DAILY WORDS, RABU, 08 MARET 2023
PEKAN II PRAPASKAH
BACAAN I : YER 18: 18 – 20
MAZMUR : MZM 31: 5 – 6. 14. 15 – 16
INJIL : MAT 20: 17-28
(RP. Pius Lawe, SVD)
@ Kisah Yeremia dan kisah Yesus dihadapkan pada permintaan ibu dan anak-anak Zebedeus yang membawa kegemparan di antara para murid Yesus, mengingatkanku akan moment kebersamaan yang barusan saya alami tiga hari yang lalu. Pagi yang cerah, tepatnya pada hari Minggu, 5 Maret 2023 kemarin, kami bertiga konfrater SVD – penghuni komunitas Pastoran Paroki St. Yoh Penginjil Masohi, duduk bersama, dan di dalam suasana persaudaraan, kami saling meneguhkan satu dengan yang lain. Salah satu point yang kami angkat ke permukaan syering komunitas pagi itu adalah soal memurnikan motivasi menjadi biarawan misionaris SVD. Kami saling menguatkan dengan menegaskan satu hal ini: menjadi imam biarawan misionaris Serikat Sabda Allah (SVD) bukanlah sebuah arena menegaskan status social yang “lebih” bagus atau “lebih popular” atau bahkan lebih terhormat dibandingkan dengan pilihan hidup yang lain. Dengan kata lain, kami saling meneguhkan dan saling mengingatkan bahwa menjadi biarawan misionaris Serikat Sabda Allah tidak membuat kami menjadi “lebih hebat” dan “lebih terpandang” status atau posisi sosialnya dibandingkan dengan pilihan hidup yang lain. Jubah putih tidak serta merta membuat kami menjadi “lebih suci” dari orang lain. Sapaan “Pater” atau “Frater” tidak membuat kami menjadi arogan terhadap sesama yang lain. Menjadi imam biarawan misionaris hanyalah sebuah pilihan untuk menjadi “pelayan” atau bahkan sebuah pilihan untuk menjadi “hamba Tuhan” yang siap untuk menerima konsekuensi apa pun, bahkan siap untuk ditolak atau diremehkan oleh karena prinsip atau nilai kebenaran yang hendak diperjuangkan. Adapun tujuan kami saling mengingatkan diantara konfrater tentang hal di atas adalah sekedar membawa ke permukaan kesadaran kami suatu prinsip atau nilai yang bakal menguatkan kami terlebih ketika kami, baik secara komunitas maupun secara individual, menghadapi tantangan atau rintangan dalam bermisi. Itulah fungsi persaudaraan kasih yang sedang dan akan selalu kami bangun sebagai satu kekuatan bagi kami untuk berlangkah maju menjadi pelayan kasih Tuhan apa pun kelemahan, kekurangan atau keterbatasan yang kami miliki.
@ Tentang konsekuensi menjadi imam biarawan misionaris, hal itu tidak jauh berbeda dengan kisah Nabi Yeremiah yang mendapat ancaman serius dari lawan-lawan yang merasa dirinya dikritik secara pedas oleh pewartaan atau seruannya. Tentu saja ini bukanlah hal yang mengejutkan hati Yeremia sendiri. Ini bukanlah hal yang baru. Konsekuensi itu sudah terbayang sejak awal Allah memanggil Yeremia untuk menajadi “corong” atau “lidah” yang meneriakkan kebenaran dan keadilah bagi raja dan para pengikutnya. Di dalam Yer 1: 8, Allah telah berjanji untuk menyertai nabi Yeremia dan melepaskan dia dari segala macam ancaman bahaya yang menimpahnya. Allah bahkan menantang Yeremia dengan kata-kata ini, “Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!” Ya, itulah janji Allah. Meskipun demikian, Yeremia sebagai seorang nabi namun masih mempunyai jiwa dan raga yang menegaskan kemanusiaannya, tentu sajaharus merasa takut dan gentar. Namun dalam ketakutan dan kegementaran itu, Yeremia masih punya iman pada janji Allah. Iman Yeremia setidaknya tersirat di dalam seruan pemazmur hari ini, “Selamatkanlah aku, ya Tuhan, oleh kasih setia-Mu.” Sandaran satu-satunya nabi Yeremia adalah Allah sendiri yang telah memanggil dan mengutusnya dengan janji penyertaan dan perlindungan oleh Allah sendiri.
@ Panggilan kenabian atau panggilan kemuridan memang mempunyai konsekuensi yang besar. Seorang nabi atau seorang murid yang hendak meneriakkan keadilan dan kebenaran atau mengajarkan keadilan dan kebenaran harus siap “memanggul salib” dan bahkan siap untuk “disalibkan”. Yesus secara terang-terangan mengemukakan konsekuensi kemuridan atau kenabian ini kepada kedua belas murid-Nya. Dia menegaskan bahwa Anak Manusia harus pergi Yerusalem dan di sana Dia akan menghadapi hukuman mati, menjalani penderitaan sampai wafat namun Dia akan dibangkitkan. Ibu Zebedeus dan anak-anak Zebedeus rupanya salah menangkap apa yang dimaksudkan oleh Yesus. Atau mungkin saja mereka tergiur oleh janji kebangkitan sebagai ending dari penderitaan yang dihadapi dan dijalani Yesus, dan karena itu mereka memohon dengan sungguh untuk turut di dalam perjalanan ke Yerusalem tanpa mempertimbangkan segala situasi dan kondisi yang bakal dihadapi. Mungkin saja mereka salah menangkap apa yang Yesus maksudkan dengan KERAJAAN dan diri-Nya yang menjadi RAJA. Mereka mengimpikan sebuah kekuasaan politis dan memohon untuk mendapat JATA di dalam kepemimpinan politis oleh Yesus. Pada akhirnya, Yesus menegaskan fungsi kepemimpinan dan penggembalaanNya yang sesungguhnya, yaitu untuk MELAYANI dan bukan untuk DILAYANI. Inilah motivasi yang murni dan luhur dari sebuah panggilan kenabian atau kemuridan oleh dan bersama dengan Yesus.
@ Kita saling mendoakan agar setiap hari, panggilan kenabian atau kemuridan Kristus terhadap diri kita masing-masing dan dalam kapasitas kita masing-masing, senantiasa dimurnikan oleh Roh Kudus. Dengan sendirinya, kita bakal menjalani setiap pilihan hidup dalam nuansa dan tujuan untuk MELAYANI dan bukan untuk DILAYANI. Seutas doa yang kita daraskan hari ini, “Ya Tuhan, murnikanlah niat hatiku di dalam mengikuti jalan salib-Mu. Amin!” Have a blessed day filled with love and forgiveness. Warm greetings to you all…..padrepiolawesvd!🫰🏿🫰🏿🫰🏿🙏🙏🙏😇😇😇