MAKNA SEBUAH PERSEMBAHAN &IKHTIAR MEMUTUSKAN BELENGGU KERINDUAN-KERINDUAN YANG TEMPORAL

DAILY WORDS, MINGGU, 09 MARET 2025
HARI MINGGU PRAPASKAN I
BY RP. PIUS LAWE, SVD

BACAAN I : UL 26: 4 – 10
MAZMUR : MZM 91: 1 – 2.10 – 11.12 – 13. 14 – 15
BACAAN II : ROM 10: 8 – 13
INJIL : LUK 4: 1 – 13

Corat coret kembali KOTBAH MINGGU PERTAMA PRAPASKAH – bahan baca sore sambil serumput secangkir kopi pahit…..hopefully you enjoy it heeeee

@ Ada tiga pertanyaan kunci yang saya alamatkan kepada kita sekalian sebagai panduan untuk merefleksikan sari firman Tuhan pada Minggu Pertama Prapaskah: pertama , apa yang memotivasiku dalam mempersembahkan sesuatu bagi Tuhan (kolekta ibadat mingguan, amplop Masa Puasa, amplop ucapan syukur, intensi misa, etc.)?; kedua , belenggu apa saja yang oleh kekuatan dari Tuhan mesti diputuskan dari diriku?; ketiga , apa yang menjadi “penghubung” atau mediator yang mendekatkan diriku dengan Tuhan dan sesama?

@ Kata-kata Musa di dalam kitab Ulangan membersitkan kepada kita alasan utama bangsa Israel memberi persembahan kepada Tuhan. Musa mengajak umat Israel untuk mengucapkan kata-kata ‘anamnesis” atau kenangan penyelenggaraan kasih dan kebaikan Allah atas nenek moyang bangsanya. Ketika imam menerima bakul dari tangan umat Israel dan meletakkan di depan Mesbah Tuhan, Allah Israel, umat Israel diajak untuk melitanikan pekerjaan-pekerjaan dasyat yang telah Allah kerjakan mulai dari kisah Bapa Abraham sampai dengan keluarnya bangsa Isarel dari penindasan bangsa Mesir, pengembaraan mereka di padang gurun hingga mencapai Tanah Terjanji. Allah sungguh-sungguh hadir dan berkarya atas umat-Nya. Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka apapun ketidaksetiaan yang telah Israel lakukan terhadap Allah. God never stops loving Israel. Tindakan mempersembahkan sesuatu kepada Allah sambil melitanikan kebaikan Allah terhadap Israel sebagai alasan utama mereka mempersembahkan persembahannya adalah juga sebuah ajakan bagiku dan bagi kita semua. Persembahan yang kita persembahkan kepada Allah hendaknya datang dari kesadaran kita yang dalam akan penyelenggaraan Allah yang tak terkirakan atas hidup kita. Persembahan yang kita berikan kepada Allah dalam bentuk apapun di Gereja maupun kepada sesama yang menderita hendaknya didasarkan atas motivasi yang murni dan bukan sekedar sebuah ajang mencari popolaritas diri. Persembahan yang murni mestinya datang dari suatu kesadaran akan rahmat Allah yang kita terima dan bukan sekedar satu ajang “pengumuman” atau “panggung” mencari pamrih. Ingat kata-kata Yesus, apa yang diperbuat tangan kananmu hendaknya tidak diketahui tangan kirimu. Biar Allah saja yang tahu apa yang baik yang kita perbuat bahkan di dalam tempat yang tersembunyi.

@ Berkaitan dengan motivasi persembahan yang kita berikan kepada Tuhan lewat perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan kepada sesama dan kepada Gereja, Yesus, lewat pengalaman Pencobaan oleh Iblis hari ini, mengajak kita untuk menyadari “model-model belenggu: yang melilit hidup, tindakan dan relasi yang kita bangun setiap hari. Dari tiga godaan yang ditampilkan dalam cerita Injil hari ini, Tuhan menyadarkan kita akan tiga KECENDERUNGAN yang senantiasa menjadi kerinduan yang menggerakkan kita untuk mencarinya dan jika tidak mendapatkannya, akan menciptakan kegelisahan dan bahkan ketakutan dalam diri kita. Pertama , kerinduan akan hal-hal lahiriah sandang, pangan, papan, dst. Kerinduan inilah yang membuat kita akan selalu cemas dan bahkan takut menderita kekurangan, dan pada akhirnya takut juga untuk “memberi atau menyumbang” kepada yang tidak punya. Kedua , kerinduan untuk berkuasa (ambisi). Kekuasaan ini bukan hanya soal dunia politik secular melainkan kekuasaan dalam berbagai bidang kehidupan. Kekuasaan di dalam organisasi baik gerejani maupun kemasyarakatatn, dalam keluarga (dominasi suami atau istri/suami takut istri atau istri takut suami), dst. dalam hubungan dengan “kekuasaan”, manusia yang telah memiliki kekuasaan atau posisi tententu, cenderung berjuang untuk mempertahankannya (tidak mau lepas/takut lepas). Penolakan Yesus atas rayuan Iblis adalah ajakan bagi kita untuk bertindak dalam cara yang sama. Ketiga , kerinduan akan kenyamanan/kemudahan/kenikmatan. Dunia modern yang serba digital tentu saja menawarkan segala kemudahan yang membawa kita kepada rasa nyaman, enak, nikmat, cari gampang, semua serba instan, dst. Penolakan Yesus akan tawaran iblis pada godaan ketiga adalah satu ajakan bagi kita untuk berani keluar dari zona nyaman, keluar dari mentalitas-mentalitas: cari gampang, jalan potong, koruptif, mental cari panggung, mental penjilat, mental asal bapa senang (ABS), mental cari enak-enak, mental bossy, etc. Yesus mengajak kita untuk BERANI PIKUL SALIB – hadapi tantangan dan bukan memotong proses untuk mencapai sukses. Ingat kata-kata bijak yang selalu saya sentil dalam refleksi-releksi sebelumnya: “ Kalau merindukan mahkota mawar-mawar, jangan takut dengan duri-durinya.”

@ Jika tiga model belenggu yang mengikat atau mengekang diri dan hidup kita di atas dapat kita putuskan, tentu saja kita membutuhkan sesuatu untuk dapat tetap dekat dengan Allah. St. Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Roma menegaskan bahwa jika Firman itu dekat pada kita yakni di dalam mulut dan di dalam hati, kita akan selamat. Keselamatan yang dimaksud adalah kebebasan dan kemerdekaan hidup yang kita peroleh karena telah diputuskan dari belenggu atau keterikatan kita pada tiga kerinduan: materi/harta dunia, kuasa dan kenyamanan. Gereja menyiapkan masa Prapaskah sebagai latihan bagi kita untuk lebih dekat dengan Firman yaitu Kristus sendiri lewat tindakan DOA, PUASA&PANTANG serta AMAL. Mari kita saling mendoakan, semoga Tuhan menolong kita untuk memutuskan belenggu-belenggu apapun yang menjauhkan kita dari-Nya. Happy Sunday and may the blessings of God be upon all of us in this time of Lent. Warm greetings from Masohi maniseeeee. Good night to all… padrepiolaweterengsvd 🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽