Tulisan Rudi Thamrin, mantan MSC adik kelasnya P. Jonas di STF Hati Kudus Pineleng

Pijaran.id – Ambon. Melewati titian hidupnya, Pastor dari Ambon itu pergi selamanya. Selamat jalan Pastor bonus

Namanya P. Yonas Atjas Pr, seorang imam diosesan Keuskupan Amboina. Yang bilang beliau itu seorang senior yang baik hati, ramah, rajin dan sangat helpful bukan hanya 1 orang. Semua orang yang mengenalnya bersaksi baik terhadap hidup orang baik ini.

Pastor yang selalu senyum dan murah hati. Bersuara merdu dengan lagu-lagu nostalgia kegemarannya, Yonas tukang bamop (cerita lucu sampai pendengar sakit perutnya). Seorang senior yang selalu memberi motivasi untuk belajar dan belajar.

Imam yang tekun dalam panggilan imamatnya. Pastor yang suka memotivasi anak muda untuk menjawab panggilan Tuhan menjadi seorang imam pula. Iman, dosen dan seorang yang sangat baik. Dia rajin pula.

Begitu kesaksian dari rekan-rekannya yang saya lihat dari tangkapan sosmed orang-orang yang kehilangan sosok yang ramah ini. Ada P. Sujoko MSC, ada Yos Manuel, ada Paulus Laratmase dan masih banyak lagi yang menyaksikan kebaikan Pastor Bonus ini.

Saya beruntung pernah mengenalnya dulu belajar di kampus yang sama. Sayangnya berpisah dan tak bertemu sekalipun sampai berita kematiannya tersebar. Wajahnya yang teduh dan sejuk sebagai seorang kakak, itu saja yang bisa saya ingat.

Beberapa hari lalu tepatnya tanggal 18 Agustus 2022 beliau dipanggil Tuhan. “Yonas, mari sini tinggal dalam kekekalanKU,” begitu kata-kata panggilan yang selalu saya bayangkan jika orang baik pergi “sebelum waktunya”.

Seolah Empunya Sorga “tidak sabar” untuk mengisi ruang-ruangnya dengan orang baik yang masih hidup di dunia.

Banyak orang terhenyak memang. Begitu cepatkah dia diambil oleh Tuhan? Padahal akan masih banyak karya baik yang bisa dilakukan Pastor Yonas ini.

Banyak pertanyaan dalam hati pasti bermunculan. Dan tak ada satu jawaban yang pas untuk pertanyaan klasik terhadap kematian, terutama jika kematian itu singgah pada orang-orang baik.

Mengapa orang baik mati (cepat)?

Sementara kita dan mereka yang berlumur dosa kok berumur panjang, lama matinya? Begitu nada protes manusia pada Sang Pemilik Kehidupan.

Orang-orang  tidak pernah bosan mempertanyakan hal ini karena tidak pernah dapat jawabnya sampai ia sendiri tak bisa bertanya lagi. Alias kematian menjadi pengalamannya sendiri.

Tapi perspektif berikut ini patut kita renungkan bersama. Setiap orang memiliki titian hidupnya masing-masing. Ada yang panjang, juga pendek. Ada yang lebar, juga terkadang sempit.

Ketika orang mati, entah sebagai orang baik atau orang tidak baik, titiannya sudah berakhir.

Titian Hidup, setiap orang melewatinya

Manusia itu sesungguhnya sedang menapaki sebuah titian hidup, bukan titian kematian. Mau kemana dia melangkah? Spiritualitasnyalah yang menentukan.

Manusia meniti hidup menuju kebahagiaan sempurna. Jangan tanya saya apa itu kebahagiaan sempurna. Karena hanya orang yang sudah mengalami kematiannya bisa menceritakan pengalaman yang transendental itu.

Titian itu seperti berjalan di atas seutas tali.Tidak mudah dan membutuhkan kesadaran dan keseimbangan untuk mampu melewati titian itu.

Sesekali terjatuh dan terpeleset dari titian itu. Tapi, selalu ada ‘pegangan” untuk meniti kembali tali itu seterpuruk apapun kita terjatuh. Namun, ketika berada di ujungnya, tak ada seorangpun dapat menariknya.

Yang membanggakan adalah ketika seseorang menyelesaikan titiannya sampai akhir secara paripurna dalam kebaikan. Tentu tidak mengabaikan proses jatuh bangunnya ketika melewati titian hidup itu.

Pastor Yonas telah menyelesaikan perjalanan dalam titian hidupnya. Panjang atau pendeknya sepenuhnya menjadi wewenang Sang Empunya kehidupan.

Setiap manusia memiliki titiannya masing-masing, termasuk kita.

Jangan biarkan orang baik mati sia-sia

Kita tak perlu lagi bertanya kenapa orang baik itu cepat dipanggil Tuhan.

Bertanyalah kebaikan apa yang bisa saya lakukan sebelum titian kita berakhir. Legacy apa yang ditinggalkan oleh Pastor Yonas dan menjadi upaya kita dalam meniti titian hidup kita?

Sebut saja senyum dan kemurahan hati Pastor Yonas yang bisa saya ambil sebagai legacy yang patut kita hidupi dalam hidup kita. Mungkin Anda memilih kebaikan hatinya, atau kesukaannya menghibur orang dengan cerita-cerita lucunya? Saya yakin Pastor Yonas tersenyum dengan itu semua.

Dengan demikian kematian orang baik seperti Pastor Yonas tidak akan sia-sia, karena kita melestarikan kebaikannya.

Selamat jalan Pastor Bonus

Kematian bukan lagi soal orang mati, Dia sudah berbahagia di surga sesuai keyakinan umat beriman.

Tinggal kita yang masih berziarah di dunia ini patut bertanya bagaimana dengan saya dalam menyikapi masa-masa hidup di dunia ini. Karena suatu saat titian kita pun akan ada akhirnya. Ini tak terbantahkan.

Semoga semua kematian orang baik tidak sia-sia.

Ad Vitam Aeternam my brother, kaka Pastor Yonas Atjas. Selamat menjalan hari-hari dalam kebahagiaan kekal di Rumah Tuhan.

-rt-

 

keuskupan amboina

Recent Posts

“BAPA USKUP, BOLEHKAH MEMBELI “UKULELE”UNTUK KAMI?”

Dari Stasi Pinggiran St. Petrus Kalar-Kalar, Aru Selatan Barat “Ketika ada jedah lagu, tiba-tiba gadis…

3 hours ago

MENOLAK KEBAIKAN DAN MEMBINASAKAN ORANG BAIK

EMBUN ROHANI PAGI DARI KOTA MUTIARA DOBOJumat, 22 November 2024Injil: Luk. 19 : 45 -…

12 hours ago

SADAR DAN BERTOBATLAH SEBELUM ORANG LAIN MENANGISIMU

EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI FERUNI, PULAU TRANGAN, ARU SELATANKamis, 21 November 2024Injil: Luk. 19…

2 days ago

KEMBANGKANLAH TALENTAMU

EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI SALAREM, KEPULAUAN ARURabu, 20 November 2024Injil: Luk. 19 : 11…

3 days ago

TUHAN SEDANG MENCARIMU

Selasa, 19 November 2024Injil: Luk. 19 : 1 - 10 EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI…

3 days ago

MEMOHON KEPADA TUHAN DENGAN PENUH IMAN

EMBUN ROHANI PAGI DARI STASI BELTUBUR, KEPULAUAN ARUSenin, 18 November 2024Injil: Luk. 18 : 35…

4 days ago