Dibuang Sayang dari Kunjungan Kanonik di Aru Selatan dan Tengah ( seri 2 )

Di depan Masjid itu, kami disambut oleh ibu-ibu berjilbab dengan alunan dan gerakan badan mengikuti irama kasida. Sungguh, menyaksikan suka cita dan kegembiraan mereka yang walaupun berbeda agama tapi satu iman ini, hati dibuat terasa nyaman dan damai. Inikah surga Tuhan untuk semua umat manusia itu, demikian ungkapku dalam hati.
Setelah itu, kami pun diundang masuk ke dalam Masjid yang sudah setengah jadi itu. Si Imam Masjid mengucapkan selamat datang sekaligus rasa gembira dan sukacita karena Uskup mau berkunjung dan masuk ke rumah ibadat mereka.
Selanjutnya, kami semua dibuat kaget dan tersentak ketika si Imam Masjid memohon: “Bapa Uskup, tolong doakan dan berkati juga kami!” Mendengar itu, seakan tak percaya, aku bertanya: “Bapa meminta saya mendoakan dan memberkati kalian di dalam Masjid ini?” Semua jemaat itu serentak menjawab: “Iya Bapa Uskup. Kami ingin didoakan dan diberkati olehmu!” Maka dengan meminta izin, saya pun mendoakan dan memberkati mereka secara Katolik. Di rumah Tuhan mereka ini, saya pun berjanji untuk menyumbang 100 sak semen untuk menyelesaikan pembangunan Masjid mereka.
Setelah itu, kami pun pulang dengan sukacita dan kegembiraan karena kepolosan dan ketulusan mereka, terutama keteguhan iman yang membuat mereka lepas bebas dengan semua umat beragama lain tanpa kehilangan iman yang mereka yakini. Ya, masyarakat Indonesia itu seharusnya begitu yang terbuka terhadap umat beragama lain tanpa kehilangan iman yang mereka yakni sebagai jalan kebenaran menuju Sang Khalik.
Ditulis kembali oleh: Mgr. INNO NGUTRA