SPIRITUALITAS IMAMAT: PART #1

Oleh: RP. YOS PATRIS MSC

Pada Mei 2019, kami menyelesaikan Yurisdiksi Spiritualitas. Tugas yang diberikan cukup sederhana yaitu mendalami spiritualitas imamat yang dihidupi oleh beberapa pastor senior. Spiritualitas Imamat dalam konteks ini dimengerti sebagai penghayatan atau semangat yang menjiwai seseorang yang adalah imam atau pastor dalam Gereja Katolik. Proses pengambilan data dilakukan dengan wawancara terhadap 7 pastor yang bekerja di Indonesia maupun di luar negeri. Para pastor diberikan pertanyaan utama yaitu apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan seorang pastor ketika menghidupi spiritualitas imamatnya sampai saat ini? Kami berhasil merangkum hasil refleksi mereka sebagai berikut.

TENTANG KEKUATAN. Dari sharing dan refleksi beberapa pastor tersebut, kekuatan dominan untuk menghidupi imamat adalah memperhatikan kehidupan rohani. Aspek kerohanian sangat penting. Latihan rohani seorang imam adalah Ekaristi kudus, doa, devosi, meditasi dan kontemplasi. Latihan ini sangat berdaya-guna ketika seseorang sadar akan apa yang dilakukannya dan merasakan betul di dalam hati bahwa ia harus menjadi wadah yang subur bagi rahmat imamat yang dianugerahkan oleh Tuhan kepadanya. Tidak mungkin rahmat diterima begitu saja tanpa ada kerja sama yang baik kodrat. Memang kodrat kemanusiaan bervolume besar tetapi kualitas ilahipun diwarisi oleh manusia sejak ia dibaptis. Manusiapun menjadi anak Allah yang siap menerima rahmat imamat oleh penumpangan tangan seorang uskup. Latihan rohani dibuat untuk mematangkan kodrat manusia. Ada pastor yang berkata agar memperhatikan perawatan diri tapi juga punya self-knowledge. Dalam konteks perawatan diri, hidup berkomunitas memiliki andil yang besar. Sebagian besar imam menyatakan bahwa komunitas atau lingkungan seminari menjadi instrument social control yang memelihara penghayatan hidup sebagai imam yang diangkat Kristus sendiri.

TENTANG KELEMAHAN. Ada pastor yang mengatakan rasa malas, suka menikmati waktu sendiri, berpuas diri, godaan untuk melihat hasil pastoral yang dikerjakan adalah beberapa kelemahan. Beberapa indikator ini mencuat dari persepsi dan penghayatan imamat yang hanya melakukan tugas melulu seperti seorang pekerja sosial. Imamat terlepas dari hakikatnya yang luhur dan mulia. Bila tidak ditopang dengan hidup rohani yang matang, imamat hanya dilihat salah-satu dari banyaknya profesi yang ada di dunia ini. Jadi, kelemahan terbesar adalah segi kemanusiaan yang tidak dikontrol karena seseorang terikat dengan ikatan dari dalam diri seperti gengsi dan kejar prestise.

PELUANG DEWASA INI. Dari sharing para pastor, dalam menghayati imamat kita tak perlu melakukan hal yang luar biasa. Hal kecil, sederhana dalam rutinitas keseharian bila disadari betul akan menjadi sesuatu yang sungguh istimewa. Dalam hal ini saya terkesan dengan sharing pastor Chris Macphee MSC dia sudah 4o tahun imamat dan sekarang menjabat sebagai Provinsial MSC Australia. Kami menerjemahkan refleksinya sebagai berikut: “Penting bagi semua MSC untuk mengenali dan menangani kebutuhan untuk menghormati dan merawat diri mereka sendiri. Pelayanan yang efektif tidak hanya ditingkatkan, tetapi bergantung pada perhatian lewat perawatan diri. Hal-hal berikut yang membantu saya: Mengembangkan jaringan rekan, menjalin dan memelihara persahabatan yang matang, membaca Kitab Suci, melakukan retret tahunan, memanfaatkan peluang yang ada, berdoa, mengembangkan sikap kontemplatif terhadap pelayanan, mengecek kesehatan secara professional dan teratur, belajar dipercaya kolega dan teman misionaris lain, makan dengan sehat, tidur cukup, berolahraga secara teratur, minum alkohol dalam jumlah sedang, mengambil hari libur secara teratur, mengambil liburan setiap tahun.” Jadi, spiritualitas imamat jabatan yang juga adalah bagian dari panggilan kepada kekudusan bisa dihidupi secara teratur dan terjangkau dalam pengalaman kongkret harian.

TANTANGAN DEWASA INI. Dalam menghayati imamat jabatan, seorang imam akan ditantang dengan perkembangan dunia saat ini yang sangat modern dan pertumbuhan IPTEK global. Refleksi para pastor menggarisbawahi pornografi di HP dan laptop, hedonisme masyarakat, kondisi umat dalam negara yang sekular seperti di Negara Perancis. Kami akhirnya sadar bahwa tiga godaan utama menghayati imamat yang lazim disebutkan yaitu harta, wanita dan kekuasaan. Selanjutnya, kami merasa bahwa tantangan besar lainnya adalah ketika seseorang tidak menemukan sebuah nilai yang patut ia pegang dan hidupi ketika ia memilih jalan imamat. Seperti pasutri yang sedang menghayati sebuah nilai dalam relasi mereka, seorang imampun harus menemukan dan merasakan nilai yang utama dalam relasinya dengan Kristus melalui sakramen imamat. (Yos Patris MSC).