KESOMBNGAN MANUSIA VERSUS KERENDAHAN HATI ALLAH

DAILY WORDS, KAMIS, 20 JULI 2023
PEKAN BIASA XV
BY RP. PIUS LAWE, SVD

BACAAN I : KEL 3: 13 – 20
MAZMUR : MZM 105: 1.5.8 – 9. 24– 25. 26 – 27
INJIL : MAT 11: 28– 30

@ Menarik tentunya bagi kita untuk mengikuti kisah pewahyuan diri Allah kepada Musa dalam babp 3 kitab Keluaran. Saking menariknya, saya tergoda untuk membacanya sampai akhir bab ke- 7. Lebih menarik lagi mengikuti dialog antarar Allah dan Musa. Di dalam dialog ini, saya bisa menemukan dua hal yang baik untuk saya dalami secara singkat hari ini, yang sekurang-kurang menegaskan apa yang kita dengungkan di dalam antiphon dan ayat-ayat Mazmur Tanggapan hari ini dan apa yang Yesus tegaskan tentang “ siapa sebenarnya sosok Allah ” itu. Pertama , dari pihak Allah. Ya, Dia sungguh rendah hati. Kerendahan hati Allah tampak di dalam cara Dia mewahyukan diri-Nya. Dia yang alkhbar – agung – mulia, namun dapat turun mewahyukan diri-Nya dan mampu diindrai oleh seorang anak manusia – Musa. Meskipun itu lewat tanda – tanda alam, namun toh suara pewahyuan Allah tetap saja didengar oleh Musa. Kerendahan hati Allah juga nampak di dalam KEPEDULIAN-Nya akan nasib bangsa Israel. Allah peduli akan kesengsaraan mereka yang tengah menderita oleh karena penindasan bangsa Mesir dibawah pemerintahan Firaun. Allah bahkan berulang-ulang meyakinkan Musa akan kepedulian Diri-Nya terhadap nasib bangsa Israel sehingga ketika berhadapan dengan keraguan Musa, Allah memakai berbagai cara yang ajaib namun manusiawi (dapat diindrai) untuk meyakinkan tua-tua Israel dan bangsa Mesir akan Allah yang berkuasa. Kerendahan hati Allah juga nampak dalam bagaimana Dia mengingatkan bangsa Israel akan siapa Dia (Allah Abraham – Ishak – Yakub). Inilah sapaan Allah yang tentu saja akrab di telinga manusia Israel yang mendengar nama itu. Ya, kerendahan hati Allah sungguh nampak di dalam kepedulian-Nya akan penderitaan bangsa Israel dan oleh karena itu, dengan berbagai cara Allah berusaha agar Musa dan Harun dapat mengalahkan hati Firaun dan bangsa Mesir demi pembebasan bangsa Israel yang tertindas. Kerendahan hati Allah nampak di dalam konsistensi atau ketatapan hati-Nya akan PERJANJIAN-NYA kepada Abraham-Ishak dan Yakub. Allah tidak pernah ingkar janji meskipun Israel sering mengingkari janji Allah itu.

Kedua , sikap Musa. Keragu-raguan Musa memang sungguh masuk akal. Dia tidak pandai bicara. Dia cuma seorang penggembala ternak. Dia seorang pelarian dari tanah Mesir yang mengungsi ke Midian karena takut dibunuh Firaun oleh karena ulah Musa membunuh seorang Mesir yang berlaku kasar terhadap salah seorang Israel. Musa sadar jika dia susah meyakinkan bangsa Israel akan pewahyuan diri Allah lewat dan dalam dirinya yang sederhana. Apalagi harus masuk ke istanah dan meyakinkan raja Firaun, hal ini tentu saja lebih berat. Namun, Allah bahkan berulang-ulang kali meyakinkan Musa dengan berbagai cara, dan bahkan menunjukkan beberapa tanda heran yang Musa dapat lakukan untuk meyakinkan bangsanya sendiri dan bangsa Mesir akan Allah dan pewahyuan diri-Nya. Tongkat yang menjadi ular, tangan menjadi berkusta ketika dimasukkan di dalam saku jubahnya dan kembali menjadi sembuh ketika dimasukkan kembali, air yang menjadi darah, dsb. Hemat saya, Musa pada dasarnya masih meragukan kemahakuasaan Allah. Meragukan kuasa Allah sama halnya dengan memupuk kesombongan diri. Ingat peristiwa Eden. Ketika Adam dan Hawa meragukan kuasa Allah yang dapat menjamin hidup mereka, keduanya akhirnya makan buah terlarang di taman itu. Kesombongan yang ada di dalam diri Adam dan Hawa hanya ada karena mereka merasa RAGU jika Allah dapat menjamin hidup mereka. Mungkin ini kurang nampak di dalam diri Musa. Namun bila ditilik lebih dalam, ya Musa meragukan kemahakuasaan Allah yang seharusnya dapat memampuka Musa untuk melakukan apa saja guna meyakinkan bangsa Israel akan pewahyuan diri Allah dan meyakinkan Firaun akan kehendak Allah yang mau membawa bangsa Israel keluar dari penindasan Mesir. Kesombongan itu juga nampak di dalam diri Firaun yang sudah tentu meragukan pewahyuan diri Allah dan kuasa-Nya untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan. Kesombongan Firaun yang membuatnya yakin jika dia bisa menjamin hidup bangsa Israel dengan cara memperbudak mereka. Kesombongan Firaun ini perlahan akan dikalahkan oleh kerendahan hati Allah yang rela turun dan melakukan berbagai tanda ajaib untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Firaun dan bangsanya.

@ Pelajaran singkat yang dapat saya ambil dari kisah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru hari ini: belajar untuk menjadi rendah hati seperti Allah. Belajar untuk mendengar suara Allah yang datang dalam berbagai tanda atau symbol serta peristiwa. Belajar menjadi rendah hati dengan cara membangun sikap PERCAYA atau YAKIN akan PENYELENGGARAAN Allah, terlebih ketika BADAI HIDUP DATANG MENERJANG. Saya teringat akan iman saudari kandungku Fransiska Orin TEreng, yang meskipun dalam sakit yang luar biasa oleh karena tulang kaki yang patah dan dalam proses pemulihan, dia tetap berdoa – berharap – mencinta dan mengampuni. Saya mengalami bahwa Allah sedang bekerja di dalam diri saudari-ku ini. Lewat kesaksian iman kakak Fransiska, Allah sedang menegurku untuk selalu rendah hati dan lebih banyak MEMERCAYAKAN SEGALA-NYA di dalam penyelenggaraan Allah sambil tidak berhenti BERUSAHA…..kita saling mendoakan agar kita tetap menjadi rendah hati dan memercayakan segalanya di dalam PENYELENGGARAAN ALLAH. Dengan itu, kesombongan manusiawi kita bakal dikalahkan oleh kerendahan hati Allah. Tuhan memberkati kita semua. Have a wonderful day filled with love and compassion. Warm greetings to you all….. padrepiolaweterengsvd