Hari Minggu Biasa VI
Yer. 17:5-81Kor. 15:12,16-20; Luk. 6:17,20-26.
Minggu, 16 Februari 2025
Hidup ini bagaiakan warna. Kadang kala, kita berjumpadengan warna putih. Selain itu, sebagian mungkin sangat seringberjumpa dengan warna merah atau hitam, dan seterusnya. Hidup yang dihiasi dengan warna-warni menunjuk pengalamanhidup yang bervariasi. Oleh sebab itu, kalau bagaikan roda, maka saat tertentu kita berada pada posisi teratas, tetapi ketikaroda berputar, maka dalam situasi tertentu, kita berada pada posisi terendah. Inilah variasi-variasi dalam hidup.
Yesus dalam injil menyebutkan bahwa, “berbahagialah haikamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah hai kamu yang sekarang ini menangis, karenakamu akan tertawa” (Luk 6:21). Kata-kata ini mengingatkan kitatentang variasi-variasi dalam hidup. Saat ini kita menangis, tetapi suatu saat kita akan tertawa; saat ini kita tertawa, tetapisuatu saat kita bisa menangis. Saat ini kita hidup berkelimpahan, tetapi ada saat di mana kita sangat berkekurangan; saat ini kitamungkin berkekurangan, tetapi adalah mungkin untuk di kemudian hari kita bisa berkelebihan. Untuk itu kesombongandalam hidup tidak berasalan dan kekecewaan atau keputusaanyang mendalam seharusnya tidak menjadi beban dalam hidup. Kita tidak perlu sombong ketika saat ini kita berkelimpahan, sebab suatu ketika, sangat mungkin kita sangat melarat di kemudian hari. Sebaliknya, kita tidak harus selalu merasa putusasa dan hilang harapan, sebab selalu saja ada jalan untuk kitabisa bahagia dan gembira lagi.
Selain itu, kita juga tidak harus mempersalahkan orang lain yang saat ini berkelebihan, karena dahulu mereka mungkinsusah, dan berjuang untuk bisa bangkit dan memperolehkelebihan-kelebihan itu. Sebaliknya, kita juga janganmempersalahkan orang lain atau kita yang mungkin saat inisedang susah. Hidup memang begitu, ada susah dan senangnya. Tergantung dari kita untuk memanfaatkan roda kehidupan ini. Bila kita mau mengusahakan hidup jauh lebih baik, maka adalahsangat mungkin untuk kita bisa juga bisa senyum, bahagia, senang, dan berkelebihan.
Dengan demikian, jangan pernah sombong dan angkuh. Kebahagiaan surgawi tidak diukur dari segala hal yang kitamiliki. Semuanya itu sementara saja dan terbatas. Kapan saja segala yang kita miliki ini bisa saja lenyap. Selain itu, janganjuga tenggelam dalam keputusasaan dan kesedihan yang dalam. Apapun pengalaman hidup kita, kita harus tetap bersyukurkepada Tuhan. Ukuran kebahagiaan sejati adalah ketika kitamengandalkan Tuhan. Tuhan menganugerahkan kekuatan, akalbudi, talenta, kemapuan untuk kita untuk kita pakai demi membangkitkan kita lagi dari kesedihan. Ada sejumlah alasanyang membuat kita untuk tetap bahagia, gembira, dan bersyukur. Nafas kehidupan, sesama saudara kita yang baik, orang tua, anak-anak, senyuman adalah berbagai bentuk asalan yang perlukita lihat sebagai sumber kebahagiaan di tengah kesedihan yang menerpa hidup kita. Semoga Tuhan membantu dan menolongkita. Amin.@novlymasriat.