spiritual: Kita diajak untuk memperbaharui dan mengubah pemahaman konsep iman tentang alam semesta, bahwa manusia dan alam semesta adalah obyek karya keselamatan Allah. Karena itu praksis hidup Kristiani mesti diinspirasikan dan didorong oleh peristiwa kenosis Allah (Sabda menjadi manusia dan tinggal di antara kita) (lih. Yoh 1:14).
  2. Bertindak ekologis.

Buah dari kesadaran dan pertobatan ekologis adalah bertindak ekologis. Kita hendaknya menjadi pribadi-pribadi yang mengasihi dan menyayangi setiap bentuk kehidupan serta menjaga, merawat, dan melestarikan alam semesta, seperti mempromosikan keadilan lingkungan, mengembangkan ekonomi ekologis atau ekoomi yang mensejahterahkan semua orang dan tetap sambil menjaga keutuhan ciptaan, mengembangkan semangamat “kecukupan”.

  • Profetis ekologis.

Dalam situasi tertentu umat Kristiani dipanggil untuk menjalankan fungsi kenabiannya (profetis). Artinya, umat Kristiani mesti berani melakukan kritik konnstruktif terhadap berbagai kebijakkan dan tindakan publik, politik, sosial, dan ekonomi yang cenderung menghancurkan lingkungan hidup. Salah satu sikap profetis ekologis kita adalah memilih calon para politisi partai apapun yang peduli pada dimensi sosial-ekonomi-ekologi dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Semoga demikian.

keuskupan amboina

Recent Posts

“BAPA USKUP, BOLEHKAH MEMBELI “UKULELE”UNTUK KAMI?”

Dari Stasi Pinggiran St. Petrus Kalar-Kalar, Aru Selatan Barat “Ketika ada jedah lagu, tiba-tiba gadis…

2 hours ago

MENOLAK KEBAIKAN DAN MEMBINASAKAN ORANG BAIK

EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA MUTIARA DOBOJumat, 22 November 2024Injil: Luk. 19 : 45 -…

12 hours ago

SADAR DAN BERTOBATLAH SEBELUM ORANG LAIN MENANGISIMU

EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI FERUNI, PULAU TRANGAN, ARU SELATANKamis, 21 November 2024Injil: Luk. 19…

2 days ago

KEMBANGKANLAH TALENTAMU

EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI SALAREM, KEPULAUAN ARURabu, 20 November 2024Injil: Luk. 19 : 11…

3 days ago

TUHAN SEDANG MENCARIMU

Selasa, 19 November 2024Injil: Luk. 19 : 1 - 10 EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI…

3 days ago

MEMOHON KEPADA TUHAN DENGAN PENUH IMAN

EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI BELTUBUR, KEPULAUAN ARUSenin, 18 November 2024Injil: Luk. 18 : 35…

4 days ago