BACAAN I : I TIM 3: 1 – 13
MAZMUR : MZM 101: 1 – 3b. 5 – 6
INJIL : LUK 7: 11 – 17
KEKUATAN KATA/SABDA
@ Verba docent, exempla trahunt! Ini sebuah pepatah bahasa Latin yang artinya, kata-kata yang mengajar, tindakan yang memberi teladan. Pepatah ini mengingatkan saya akan pengalaman mengunjungi seorang sahabat karib-ku di kota Kupang sekitar tahun 2007. Dia, waktu itu sebagai dosen jurusan architecture. Bersama para student arsitekture, mereka mendiami satu studio gambar. Dari pagi sampai malam, para students ada di ruangan itu untuk menekuni berbagai macam projects. Saya diajak temanku ini mengunjungi studio. Ya, kami berdua datang dan mendapati studio padat dengan student yang sedang serious bekerja di meja gambarnya masing-masing. Satu hal yang sungguh menarik perhatianku siang itu, ketika sahabatku ini mengambil sebuah sapu ijuk dan mulai menyapu ruangan studio yang tampak kotor oleh karena kertas-kertas kerja dan jenis sampah lainnya, secara serempak semua students loncat dari tempat kerjanya masing-masing dan merebut sapu ijuk dari dosennya untuk membersihkan ruangan studio. Secara spontan juga, semua ahkirnya ramai-ramai membersihkan ruangan studio – tempat mereka belajar ,untuk meniti masa depannya. Sungguh! Hanya dengan satu gerakan “ mengambil sapu ijuk” justru lebih menggerakkan para mahasiswa arsitekture untuk bertindak, ketimbang seribu kata “perintah” yang mungkin tak akan mereka gubris. Ya, verba docent, exempla trahunt .
@Atas prinsip “ tindakan memberi teladan ”, St. Paulus menulis secara tegas tentang sosok yang dipilih untuk menjadi penilik jemaat. Baginya, jabatan yang kudus ini mesti diemban oleh orang-orang yang tidak bercacat dalam hal perkawinan dan hidup sacramental lainnya. Terlepas dari segala kekurangan dan dosa, diusahakan agar orang-orang yang memimpin memiliki kualitas dan kebajikan-kebajikan sebagaimana tertulis di dalam surat St. Paulus: mampu menahan diri, bijaksana, sopan dan suka memberi tumpangan ( murah hati/dermawan). Memang St. Paulus tidak bermaksud memilih orang-orang yang suci – tak bercela. Namun diupayakan agar mereka yang terpilih mempunyai kehendak baik dan kemauan yang tegar untuk mengusahakan kebajikan-kebajikan spiritual dimaskud. Ditambahkan lagi oleh St. Paulus bahwa para diakon pun mesti memiliki integritas spiritual, yang dilengkapi dengan kebajikan-sebajikan semisal rendah hati, tahu menyimpan rahasia jabatan – menjaga sumpah/memelihara sumpah jabatan dan bertanggung jawab atas perkataan dan perbuatannya. Jika demikian, orang-orang yang terpilih adalah orang-orang yang sungguh mengusahakan KETELADANAN di dalam tutur kata dan tindakan. Dari kondisi inilah, saya yakin, Gereja Kudus akam memiliki para agen pastoral yang panutan: mengajak lewat contoh hidup dan bukan sekedar kata-kata suruhan belaka. Satu hal lagi yang akan mendukung ketokohan seorang pelayan Tuhan adalah KETULUSAN HATI di dalam menghidupi kebajikan-kebajikan yang sudah disebutkan sebelumnya. Dengan demikian, gema dari satu perkataan dan perbuatan seorang figure yang memiliki integritas akan lebih memengaruhi orang lain ketimbang seribu kata suruhan yang dialamatkan kepada orang lain. Di sini berlaku: verba docent, exempla trahunt.
@ Dalam kaitannya dengan perihal KETOKOHAN di dalam jemaat atau masyarakat, Penginjil Lukas menegaskan hal ini lewat cerita Yesus membangkitkan seorang pemuda dari kota Nain – anak dari si janda yang cuma mempunyai anak laki-laki semata wayang. Menariknya, hanya dengan satu kalimat perintah, “ Hai Pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”, Yesus mendatangkan sebuah KEHIDPAN BARU . Secara simbolis saya coba menarik makna dari perintah Yesus di atas. Kata-kata Yesus sungguh MENGGERAKKAN – MEMBANGKITKAN – dan bahkan MELAHIRKAN/MENCIPTAKAN suatu kehidupan yang baru. Ketokohan Yesus dalam hal ROHANI ( kedekatan Dia dengan Bapa di dalam Surga) dan cinta kasih-Nya tulus kepada sesama, semuanya ini memengaruhi setiap KATA dan TINDAKAN-NYA . Oleh karena INTEGRITAS KEPRIBADIAN-NYA dalam hubungannya dengan hidup Rohani dan tindakan kasih dan keadilan yang Dia perbuat, telah membuat setiap KATA & TINDAKAN-NYA melahirkan KEHIDUPAN BARU. Ya, memang ke-allahan-Nya merupakan factor utama dari mukjizat “ membangkitkan orang mati ”, namun tidak bisa dipungkiri juga factor KETELADANAN -NYA di dalam hidup Rohani dan di dalam relasi-Nya dengan sesama yang dilandasi dengan cinta kasih yang tulus.
@ Sisi baik dan benar yang mesti saya pelajari sebagai seorang imam/pelayan Tuhan yang tertahbis dan seorang biarawan misionaris adalah usahaku untuk membangun integritas hidup Rohani yang didukung oleh relasi cinta kasih yang saya bangun secara tulus dengan sesama di sekitarku, terlebih dengan semua yang sudah Tuhan percayakan dibawah penggembalaanku, apapun tantangan dan rintangan yang saya hadapi di dalam hidup. Saya kira, hal yang sama pun berlaku untukmu semua, karena kita semua adalah alat-alat cinta kasih Tuhan – perpanjangan tangan kasih Tuhan. Mari saudara/i-ku, kita saling mendoakan agar, dalam kapasitas dan pilihan hidup kita masing-masing, kita dapat menjadi contoh yang baik, bukan saja lewat kata-kata yang kita ucapkan tetapi terlebih lewat perbuatan-perbuatan sederhana yang kita lakukan dengan berlandaskan kasih yang tulus dan jujur. Ingatlah, verba docent, exempla trahunt. Semoga kasih karunia dan rahmat Sejahtera dari Allah senantiasa menyertai kita semua. Warm greetings from Lewotanah manise yang lagi panas membara akibat panas terik berkepanjangan..… salve..salve..salve … padrepiolaweterengsvd…🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼